3. I'm Titanium

2.1K 66 8
                                    

Cahaya jingga menerobos masuk ke dalam retina mata milik Yuki. Lembayung senja yang menampilkan semburat jingga kemerahan menemani perjalanan Yuki sore ini. Dirinya tidak menyangka, bahwa sahabat satu-satunya yang dia miliki mengalami nasib semenyedihkan seperti ini.

Beberapa bulan yang lalu, sesuatu mengubah kepribadian Yuki.

Yuki adalah seorang gadis yang mampu membuat pria mana saja jatuh hati dan tergila-gila dengan dirinya andai saja mereka tidak tahu latar belakang dirinya. Rambut legamnya yang sekelam langit malam menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Iris aquamarine miliknya mampu menarik atensi siapa saja untuk memandang dan mengaguminya. Kulitnya pucat, sepucat salju pada bulan Desember. Namun, tidak ada seorang pun yang mau menjadi temannya.

Yah... masa-masa itu. Masa-masa dimana Yuki belum mengenal apa itu hidup.

Yuki memang sedari dulu tidak memiliki teman, apalagi sahabat. Semua orang akan langsung menjauh jika Yuki mendekat. Yuki tahu dan sadar akan hal itu, sehingga dirinya menjadi seorang gadis yang tidak pernah membuka suaranya untuk orang lain.

Dirinya adalah seorang anak yang dilahirkan dari sebuah keluarga yang hancur. Kedua orangtuanya adalah pecandu, pemakai, dan pengedar narkoba. Tentu saja, hal itu membuat dirinya dijauhi oleh semua orang. Yang lebih buruknya lagi, kedua orang tuanya tersebut sudah meninggal dunia karena overdosis.

Sejak saat itu, Yuki selalu melakukan semua hal sendiri. Pengalaman hidup yang buruk menempanya untuk menjadi mandiri.

Semuanya berjalan normal sampai pada suatu hari, Yuki ditemukan tergeletak begitu saja di lantai apartemennya. Petugas apartemen yang akan menagih sewa bulanan lah yang menemukan Yuki.

Yuki pun dibawa ke rumah sakit. Suara-suara bising dari para tenaga medis tidak mampu membuat Yuki tersadar. Selang infus dan tangki oksigen semakin menambah ramai suasana rumah sakit kala itu. Dokter dan perawat yang memeriksa Yuki dengan telaten, mendiagnosis bahwa gadis tersebut mengalami leukimia.

Malamnya, Yuki terbangun dari pingsannya yang cukup lama. Yuki mengerjapkan matanya, lalu melihat ke arah lengannya. Dirinya semakin terkejut ketika melihat selang infus sudah terpasang di urat nadinya. Selain itu, baju yang dia kenakan pun berbeda jauh dengan baju yang terakhir dia pakai.

Kendati demikian, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Yuki. Kondisinya saat ini sangat lemah. Untuk bangun dari pingsannya tadi saja memerlukan banyak tenaga, apalagi untuk turun dari tempat tidur ini dan mencari tahu apa dan dimana dirinya berada saat ini. Tapi, dari pemikiran Yuki, rumah sakit adalah tempat yang cocok untuk mendeskripsikan ruangan ini.

Yuki pun kembali memejamkan matanya, lalu tertidur pulas untuk mengumpulkan tenaganya yang masih sangat sedikit.

Paginya, suara seseorang membangunkannya. "Yuki, selamat pagi,"ucap seorang wanita berpenampilan seperti suster dengan ramahnya.

Alih-alih menjawab, Yuki malah mengunci pandangannya ke mata suster tersebut. Jelas, suster tersebut merasa risih, lalu berniat meninggalkan Yuki. Tapi sebelumnya, suster tersebut menceritakan terlebih dahulu kejadian sebelum Yuki dibawa ke tempat ini. "Yuki, kamu sekarang sedang berada di rumah sakit. Pemilik apartemen yang kamu tinggali mengatakan bahwa dia melihatmu tergeletak di lantai kamar apartemenmu dan langsung membawamu ke sini. Kabar baiknya, pemilik apartemen itu sudah menanggung semua biaya pengobatanmu. Namun, kabar buruknya..."

Lagi-lagi, Yuki tidak menjawab dan malahan meniup sejumput rambut yang ada di dahinya. Namun, dia merasa sedikit was-was ketika mendengar kata 'kabar buruk' terlontar dari mulut suster tadi.

"Kamu terkena penyakit leukimia stadium akhir." lanjut suster itu.

Bagai tersambar petir di siang bolong, hati Flo langsung hancur berkeping-keping. Dia tidak menyangka bahwa Tuhan akan menghadiahkannya ujian berat lagi. Cobaan apa lagi yang akan aku terima? batin Yuki.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang