Anyir darah pekat tercium dari kamar ini. Lebih tepatnya dari arah tempat tidur yang di atasnya terbaring Chang-Min yang diikat tangan dan kakinya, meronta kesakitan yang benar-benar pedih didengar.
"SAKIT .... SAKIT .... AMPUN ...."
Bernapas mungkin jadi hal yang sulit untuknya. Seakan oksigen enggan memenuhi paru-parunya. Chang-Min sekarat. Penderitaan yang terus terulang itu buat dia ga punya semangat hidup lagi.
"Sakit .... Sa ... kit ...."
Siklusnya terus begitu. Saat kesadarannya hampir hilang, dia dipaksa untuk kembali sadar dan harus merasakan semua kesakitan itu.
"Ampun .... Ampun ...."
Pakaiannya yang serba putih sekarang udah penuh dengan bercak darahnya sendiri. Udah ga terhitung berapa kali Chang-Min muntahin darahnya akibat ritual pemisahan yang ga manusiawi ini.
Harusnya ga boleh dipaksa terus-menerus, harus ada jedanya. Tapi karena sang vampir ga sabaran, jadilah penderitaan Chang-Min berlangsung tanpa henti sampai ikatannya dengan Young-Hoon putus tanpa sisa jejak.
Chang-Min udah hampir pejamin mata lagi saat dia lagi-lagi merasakan sengatan panas di lehernya, yang langsung menyebar ke seluruh badan.
Detak jantungnya ga karuan, Chang-Min dipaksa sadar lagi dan kembali teriak kesakitan.
Begitu terus siklusnya beberapa hari ini.
"SAKIT .... SAKIT ...."
Di samping tempat tidur, sang vampir cuma diam aja liatin Chang-Min yang kesakitan. Bener-bener ikatan Young-Hoon itu kuat. Walaupun kemarin sempet melemah, tapi nyatanya belum sepenuhnya putus.
"Sakit .... Hiks ... sakit ...."
Dia mendekat lagi ke arah Chang-Min, kembali suntikkin cairan biru terang yang baru semalam dia racik sendiri.
Kalau pakai cara biasa ga mempan, pakai cara satunya jadi jalan lain. Tapi sebenernya resiko kematiannya lebih tinggi.
Begitu suntikan tadi kembali masuk ke leher Chang-Min, teriakan Chang-Min yang mulai pelan lagi kembali keras. Chang-Min ga sanggup, dia mau mati aja.
Dalam hatinya dia mau Tuhan ambil nyawanya aja.
"SAKIT! SAKIT!"
Entah kenapa teriakannya kali ini serupa jeritan yang paling pedih. Chang-Min ga kuat. Detak jantungnya makin ga karuan, pernapasannya juga makin terhambat.
Sampai akhirnya bukan teriakan kesakitan lagi yang terdengar. Chang-Min kejang hebat di atas kasurnya. Dia ga bisa ngomong apa-apa lagi. Dia seratus persen masih sadar tapi semua rasa sakit itu membungkamnya.
Kejangnya semakin hebat, darah segar tersembur dari mulutnya. Bener-bener layaknya manusia yang udah dijemput ajal dengan cara yang perih.
Mata Chang-Min melotot tapi pandangannya kabur. Kesadarannya menurun.
"Dia bisa mati kalau kamu ga hentiin itu sekarang."
Sekarang Chang-Min batuk hebat. Darahnya semakin banyak keluar dari mulut, lebih seramnya lagi kini lubang telinga, hidung dan matanya juga mengeluarkan darah.
Pria yang baru masuk ke kamar ini terlihat menggendong seekor ular hitam yang lebih besar dan panjang dari miliknya. Kepala ular itu dielus dengan sayang.
Mata birunya natap adiknya dan Chang-Min bergantian.
"Kamu denger Kakak? Dia bisa mati," ulang pria itu.
Kejang Chang-Min semakin melemah, sampai akhirnya berhenti.
Begitu didekati, ga terasa lagi denyut jantung dan napasnya. Terlalu samar.
"Sial!"
Tapi begitu dilihat aliran energinya, lagi-lagi warna hitam pekat di sana perlahan kembali jadi biru terang. Segala siksaan yang Chang-Min lewati selama ini hanya berpengaruh ke kecepatan recovery-nya yang melambat. Ikatan Young-Hoon masih tertanam di tubuh Chang-Min walaupun lemah karena diserang terus-menerus.
