[48]

3.9K 560 22
                                    

Keadaan Jacob mulai membaik. Dia udah bisa makan tanpa muntah, walaupun cuma sedikit. Tadi Woo-Seok yang bawain makanan buat dia karena sang manajer khawatir Jacob ga ada kabarnya dari kemarin setelah dijemput Eric.

"Gue malem ini nginep. Kalo besok lo masih ga enak badan nanti gue mundurin jadwalnya."

Itu tadi pesan terakhir Woo-Seok sebelum masuk kamar Jacob. Kalau ada tamu nginep emang biasanya ditempatin di kamar Jacob sementara dia tidur di kamar orangtuanya karena kamar di rumah ini cuma ada dua.

Sekarang udah hampir jam tiga dini hari dan Jacob masih belum bisa tidur. Perasaannya ga enak. Dia kepikiran Eric. Dari tadi dia cuma duduk sembari baca novel, itu pun ga fokus.

Kemarin emang Jacob yang paling tahan liat pembersihan itu. Masih jelas banget di ingatannya wajah Eric dari yang nahan sakit  sampai ga kuat dan akhirnya teriak. Darah di mana-mana.

Tiba-tiba Jacob merhatiin sekeliling. Ada seseorang di sini.

"Eric?"

Gumaman Jacob cukup pelan, tapi itu berhasil membuat satu sosok muncul di luar jendelanya.

Bukan Eric. Sosok hitam tinggi serupa bayangan dengan mata biru yang paling mencolok dari semuanya.

Jacob ga bisa gerakin anggota tubuhnya. Dia bahkan lupa gimana caranya bernapas. Jacob takut. Bayangan itu masih fokus natap Jacob.

"Eric ...."

Cuma nama Eric yang bisa Jacob sebut sekarang. Suaranya lirih. Harusnya dia bisa lari ke Woo-Seok tapi nyatanya Jacob kaku di tempatnya.

Jacob coba pejamin matanya. Apa pun yang terjadi nanti Jacob ga mau lihat bayangan itu masuk ke sini.

"Eric ... Eric ...."

Satu sentakan kuat di dadanya langsung buat Jacob sadar dan kembali buka matanya. Bayangan tadi hilang, sekarang cuma ada Eric yang berdiri di depan jendela kaca tadi.

"Sekarang kalau tidur biasain tutup tirainya ya, Kak."

Eric senyum ke Jacob yang masih membatu di tempatnya. Napasnya udah balik normal tapi Jacob masih takut.

Ini beneran Eric? Bukannya Eric masih belum sadar?

"Kak Jacob?"

Eric duduk di depan Jacob. Sadar kalau Jacob kayaknya takut sama dia, jadi Eric ngambil satu tangan Jacob.

"Ini Eric, Kak. Aku udah pulih, kok, jangan takut."

Tangan satunya ngusap kepala Jacob. Lama-kelamaan, Jacob nangis dan Eric ketawa kecil terus meluk Jacob.

"Takut ya kemaren liat aku kayak gitu?"

Jacob ngangguk, masih nangis di pelukan Eric

Padahal cuma ga bareng Eric dua hari tapi kenapa rasanya kangen banget. Kemarin waktu mereka marahan juga Jacob sebenernya kangen Eric tapi ga terlalu terasa karena ketutup marahnya.

Eric masih setia ngusap rambut Jacob.

"Maaf ya harusnya aku bilang Kakak dari jauh-jauh hari kalau ada sistem kayak gitu. Jadinya Kakak kaget banget.

"Aku udah biasa kok, cuma ya rasa sakitnya emang  ga main-main. Tapi aku selalu cepet pulih, kok. Aku yang pulih pertama dibanding yang lain.

"Nanti kalo umur kita panjang, di pembersihan selanjutnya Kakak jangan kaget lagi, ya?"

Eric ciumin kepala Jacob, salurin segala ketenangan supaya Jacob ga nangis lagi.

Di heningnya malam ini, Eric balik kepikiran tentang omongan Hoshi waktu itu.

Thrilling Love (Book I) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang