[74]

3.5K 521 88
                                    

Dingin.

Entah karena ruangan ini sangat dingin atau memang kemejanya yang bisa dibilang tipis.

Tangannya sakit, perih dan pegal karena terus terikat ke atas. Matanya masih tertutup kain hitam sejak datang ke sini jadi benar-benar tak tau sedang ada di mana.

"Sakit ...."

Lirihan yang sama terus keluar dari mulutnya. Sakit. Seluruh tubuh Chang-Min sakit.

Suara pintu yang dibuka entah sejak kapan jadi sesuatu yang mengerikan untuknya. Setiap orang itu masuk ke sini, Chang-Min merasa tersiksa.

"Bagaimana harimu, Sayang?"

Chang-Min tak menjawab, tapi juga tak membantah sapaan orang asing itu seperti saat pertama kali ia sadar kalau ia tak lagi bersama Young-Hoon.

Tidurnya yang semula tenang kembali terganggu lantaran gerakan asing yang menjalar di kakinya.

"Kau menjaganya dengan baik. Apa yang dia lakukan seharian ini?"

Suara itu bukan bicara pada Chang-Min, melainkan pada benda yang merambat naik di tubuh Chang-Min.

Oh, bukan benda, lebih tepatnya seekor ular. Ular hitam besar.

Chang-Min seketika bergetar hebat. Dia sangat ketakutan. Malam-malam penuh siksaan itu benar-benar menorehkan trauma.

"Hm? Dia mengigau tentang si sialan Young-Hoon dalam tidurnya?"

Ular itu semakin naik, sampai di lehernya dan melilit di sana. Chang-Min mulai sesak napas.

"Ampun ... sakit ... uhuk ...!"

"Hm? Sakit?"

Kontras dengan lilitan yang menyesakkan itu, usapan lembut di pipinya Chang-Min dapatkan.

"Itu hukumanmu karena masih aja mikirin si sialan itu.

"Cepat atau lambat ikatan kalian akan putus dan kamu jadi milikku lagi. Paham, Sayang?

Chang-Min masih bergetar hebat. Sudah hari keberapa ini? Chang-Min takut.

Dia menyesal karena selalu bersikap seenaknya pada Young-Hoon. Sekarang ia takut dan berharap bisa kembali ke rumah, ke tempat aman dengan Young-Hoon di sana.

"Hiks ...."

"Hm? Kenapa nangis, Sayang? Baiklah lilitannya akan kulepas."

"Lepasin gue ... gue mau pulang ...."

"Tak akan."

Kali ini sebuah tangan yang semula mengusap pipinya beralih mencengkram lehernya. Sakit, sesak, selalu itu yang Chang-Min rasakan di sini.

"Lepas .... Sakit ...."

"Tapi sebentar lagi bulan naik, Sayang. Kita punya sesuatu untuk dikerjakan."

Tidak, jangan lagi, batin Chang-Min.

Rasanya sakit. Seperti tubuhnya dikoyak dan dihancurkan.

Iya, sosok asing ini ingin melepas ikatan Chang-Min dari Young-Hoon. Tentu sulit, apalagi Young-Hoon darah murni.

Udara semakin dingin dan getaran hebat di tubuh Chang-Min semakin menjadi ketika bibirnya kembali dijamah oleh orang asing ini. Seperti malam-malam sebelumnya.

Sentuhannya lembut, tapi Chang-Min sangat takut. Ia benar-benar ketakutan.

Semua ini asing, Chang-Min takut.

Kalau ciuman itu saja sudah membuatnya takut, maka apa yang akan orang ini lakukan setelahnya lebih menakutkan lagi.

"Minum, cepat," perintahnya.

Thrilling Love (Book I) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang