Baseball Player Support System - 2 END

9K 2K 467
                                    

"Kamu ngapain di sini?"

Tony lantas turun dari motornya begitu melihat Yeji keluar dari pagar rumah mengenakan seragam baseballnya dengan raut wajah kesal setengah mati. "Kenapa masih nanya? Mau nganterin kamu ke stadionlah," jawabnya enteng.

"Nggak usah. Aku bisa berangkat sendiri kok." Yeji menggeleng kuat-kuat, membuat rambut panjangnya yang sudah terikat rapi di belakang bergerak mengikuti gerakan kepalanya.

Setelah mendengar perkatana Yeji, Tony hanya menaikkan sebelah alisnya sambil melangkah mendekat, membawa dirinya 2 langkah lebih dekat dengan Hwang Yeji. "Kamu yakin mau berangkat sendiri? Naik apa?" tanyanya.

"Jalan kaki," Yeji menyembur sebal. Ia berusaha berjalan melewati Tony, tapi tangannya ditahan dan digenggam dalam satu gerakan. Ia lantas mendongak menatap Tony penuh protes. "Apa sih? Aku mau berangkat. Nanti keburu telat."

Pergerakan Tony yang tadinya hanya sekedar mendekat dan semakin mendekat, kini ia membiarkan tangannya tetap menggenggam tangan Yeji, walaupun kenyataannya gadis itu berusaha melepaskan diri.

Ia bisa melihat pandangan Yeji yang memincing tidak senang ke arahnya. Mata sipit gadis itu menukik tajam, seakan memberinya sebuah makna penuh intimidasi, seolah menyiratkan kekesalan yang sebenarnya tidak ada dalam diri Tony, tapi Tony juga membuatnya semakin kesal. Ia menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan, dan memilih melepaskan tangan Yeji dari genggamannya.

"Kamu kenapa lagi? Dari kemarin malam kayaknya sensi banget? Beneran lagi datang bulan?" tanya Tony. Ia merogok saku celananya, kemudian meraih satu tangan Yeji, dan meletakkan sebungkus obat di sana. "Asam mefenamat, siapa tau--"

Mata Yeji semakin menyipit. Ia menggenggam sebentar bungkusan obat di tangan Tony, kemudian balik meraih tangan Tony dan mengembalikan bungkusan itu. "Bukan urusanmu tau. Mau aku datang bulan kek, datang bintang kek, datang gerhana kek, datang meteor kek, datang planet pun bukan urusanmu," semburnya.

Tony berdecak. "Bukan begitu. Kamu kan mau tanding, kalo kondisi badanmu nggak prima, gimana kamu bisa tanding maksimal? Oh iya, kamu bukan datang bulan. Tapi datang galaksi," selanya cepat.

Untuk kesekian kalinya, dahi Yeji berkerut rumit. Pandangan matanya menyiratkan bahwa ia benar-benar kesal dan tidak ingin bicara pada siapapun, tapi orang di depanya terus mengganggunya dengan berbagai macam cara. "Minggir ah. Aku mau berangkat," katanya. Ia berusaha berjalan ke samping hingga bisa melewati Tony.

Tapi tidak semudah yang Yeji bayangkan. Tony kembali menghadang dengan tubuh tingginya dan mengcengkram tangannya lebih kuat daripada sebelumnya.

Sambil berdecak kesal dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Tony, Yeji mendongak menatap cowok di depannya dengan dahi berkerut sebal. "Kamu mau apa sih? Jangan bikin makin kesel deh," katanya lirih.

"Kamu lagi kesel? Sama aku?" Tony bertanya pelan. Ia melepaskan sedikit cengkraman tangannya di tangan Yeji, tapi tidak benar-benar melepaskannya. Hanya melonggarkan cengkramannya.

Yeji tidak menjawab, namun gadis itu lebih memilih membuang mukanya.

"Kamu kesal sama timmu? Sama pelatihmu?" Tony bertanya lagi.

Untuk kedua kalinya, Yeji tidak menjawab sama sekali. Ia hanya menggerakkan tangannya pelan, berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Tony.

Tony mengeratkan kembali cengkramannya saat merasakan bagaimana tangan Yeji bergerak, tapi gadis itu tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Hwang Yeji. Kalo kamu kesal, kamu kesal sama siapa? Aku? Timmu? Atau pelatihmu? Jangan diam aja begini. Bikin orang lain bingung," desaknya.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang