3. Mystic Love

286 21 34
                                    

Subtema : Bertepuk Sebelah Tangan

Kata orang, cinta adalah hal terindah yang pernah terjadi dalam hidup.

Karena cinta menyatukan dua insan yang saling mencintai. Cinta melahirkan buah hati, membawanya ke dalam dunia yang penuh dengan cahaya. Cinta membawa kebahagiaan bagi semua orang.

Cinta adalah segalanya.

Namun, aku menentangnya.

Bagiku, cinta hanyalah sebatas kesalahan saraf pada otak manusia.

Cinta membutakan mata yang melihat, membohongi hati yang tahu kenyataan, menutup telinga yang dapat mendengar.

Cinta membuat seseorang menjadi bodoh.

Terlepas dari betapa indahnya cinta, cinta juga memiliki sisi gelap. Sisi yang membuat seseorang jatuh terputuk ke dalam keputus asaan.

Karena itu, aku takut jatuh cinta.

Aku menutup hatiku, aku tidak mau tersakiti. Aku memang terlalu pengecut.

Bangunan bercat putih dengan pagar hitam menjulang tinggi berdiri dengan gagah di hadapanku. Aku menghela napas, membuka gerbang tersebut hingga menghasilkan bunyi berdenyit yang sedikit memekakkan telinga. Tanpa ragu, kulangkahkan kakiku memasuki perkarangan rumah yang telah menjadi tempatku bernaung selama enam belas tahun hidupku.

Setelah melepas sepatu dan meletakkannya di rak, aku berjalan memasuki rumah. Ruang tamu yang memiliki berbagai lorong adalah hal pertama yang menyapaku. Aku memasuki salah satu lorong menuju kamarku. Di sisi lorong tepat sebelum tangga menuju lantai dua, terlihat pintu kamar adikku terbuka lebar.

Keningku mengernyit. Karena pintu yang terbuka lebar, maka secara otomatis aku dapat melihat suasana di dalam kamar adikku.

"EXPLOSSION!" teriak Elin.

Aku tersentak pelan karena terkejut. Adikku bernama Liliana, atau biasa kupanggil Lili adalah anak introvert yang sangat menyukai menonton animasi asal Jepang. Dan saat ini dia tengah menonton anime bersama temannya yang bernama Elin. Kalau tidak salah kalimat yang Elin serukan tadi artinya "meledak", tapi aku juga tidak tahu, sih. Aku seperti pernah mendengarnya di suatu tempat.

Mereka tampak sedang asyik menonton serial anime dari laptop. Kamar Lili tampak berantakan sekali. Sangat banyak kertas HVS yang berserakan di lantai kamarnya. Kertas HVS memenuhi kamar Lili. Aku tak habis pikir, kok bisa ya mereka menonton tanpa merasa terganggu dengan keberadaan kertas-kertas itu?

Terkadang aku tidak mengerti hobi aneh Lili yang sangat suka mengoleksi kertas HVS.

Ah, atau mungkin alasannya karena 'hal itu'.

Lili bisa melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain. Mungkin, orang-orang saat ini menyebutnya sebagai indigo. Mungkin alasan Lili senang mengoleksi kertas HVS karena Lili bisa melukis wajah mereka yang tidak terlihat di sana.

"Eh, Kakak!" sapa Lili, sepertinya dia baru menyadari kehadiranku. "Ada apa, Kak?"

"Halo Kak Heny!" Elin menyapaku.

"Eh, nggak," aku menggeleng pelan, tersenyum tipis. "Tadi Kakak lihat pintu kamarmu terbuka. Kakak kira ada apa."

"Eh, terbuka lagi?" Lili menoleh ke udara kosong di sisi kiri tubuhnya. "Ini ulah kamu, ya? Ih, dasar usil!"

"Harusnya kalau dia nakal, usir saja, Li," timpal Elin. Elin memang satu-satunya teman Lili yang tidak takut terhadap hantu. Itu mengapa mereka bisa berteman dekat.

Lili mulai mengomeli udara kosong, yang kuyakini sebenarnya ada 'seseorang' di sana.

Meskipun sudah sering, namun tetap saja melihat Lili yang sedang berbicara dengan udara kosong itu aneh. Entah mengapa aku tidak pernah bisa terbiasa melihatnya.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang