9. Ditinggal Kawin atau Nikah?

142 17 4
                                    

Subtema : Ditinggal Kawin

Cuaca cerah nan terik tak jadi penghalang untuk Feni. Ya! Namanya Feni gadis desa yang tengah mencuci pakaiannya di pinggri kali.

Musim kemarau yang cukup panjang, tak membuat kali itu kering layaknya jalan berbatu. Hanya sedikit surut, namun masih bersih bebas dari sampah membuat siapapun masiu bisa mandi dan sekadar mencuci pakaiannya.

Selesai membilas seluruh pakaiannya, Feni membawa ember sedang itu sembari terus mengusap peluhnya di dahi. Jalan yang sedikit menanjak dari kali menuju jalan rata, membuat Feni harus berhati-hati ketika menginjak bebatuan di hadapannya.

"Eh, Neng Feni! Hati-hati sini saya bantu!" kata salah satu laki-laki yang lewat mengenakan sepeda.

Namanya adalah Briyan. Seorang pemuda desa yang terbilang ulet dan memliki wajah bersih berseri.

Feni hanya tersenyum. "Tidak usah. Rumah saya deket kok," tolak Feni dengan lembut.

"Eh ... seharusnya itu tugas laki-laki membawa barang berat, bukan tugas perempuan."

"Ah gak apa-apa. Feni sudah terbiasa."

Feni pun tersenyum, kemudian kembali berjalan lurus dengan suara tapak sendalnya. Sementara, Briyan masih mengejar Feni dengan mengayuh spedahnya.

"Yakin? Nanti sakit tangan, lho."

"Iya gapapa."

🌼🌼🌼

Feni pun melamun menatap bunga-bunga di depan rumahnya sembari meneguk teh hangat. Ia terus memikirkan laki-laki yang sudah bertahun-tahun pindah rumah namun masih berbalas surat dengannya.

Hari ini adalah hari yang mendebarkan untuk Feni, karena tukang pos pasti mengantarkan surat dari orang itu untuk Feni.

Benar saja, beberapa menit kemudian tukang pos memberikan surat pada Feni. Dengan buru-buru Feni membuka kertas berwarna merah muda itu.

Untuk : Feni
Dari : Aldo

Feni gimana kabar? Kuharap baik-baik saja. Aldo cuman mau ngasih tau di surat ini, kalau bulan depan mungkin Aldo mau ke desa sana. Jangan lupa siap-siap.

Feni pun tersenyum sumringah. Iya pun bergegas menuju kamarnya untuk membalas surat dari Aldo.

Aldo adalah seseorang yang Feni sukai sejak lama. Ketika orang tua Aldo sedang bekerja di sini, Aldo dan Feni tak bisa dipisahkan. Hingga pekerjaan orang tua Aldo selesai, barulah Aldo pindah kembali ke kota.

Setelah Feni selesai menulis suratnya, ia berencana untuk pergi ke kantor pos. Senyuman terus menggembang di bibirnya seraya membawa kertas putih di tangannya.

"Aduh Neng Feni, cantik sekali. Mau kemana?"

Suara itu seolah membuat senyum Feni memudar. Ia pun tertawa sinis pada Briyan yang tengah menghancurkan rasa bahagianya.

"Ngapain ngikutin?"

"Ih ... siapa yang ngikutin? Orang gak sengaja lewat."

"Oh."

Feni pun kembali berjalan mendahului Briyan dan spedanya.

"E-eh, Feni! Tunggu dulu! Di depan sana jalannya lagi diperbaiki, harus jalan muter kalau ke kantor pos. Mendingan ikut saya biar lebih cepat."

Feni pun berhenti berjalan dan berpikir sejenak. Memang, jikalau ia naik speda bersama Briyan tentu lebih cepat bukan?

Feni pun mengangguk. "Emangnya kamu mau ke mana rela anterin aku ke kanto pos?"

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang