Midnight Fights, I'm Not Defending Anyone

10.4K 2.4K 1.3K
                                    

WARNING!! Mengandung unsur kekerasan dan pertengkaran yang sangat tidak pantas untuk dicontoh

"Gue yakin lo masih punya tata krama dan sopan santun buat nggak bertamu ke rumah orang di jam tidur, apalagi tengah malam. Dan gue yakin otak intelek lo masih cukup bisa berfungsi, jadi lo bisa bertamu di jam-jam wajar. Bukannya tengah malam."

Minhee memandang lurus seorang lelaki yang berdiri tegap di depannya dengan ekspresi acuh. Walaupun ia baru saja mengatakan tentang jam tidur, ia tidak kelihatan seperti orang yang baru saja bangun tidur atau terkejut karena dibangunkan paksa. Nyatanya ia masih tampak segar, walaupun terlihat bahwa matanya agak mengantuk.

Ia meraih kenop pintu dan berniat menutup pintu rumahnya, tidak memedulikan siapapun yang sedang berdiri di depannya dengan wajah gahar. Tapi gerakannya terhenti saat seseorang menarik kenop lain di bagian luar pintu dan menahan laju daun pintu dengan kaki jenjangnya.

"Dan gua rasa lo juga masih cukup punya tata krama untuk nggak mengusir tamu lo sendiri. Gua rasa juga lo masih cukup punya pikiran yang bisa berfungsi - jelas berfungsi, punya gelar sarjana - untuk nggak merendahkan orang lain."

Rahang Minhee mengeras. Mendadak ia merasa ada kekesalan yang naik dalam dirinya. Ia lantas mengurungkan niatnya menutup pintu dan memilih berdiri berhadapan dengan seseorang berwajah gahar di depannya. "Jadi ini tentang orang murahan itu?" Ia tersenyum miring.

Junho - orang yang berdiri di depan Minhee - tersenyum tidak kalah miring. Wajahnya menunjukkan ekspresi sarkas yang amat kentara, sementara keduanya matanya memincing menatap Minhee. "Oh, iya, ini tentang orang murahan yang dengan baik hati udah nolongin lo ngerjain hampir semua referat lo yang terbengkalai karena kemalasan lo. Ini juga tentang orang murahan yang mau nemenin lo ngerjain skripsi sampai tengah malam, padahal seharusnya lo ngerjain sendiri. Dan ini tetap tentang orang murahan yang selalu mau ngajarin otak lambat lo setiap kali OSCE sama SOCA. Keberatan, orang kemahalan?"

Minhee menggertak tidak suka. Wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak sejalan dengan perkataan Junho, apalagi saat Junho mengungkit apa yang Yohan lakukan dan justru membuatnya tampak tidak bisa apa-apa tanpa Yohan. Ia berdecih. "Gue tau kok kalo lo pasti bakalan belain dia. Semua orang pasti akan belain dia. Kalo lo masih mau beradu argumen sampai pagi tentang dia, gue males. Mendingan lo pulang. Besok gue harus ke rumah sakit."

"Sialnya, orang yang lo sebut murahan itu adalah teman baik lo sendiri, yang lo ajak pergi ke mana-mana bareng, yang lo ajak ngobrol curhat-curhatan berdua bareng, yang lo ajak berbagi bareng. Heran gua, ternyata orang kayak lo mau berteman sedekat ini sama orang murahan. Apalagi sampai memeras tenaganya, memeras otaknya. Yohan sih terlalu intelek dan elegan buat temenan sama cabe uleg kayak lo."

Kedua tangan Minhee terkepal di sisi tubuhnya. Ia bisa merasakan darahnya mendidih dan ia bisa mendengar Junho tertawa sinis padanya. "Jun, lo sama sekali nggak tau apa-apa soal pertengkaran gue sama Yohan, jadi jangan bertindak seakan lo tau segalanya. Satu lagi, hanya karena lo teman kita, bukan berarti ini ranah lo buat ikut campur. Urusin aja urusan lo sendiri, nggak usah sok bertanggungjawab atas masalah kita. Apalagi kalo di sini lo cuma mau ngebela Yohan, mending nggak usah."

Junho tertawa sinis. Ia menyunggingkan seulas senyum miring sambil sedikit memiringkan kepalanya, seakan mengejek Minhee dan kata-katanya barusan. "Wah, congkak juga ya lo jadi orang. Iya sih, gua sebenarnya malas ikut campur urusan lo berdua karena emang masalahnya bermula dari mulut kalian yang nggak bisa dijaga. Kenapa kalian nggak tinju-tinjuan sampai rahang kalian lepas? Kenapa harus pakai mulut? Oh iya, anak gadis. Gua lupa. Temen-temen gua yang dua ini kan anak gadis semua."

Minhee tersulut. Junho memang berbicara tanpa teriakan atau bentakan, tapi kata-katanya ternyata berhasil membuat kepalan tangan Minhee semakin menguat dan wajah Minhee yang memerah sampai ke telinga. Tentu saja ini  bukan karena Minhee merona malu, tapi karena sedang menahan amarahnya. Entahlah, kalau orang lain yang mengatakannya atau membentaknya, seperti mudah untuk melakukan perlawanan. Tapi saat Junho yang mengatakannya bahkan tanpa bentakan atau teriakan, ia hanya bisa memberontak dalam hati dan tidka mengatakan apa-apa.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang