"Itu keputusan langsung dari rapat dewan tinggi."
Young-Hoon jengah banget ngobrol dari tadi muter-muter aja. Apalagi denger kalimat tadi berulang-ulang.
Dia natap vampir di depannya yang dari tadi masih sibuk sama berkas-berkas di mejanya, sesekali angkat telpon.
Sistem pemerintahan dewan tinggi bukan yang kalian bayangin dengan semuanya yang serba ajaib. Sama seperti manusia, ada berkas yang harus dibaca, presentasi, saling kontak pun pakai telepon ga bisa asal serta-merta telepati, apalagi kalau sama ketua dewan tinggi. Harus serba sopan.
"Kak Kris, saya cuma mau ngomong sama beliau," ucap Young-Hoon sekali lagi.
Dia lagi di ruangannya Kris Wu, kepala sekretaris di sini. Kris yang selalu langsung laporan dengan ketua dewan. Young-Hoon ini mau ketemu Kris pun sebenernya tadi ada aja halangannya, tapi akhirnya bisa.
Tinggal satu langkah lagi, dia bisa ngomong langsung dengan ketua dewan. Tapi Kris ga kasih izin.
"Kalau Kakak ga bisa bantuin saya ga apa-apa, saya bisa ngomong sendiri ke beliau."
"Kamu tau ga bisa sembarangan begitu, kan? Kamu orang luar."
"Tapi ini menyangkut adik saya."
"Dia cuma new born, Young-Hoon. Ada banyak new born yang punya nasib sama, dan akan bernasib sama dengan dia. Dia ga spesial."
Astaga kepala Young-Hoon pusing.
"Perlu saya tambahin, terlebih lagi dia perempuan. Populasi kita semakin banyak dan itu ga bagus. Saya ga ngerti kenapa banyak darah murni yang berlaku seenaknya mengubah manusia jadi vampir. Apa untungnya? Mereka juga ga akan bisa bantu banyak. Mereka bukan kekuatan untuk kita."
Di dunia vampir ini, sama halnya dengan manusia, emang ada yang namanya rasisme. Ada beberapa darah murni, terutama yang kolot, yang beneran ga suka new born. Yoon-Gi contoh terdekatnya. Makanya anak-anaknya ga ada yang dibolehin ngubah manusia dan anggota keluarganya pun sedikit karena Yoon-Gi juga ga merasa butuh banyak anak.
Young-Hoon ga bisa nyebut Kris egois karena dia pun demikian, hanya aja caranya berbeda. Mereka egois di masalah yang berbeda.
"Intinya saya masih mau ketemu beliau, diizinkan atau tidak saya ga peduli."
Young-Hoon berdiri. Dia mau masuk ke salah satu pintu di depan sana tapi Kris langsung cegat dia, berdiri tepat di hadapannya.
"Jangan sampai kamu yang dihukum di sini," ucap Kris.
Young-Hoon ketawa. "Saya ga peduli."
Satu tepisan di tangan Kris sampai dia tau-tau terjatuh.
Young-Hoon ... barusan ngapain? Kenapa kekuatannya ....
"Young-Hoon, kalau kamu gegabah justru dia ga akan dibebasin. Keputusan dewan tinggi mutlak. Rencana untuk mengurangi tiga puluh persen populasi dari new born udah mutlak, kamu ga bisa ngubah itu."
Kris masih kesakitan di lantai. Dia beneran bingung kenapa Young-Hoon bisa nyakitin dia kayak gini.
"Saya ga minta itu dibatalin, saya cuma minta nama adik saya dihapus."
"Proyek sepuluh persen pertama adalah new born perempuan. Dewan tinggi menganggap mereka ga terlalu berfungsi di tatanan kehidupan apalagi pemerintahan."
Young-Hoon ngusap rambutnya. Capek banget dengernya dari tadi.
"Saya ga peduli dia berfungsi atau engga. Dia adik saya, saya ga bisa hidup tanpa dia jadi tolong hargai saya, Kak ...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book I) || The Boyz
FanfictionThe vampires finally found their partners, but will everything always be fine? The Boyz with other idols. bxb June 26 2019 - June 14 2020