"Kalau kamu mau nekat sih lebih mudah bunuh Young-Hoon aja, ikatan mereka langsung terlepas. Tapi Kakak pikir kamu ga sekuat dan seberani itu untuk bunuh Young-Hoon."
Si kakak ikut mendekat ke tempat tidur Chang-Min. "Padahal kamu bisa nunggu dia reinkarnasi lagi. Kenapa kali ini kamu kesannya ga sabaran banget, sih? Ada apa? Kakak inget banget baru berapa puluh tahun lalu kamu ketawa-tawa bareng dia, jadi pasangan kekasih yang bahagia.
"Kehilangan dia sepanjang satu generasi bukan masalah besar, kan?"
Dia masih mengabaikan sang kakak dan lebih milih duduk di samping Chang-Min. Tangannya ngusap rambut Chang-Min perlahan dan tubuh Chang-Min membaik dengan sendirinya. Darahnya menghilang, tapi kulitnya masih pucat karena sampai detik ini pun Chang-Min ga dikasih makan dan minum. Hanya dicekoki darahnya.
Sekarang ia melepas empat ikatan di kaki dan tangan Chang-Min. Masih belum menanggapi omongan kakaknya.
Chang-Min diselimuti dengan nyaman. Ia mencium kening Chang-Min cukup lama, lalu berjalan menjauh.
Ular hitam kesayangannya yang sejak tadi melingkar di atas karpet merayap perlahan kembali naik ke tempat tidur untuk jagain Chang-Min.
"Kakak ga kerja? Ngapain ngurusin masalah orang lain? Pergi aja, aku juga mau berangkat," katanya dan berlalu ninggalin sang kakak keluar kamar.
Kakaknya ketawa kecil, tawa mengejek yang menyebalkan. Sembari masih mengusap kepala ular kesayangannya, dia juga keluar kamar dan ninggalin Chang-Min yang tidur lelap.
Tidur? Entah dia bisa bangun lagi atau engga.
.
Nyatanya Tuhan masih kasih Chang-Min hidup.
Dia terbangun dengan keadaan kamar yang gelap. Dia merasa ada yang bergerak di atas selimut di kakinya. Tapi Chang-Min ga peduli.
Kamar ini beneran gelap karena tirai pun ditutup, sinar bulan ga bisa masuk.
Susah payah Chang-Min bernapas.
Pintu kamarnya terbuka, deritnya cukup keras.
Chang-Min bisa lihat sepasang mata yang berkilat biru mendekat ke arahnya. Chang-Min takut, tapi matanya tetep fokus ke sosok itu.
Tangan asing itu mencengkram dagunya, membuat mulut Chang-Min terbuka dan dia rasa ada cairan yang langsung mengalir ke tenggorokannya.
Perlahan Chang-Min merasa panas dari dalam tubuhnya. Sensasi yang ga bisa ditolak dari hormonnya.
Rangsangan untuk disentuh, pikir Chang-Min.
"Euh .... Hah ...."
Rasanya sakit. Chang-Min mulai bergerak ga nyaman. Rangsangan terhadap hormonnya makin besar. Desahannya semakin keras dan Chang-Min ga bisa kontrol dirinya sendiri.
Sampai sosok dalam gelap ini menindihnya, mencumbunya dengan lembut mulai dari bibirnya yang dilumat terus-menerus. Tiap sentuhannya layaknya obat untuk tubuh Chang-Min yang kesakitan karena hormonnya sendiri.
Berkaca dari pengalaman bercinta sebelumnya yang menyakitkan, kali ini semuanya terasa nikmat bahkan Chang-Min ketagihan dengan sentuhannya.
Mungkin itulah alasan kenapa Chang-Min diminumi cairan yang tadi. Sebagai permintaan maaf atas siksaan bertubi-tubi beberapa hari ini.
Malam ini, sang vampir akan membuat Chang-Min terbuai dengan segala sentuhannya. Hanya ada desahan nikmat, bukan teriakan penuh rasa sakit.
Cintanya untuk Chang-Min sebesar itu dan ga ada satu makhluk pun di dunia ini yang berhak atas Ji Chang-Min selain dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book I) || The Boyz
FanfictionThe vampires finally found their partners, but will everything always be fine? The Boyz with other idols. bxb June 26 2019 - June 14 2020