3. Rindu Kalian

335 18 0
                                    

Hari yang menyedihkan. Aku sangat heran. Kenapa aku harus menemukan buku itu di hari yang tidak tepat? Kenapa aku membukanya? Sungguh bodoh diriku ini.

Padahal buku itu sudah kusembunyikan di tempat yang bahkan telah aku lupakan.

Aku ingin menangis, tapi tidak bisa. Mengingat aku sedang berada di tempat umum, aku berusaha untuk tetap santai dan terlihat ceria.

Seseorang menepuk bahuku, membuatku tersentak. "Chi, kita udah disuruh kumpul di lapangan nih."

"Paling pertama selesai ganti baju malah melamun."

Ah ... aku hanyut dalam pikiran lagi.

Seperti biasa, aku menampar pipiku sendiri dan mengukir senyuman kikuk pada wajahku. "Maaf, maaf. Siap, salah!"

"Pasti mikirin cowok!"

"Cieeee!"

"Iya, cowok dari mimpi!" ucapku lalu meluncur keluar dari kelas.

Seisi kelas ini adalah temanku. Saat-saat bersama mereka memang seru, heboh, lucu, konyol, dan lain sebagainya. Tapi aku masih merasa kurang.

Untuk sesaat, aku lupa apa yang membuatku merasa kurang. Tapi, di hari itu ... aku kembali mengingatnya. Diriku serasa diserbu oleh ratusan kenangan manis dan pahit bersama mereka. Masa-masa yang paling berharga dalam hidupku. Masa yang mengubah diriku menjadi aku yang saat ini.

"Merichi!"

Bola menghantam wajahku dengan keras. Aku pun jatuh terduduk. Darah segar mengalir keluar dari hidungku. Pusing sekali. Rasanya dunia seperti sedang berputar dengan sangat cepat.

Teman-temanku yang berada di tepi lapangan hanya bisa menatapku dengan iba, sesekali berbisik pada satu sama lain.

Salah satu temanku yang bertubuh besar membantuku untuk berdiri. "Kalo lagi main jangan melamun dong!"

"Goblok," cibir temanku yang sering sekali marah-marah.

Tidak ingin membuat mereka khawatir berlebihan, aku menghapus darah di wajahku dengan lengan seragam olahraga milikku.

Aku pun mengacungkan jempol juga memamerkan cengiranku. "Aman! Kalian lanjut aja."

Salah satu cowok di kelasku menggantikan aku yang sebenarnya sudah kewalahan sejak tadi. Sementara itu, aku menepi lalu duduk di atas batang pohon di sudut lapangan.

Sekilas aku terlihat seperti sedang menonton mereka bermain. Tapi sebenarnya, aku kembali hanyut dalam pikiran.

Terbayang di benakku, waktu-waktu yang kami lalui bersama saat jam olahraga berlangsung. Momen kami saat praktek lari, basket, serta sepak bola terngiang-ngiang di kepala.

Oh, betapa ingin aku kembali ke masa itu....

☁☁☁

Perjalanan pulang. Biasanya aku amat senang dikala waktu ini tiba, tapi tidak sekarang. Tempat-tempat yang akan aku lewati pasti memiliki kenangan yang tersimpan.

Aku memandang ke luar dari jendela angkot. Bawah pohon di perempatan ini contohnya.

Rasanya aku melihat diriku dan yang lainnya sedang tertawa sembari melakukan hal konyol di sana. Sesak rasanya ketika kenangan itu kembali terulang.

Kucubit pipiku ini sekuat mungkin agar aku tidak terbawa perasaan. Malu juga kalau diperhatikan seisi angkot karena aku tiba-tiba menangis. Sakit? Tentu. Tapi tidak sesakit hati ini.

"Di sini aja, Om."

Aku turun bersama beberapa penumpang lain, tak lupa membayar lalu berpindah ke angkot berikutnya.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang