Anxiety Warning!

14.4K 2.5K 303
                                    

"Ae Young pengen ke Disney Land, terus jadi putri Belle yang cantik..."

Yohan tersenyum dan mengeratkan pelukannya di tubuh mungil Ae Young yang sejak tadi bergelung nyaman dalam pelukannya sejak ia naik ke tempat tidur sekitar setengah jam lalu, sementara Ae Young sudah di sana sejak sejam lalu bersama Yuvin untuk mendengarkan dongeng tentang Si Cantik dan Si Buruk Rupa yang melatarbelakangi film terkenal Beauty and The Beast.

Hari ini Ae Young diperbolehkan pulang setelah menjalani masa pemulihan yang cukup lama dan harus kembali ke rumah sakit beberapa kali untuk melakukan check up demi memastikan bahwa medulloblastoma itu tidak memiliki kesempatan kembali dan menginvasi hidup gadis cilik kesayangan Song Yuvin itu.

Yohan menaikkan satu tangannya dan mengusap lembut kepala Ae Young yang bersandar nyaman di dadanya, sementara kedua tangan Ae Young merangkul pinggangnya erat. "Kalo kita punya waktu, kita pergi ke Disney Land," katanya.

Ae Young mengangkat pandangannya. Matanya tampak berbinar indah. "Kak Yohan serius?" tanyanya antusias.

Yohan mengangguk dan menatap Yuvin yang berbaring di seberang lain. "You have to ask papa first."

Ae Young memutar kepalanya ke arah Yuvin yang sejak kedatangan Yohan tadi malah ia acuhkan. "Papa, bisa kita pergi ke Disney Land? Kapan-kapan kalo papa sempat. Boleh ya?"

"Boleh. Tapi Ae Young harus tidur dulu, Sayang. Ini udah malem. Kalo Ae Young nggak tidur, nanti si Buruk Rupa nggak berubah jadi pangeran," jawab Yuvin sembarangan. Ia meletakkan buku dongengnya di meja nakas samping tempat tidur, kemudian membaringkan tubuhnya di samping Ae Young.

Ae Young tertawa pelan saat papanya ikut memeluk tubuhnya dan mengusakkan hidung ke lehernya, sementara ia masih memilih bergelung nyaman dalam pelukan Yohan.

"Sejak ada kak Yohan, papa diduain nih. Papa cemburu tau. Kan papa juga mau dipeluk Ae Young, masa kak Yohan aja yang dipeluk?"

Ae Young melepaskan pelukannya dari pinggang Yohan dan berganti memeluk tubuh besar Yuvin, sementara Yohan hanya tersenyum sambil membenarkan rambut belakang Ae Young yang berantakan.

Sejujurnya Yohan tidak pernah memperhitungkan tentang hal ini dalam hidupnya. Ia, Yuvin, dan Ae Young dalam satu kamar. Ada hubungan yang mengikat dirinya dengan Yuvin, dan ada hubungan yang mengikat dirinya dengan Ae Young. Berbaring dalam satu tempat tidur, dengan Ae Young berada di tengah rasanya lebih baik daripada hanya dia dan Yuvin seperti malam-malam sebelumnya.

"Dia tidur," kata Yuvin pelan.

Dengkuran halus Ae Young membuyarkan lamunan Yohan seketika. Ia hanya tersenyum, dan membalikkan tubuh Ae Young untuk memeluknya kembali karena ia tahu bahwa Yuvin yang terlalu banyak bergerak akan mengganggu jam tidur Ae Young.

"Saya bersyukur dia punya kesempatan hidup yang lebih tinggi setelah beberapa saat harus kehilangan itu. Ngelihat Ae Young bisa lebih baik daripada keadaannya yang dulu bikin saya optimis kalo Wonjin juga bakalan merasakan hal yang sama. Walaupun kasus mereka berbeda. Medulloblastoma, glioblastoma, tapi saya optimis kalo Wonjin juga pasti bakal punya harapan hidup yang lebih tinggi."

Yohan mengusap lembut punggung mungil Ae Young dan mengecup puncak kepala gadis cilik itu. "Dia berjuang sejauh ini pasti karena dukungan papanya kan? Saya rasa Wonjin juga nanti bisa berjuang sejauh Ae Young karena dukungan banyak orang."

Tangan Yuvin terulur untuk menyingkirkan poni yang menutupi dahi Yohannya, kemudian menyelipkan anak rambut lainnya ke belakang telinga Yohan. "Saya bersyukur setelah saya punya Ae Young, saya punya kamu, Han. Hidup saya jauh lebih lengkap daripada sebelumnya."

Yohan memejamkan mata saat tangan besar Yuvin mengusap pipinya perlahan. Ia selalu menikmati sentuhan sederhana yang Yuvin berikan. Di rambutnya, di pipinya, atau di manapun itu, ia menikmatinya karena ia merasa nyaman dengan itu.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang