[57]

3.8K 551 19
                                    

Hyun-Jae masih natap Ju-Yeon yang tidur di hadapannya. Kamar ini remang, cuma ada sinar fajar yang masuk melalui jendela kaca yang masih tertutup tirai.

Bulan baru tinggal beberapa hari lagi, tapi energinya perlahan udah bisa terasa sedikit demi sedikit, bahkan di waktu subuh begini.

"Ju? Ga mau bangun? Kamu kan belum makan." Hyun-Jae coba ngusap pipinya, nepuk-nepuk pelan. Tapi Ju-Yeon ga bangun.

Akhirnya Hyun-Jae yang bangun duluan, ngelepas pelukan Ju-Yeon pelan-pelan dan dia turun dari kasur. Hyun-Jae langsung jalan ke kamar mandi tanpa pakai bajunya lebih dulu, toh emang mau mandi.

Begitu masuk kamar mandi, hal yang pertama Hyun-Jae lihat adalah cermin besar di sana. Ga ada pantulan dirinya, cuma ada pantulan dinding di belakangnya.

Hyun-Jae coba sekali fokus untuk manipulasi, tapi ga bisa. Energinya ga cukup.

"Sabar, Jae, bulan baru sebentar lagi ...," gumamnya ke diri sendiri.

Dia masuk ke bilik pancuran dan mulai nyalain keran ke air hangat.

"Akh ...."

Tubuhnya terasa perih, banget. Hyun-Jae juga ga punya energi untuk sembuhin dirinya sendiri.

"Sabar, Jae-Hyun ...," gumamnya lagi.

Butuh waktu lebih lama bagi Hyun-Jae untuk mandi dalam keadaan kayak gitu. Ju-Yeon tuh laki-laki dewasa, Hyun-Jae udah ga bisa anggap Ju-Yeon anak kecil lagi ternyata.

Setelah ngeringin badan dan pakai bathrobe, Hyun-Jae keluar kamar mandi. Bisa dia lihat Ju-Yeon baru bangun dan lagi duduk di pinggir kasur, ngumpulin nyawa.

"Mandi, Ju, terus sarapan. Kayaknya ada yang masak di bawah. Kak Seung-Cheol tadi chat katanya kamu ada jadwal."

Hyun-Jae ga liat ke arah Ju-Yeon, sibuk milih baju di lemari. Buat dia sekalian buat Ju-Yeon.

"Kakak belum bisa balik manggung?" tanya Ju-Yeon. Suaranya masih serak dan agak pelan.

Hyun-Jae selesai pakai celana panjangnya dan balik badan ke Ju-Yeon sembari pakai kemejanya. Dia kaget karena tau-tau Ju-Yeon ternyata lagi jalan dan udah hampir di depannya.

Ju-Yeon bantuin si kakak kancingin kemejanya dari bawah. Hyun-Jae diem sebentar, ngeliatin Ju-Yeon dari atas sampai bawah.

Ini anak udah pakai celana panjangnya lagi, tapi topless, jadi Hyun-Jae cuma bisa meriksa badannya aja.

Ada beberapa bekas cakaran di bahu dan perutnya, dan gigitan kecil di lehernya.

Ga kelepasan gigit sampai berdarah kan ya, kira-kira itu yang ada di pikiran Hyun-Jae. Dia nahan banget, karena takut ga bisa kontrol. Walaupun udah dijamin sama ayahnya, tetep aja Hyun-Jae takut.

"Nanti pakai bajunya agak ketutup ya, Ju. Atau kalo masih keliatan coba kasih concealer aja. Maaf aku belum bisa ngilangin ini," kata Hyun-Jae sembari nyentuh bagian yang kemerahan di bahunya.

Jujur aja Ju-Yeon dari tadi ga konsen, dia natap ke arah lain, ke mana pun asal bukan badan Hyun-Jae. Tubuh Hyun-Jae lebih banyak bercak kemerahannya.

"Ga apa-apa, Kak."

"Sakit ga yang ini? Kayaknya kecakar, ya?"

Hyun-Jae nyentuh bagian lain di perut Ju-Yeon. Ju-Yeon meringis sedikit tapi tetep aja bohong. "Engga, kok, biasa aja."

Ini entah kenapa Ju-Yeon pasang kancingnya sampai paling atas, bikin Hyun-Jae ketawa. Dia jadinya nurunin tangan Ju-Yeon terus ngelepasin tiga kancing paling atas. "Aku bukan mau sekolah, Ju, tinggi banget sih," katanya.

Thrilling Love (Book I) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang