[161]

2.8K 455 48
                                    

Wajah tidur Sang-Yeon yang diterangi sinar bulan selalu jadi pemandangan yang indah untuk Chan-Hee. Chan-Hee suka mainin jemarinya di wajah Sang-Yeon. Matanya, hidungnya yang mancung, bibirnya.

Lee Sang-Yeon bukan manusia sempurna, tapi kehadirannya menjadikan hidup Chan-Hee sempurna sekarang.

Perlahan Chan-Hee ngelepas pelukan Sang-Yeon dari tubuhnya. Dia cium pipi Sang-Yeon sekilas lalu turun dari tempat tidur. Chan-Hee ngambil pakaiannya di atas nakas.

Setelah pakai bajunya lagi, Chan-Hee berdiri di depan jendela kamarnya. Dia diam liatin bulan yang bercahaya terang malam ini.

Chan-Hee buka jendelanya, duduk di atas kosennya, nutup lagi jendela ini supaya angin malam ga masuk dan bikin Sang-Yeon sakit.

Dia lebih jelas liat keadaan malam di sekitar rumah sang ayah. Halaman diterangi banyak lampu taman, tapi kontras dengan hutan yang gelap dan sepi. Malam ini cukup damai, hampir ga terdengar suara hewan semacam jangkrik atau burung hantu.

Chan-Hee berdiri lalu lompat ke halaman. Dia jalan terus, lurus menuju hutan. Sampai lama-lama dia lari kecil membelah hutan yang gelap.

Cahaya biru berbentuk bola muncul dari kedua tangannya. Bola biru itu melayang mengikuti larinya Chan-Hee sebagai penerangan.

Dia terus lari. Entah mau ke mana, entah apa maksud dan tujuannya. Chan-Hee cuma mau ... lari. Lari dari kenyataan.

Sampai Chan-Hee bisa lihat cahaya terang di penghujung hutan. Chan-Hee segera keluar, dan pemandangan yang ga asing menyapanya.

Ini ... bukan lagi di ujung hutan dekat rumah ayahnya.

Padang bunga ini ... di dekat rumah lamanya Chan-Hee.

Sejak kapan Chan-Hee berpindah? Ini jauh banget dari tempat Chan-Yeol.

Kelip bintang di langit terlihat lebih jelas. Indah, pikirnya. Udah lama Chan-Hee ga liat pemandangan seindah ini lagi sejak ikut Young-Hoon pindah.

Chan-Hee jalan makin ke tengah. Hamparan padang bunga yang luas ini, semerbak bunga yang bikin dia tenang. Kaki telanjangnya yang langsung menginjak rumput dingin di bawahnya.

Suara aliran air menarik perhatian Chan-Hee. Dia beneran masih ingat tempat ini. Walaupun beribu tahun dia tinggalin dan tempat ini cukup banyak berubah, tapi Chan-Hee tetep kenal tempat ini.

Aliran sungai kecil di hadapannya memantulkan sinar bulan. Chan-Hee duduk di pinggirnya. Dia cuma ngelamun natap aliran air yang tenang.

"Hera?"

Chan-Hee noleh ke arah suara panggilan tadi.

Ga ada siapa-siapa. Chan-Hee celingukan ke kanan-kiri dan menyadari satu hal.

Rambut merah panjang ini ... terurai di kedua sisi wajahnya. Pakaian Chan-Hee pun berubah jadi gaun putih panjang ....

"Apa ini mimpi?" gumamnya.

Chan-Hee berdiri, ngeliat pantulan dirinya di air. Dia ... berubah? Berubah jadi perempuan lagi??

Tangannya mastiin ke seluruh tubuhnya. Iya, ini tubuh perempuan. Apa beneran mimpi? Kenapa bisa kayak gini??

"Hera?"

Lagi-lagi suara panggilan itu. Suara perempuan yang manggil dia. Suaranya lembut, keibuan.

Tapi lama-lama Chan-Hee mengabaikan panggilan itu. Mungkin ini beneran mimpi, dan Chan-Hee ga keberatan untuk jalani mimpi ini dengan duduk diam di sini, memandangi langit sampai fajar.

"Hera?"

Pandangannya berganti ke sungai di bawahnya. Seinget Chan-Hee sungai kecil ini akan bermuara ke lautan, tapi jaraknya cukup jauh. Udah berapa lama Chan-Hee ga main ke laut, ya? Dia baru inget juga kayaknya selama bikin konten belum pernah dia bikin di laut. Mungkin kapan-kapan dia bisa ajak Sang-Yeon ke—

Thrilling Love (Book I) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang