8. Aku, Ingatan, dan Album Ajaib

235 13 0
                                    

Ruangan yang gelap dan penuh debu menyambutku. Aku terbatuk-batu saat memasuki ruangan itu, sial. Kenapa harus aku yang kebagian tugas untuk mencari buku tebal dengan banyak foto didalamnya. Nata, yang dapat di sebut kakakku dengan sesuka hati menyuruh aku untuk mengambil album tersebut. Lihat saja nanti, akan ku siksa dia dengan sendalku saat aku kembali keatas. Diriku merapat kearah tembok, meraba-raba guna mencari sebuah tombol yang membuatku dapat melihat ruangan dengan jelas.

Cklek!

Hanya dengan satu tekanan yang tak terlalu kuat, sebuah bohlam lampu yang berada di tengah ruangan bersinar dengan terang. Mataku menyesuaikan cahaya sekitar, tampak ruangan yang dapat disebut sebagai gudang itu sangat berantakan. Tampaknya, aku harus segera menyarankan untuk membersihkan gudang tersebut.

Diriku mulai menjelajah ke seluruh ruangan, mencari buku yang mengharuskanku untuk kesini. Dirak-rak yang terbuat dari besi, banyak sekali benda-benda yang tak terpakai. Sebuah kotak berukuran besar diletakkan di tempat paling tinggi, langsung saja aku berusaha menjangkaunya. Sial, kenapa rak itu terlalu tinggi sih, aku jadi susah menjangkaunya! Akhirnya, setelah cukup lama memanjangkan tubuh, aku dapat menjangkau kotak itu.

Dengan perlahan, ku turunkan kotak ke lantai gudang, aku duduk dihadapan kotak tersebut. Tangan mungilku yang putih itu mulai mengeluarkan isi muatan kardus itu. Ternyata, banyak juga barang di dalamnya.

Tanganku meraba permukaan kasar dengan bentuk yang cukup besar, ku keluarkan benda tersebut dan tersenyum senang setelah melihat benda tersebut. Akhirnya, aku dapat juga benda yang ku cari!

Sebuah album yang memuat banyak kenangan, aku mengelus permukaannya yang telah di tutupi oleh debu akibat tak pernah di buka lagi, jemariku mulai membuka sampul album itu, seharusnya aku langsung dapat melihat foto-foto kakakku, namun alih-alih melihat foto itu, aku malah dihadapkan dengan sebuah kertas yang memuat tulisan tangan seperti cakar ayam.

“Apakah kamu mau menjelajahi waktu itu denganku?”

Kubaca tulisan itu dengan alis menukik ke atas, hah? Menjelajahi waktu? Yang benar saja. Mana ada hal begituan di dunia ini. Ku buat kertas itu menjadi sebuah bola dan melemparnya ke sembarang arah, masa bodo lah dengan maksud tulisan itu, yang penting aku telah menemukan benda yang kucari. Ku masukkan semua barang-barang yang sempat ku keluarkan. Kotak itu juga telah ku letakkan di tempat yang seharusnya. Kakiku segera melangkah menjauh dari gudang, namun belum sempat aku memutar kenop pintu, sebuah cahaya yang berasal dari album membutakan mataku. Dan dalam sekejap, semua menjadi gelap.

***

Angin sepoi-sepoi membelai kulitku, perlahan aku membuka kedua netra segelap tanah. Ku pandang sekitar, suasana yang tak asing menyapaku. Ini.... Taman belakang rumah? Tapi kenapa aku tiba-tiba berada disini? Segudang pertanyaan membanjiri diriku. Tapi, tak ada seorangpun yang menjawab tanda tanya itu.

“Kak Nata! Jangan cepat-cepat lalinya. Lena jadi susah mengejalnya!” Tiba-tiba saja, terdengar seruan dari seorang anak kecil berusia 4 tahunan. Surai lurus sepunggung dengan warna hitam itu tertiup oleh angin sepoi, manik segelap tanah milik gadis cilik itu memandang sosok anak laki-laki dihadapannya dengan jengkel. Sosok laki-laki dan gadis cilik itu tak asing di mataku. Itu kan.... Aku dan kak Nata?! Tapi, bagaimana mungkin?!

Tawa lepas dari bocah laki-laki itu membawaku kembali ke realita. Ah, kapan terakhir kali aku melihat tawa lepas sejenis itu dari kak Nata? Entah sejak kapan dia berubah menjadi mengesalkan dan tak pernah menunjukkan tawa lepas itu di hadapanku.

“Makanya, Rena harus banyak belajar lari, biar bisa mengejar kak Nata.” Jawaban dari Kak Nata membuat diriku yang masih kecil itu menggembungkan pipi kesal. Nata menghampiri Rena kecil dan segera mencubit kedua pipinya yang tembam itu.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang