14. Last Meet

522 20 2
                                    

September 01, 2018

Musim panas kali ini begitu terasa menyengat, berbeda seperti musim panas sebelum-sebelumnya. Mungkin ini akibat terjadinya global warming yang dialami bumi sehingga berdampak besar pada sinar-sinar matahari yang terpancar ke bumi. Namun, itu hanya akan dirasakan di luar sana, tidak untuk di sebuah ruangan berukuran minimalis yang didasari warna hijau muda itu. Memberi sedikit suasana sejuk setidaknya.

Di ruangan tersebut tertata rapi barang-barang sesuai tempatnya, lalu dengan kertas-kertas yang dengan sengaja ditempel tepat di dekat jendela. Kertas-kertas itu bukan sekadar kertas, tetapi ada garis-garis membentuk sebuah design gaun.

Ya, pemilik ruangan itu adalah seorang designer muda yang baru empat bulan ini membuka butiknya di kota Tokyo. Setelah empat tahun ia berkuliah di Prancis, lalu satu setengah tahun ia melanjutkan kesehariannya, masih di Prancis.

Tentu sebelum dia ke Tokyo, dia pernah tinggal di Tokyo juga. Bukan, bukan hanya pernah, bahkan dia lahir dan besar di Tokyo. Terlebih lagi dia bersekolah hingga pendidikan terakhirnya di Jepang yaitu di Meizen High School.

Suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu ruangan tersebut.

“Masuk!” sahut seorang gadis dari dalam ruangan tersebut. Gadis di ruangan tersebut masih terus mengadukan ujung pensil ke atas selembar kertas yang tergeletak tepat di atas meja gadis itu.

Cklek!

“Maaf, Nyonya. Ada seorang pelanggan yang ingin bertemu denganmu. Sebelumnya dia ingin memilih gaun untuk calon istrinya. Namun, ia merasa semua gaun yang dipajang di etalase toko tidak ada yang cocok dengan sang calon. Bagaimana, Nyonya?” jelas karyawan butik yang bernama Shiromizu Ayane itu, sontak menghentikan gerakan tangan bosnya tersebut.

Dare? Ayo, aku ingin menemuinya,” kata gadis itu sambil berjalan mendahului karyawannya.

***

Gadis itu sudah semakin dekat dengan keberadaan sepasang calon suami-istri itu pun mencoba memasang tampang tenang. “Permisi, Tuan. Ada yang bisa saya ban—tu?” sapa gadis itu sekaligus bertanya. Namun, bagi siapa pun yang mendengarnya, sapaan gadis itu terdengar seperti orang yang menggantungkan perkataannya akibat keterkejutan.

“Nami,” panggil lelaki yang ada di hadapan gadis itu dengan sedikit syok. Ya, gadis berprofesi sebagai designer muda itu bernama Nami.

Entahlah, seperti ada tarikan yang kuat hingga mereka saling menatap tajam terhadap sosok yang ada di hadapan mereka masing-masing.

“Ehemm.” Suara Ayane menyadarkan Nami dan sosok lelaki itu, termasuk menyadarkan calon istri dari lelaki itu yang terlihat bingung melihat dua orang tadi saling melempar tatapan tajam.

“Maaf, Tuan. Dia pemilik butik ini sekaligus designer gaun yang telah dipajang di etalase toko,” jelas Ayane dengan halus tepat di samping Nami.

“Ya, Senpai. Senang bertemu denganmu lagi. Ah, ada yang bisa kubantu? Kudengar kau kurang suka dengan semua design baju yang dipajang? Apa benar seperti itu?” tanya Nami dengan jelas sambil melempar tatapannya ke arah perempuan di samping lelaki itu.

“Yato-kun, apa kalian saling kenal?” kata perempuan yang berada di samping lelaki bernama Yato dengan tampang bingung.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang