16. Kocheng Oren

398 20 2
                                    

Apakah kucing itu lucu? Apakah kucing itu imut? Apakah kucing itu menggemaskan? Iya? Benarkah?

Ya, mungkin bagi sebagian besar orang di dunia menganggap bahwa kucing adalah salah satu hewan yang lucu. Raut wajahnya yang imut dan bulu halus di tubuhnya membuat siapa saja ingin mengelusnya. Belum lagi dengan tingkah laku mereka yang menggemaskan. Tidak heran jika banyak orang menjadikan kucing sebagai hewan peliharaan.

Beberapa orang mungkin menghindarinya karena suatu alergi atau penyakit. Seperti Via yang sedang duduk di sudut kamar itu. Dia duduk dengan memeluk erat lutut yang ditekuk, bersama kerumunan boneka dan balutan selimut.

Kulitnya mengeluarkan keringat dingin sejak satu jam yang lalu. Napasnya keluar masuk tidak beraturan. Kedua bola mata Via melirik acak benda-benda di sekitarnya.

Gagang pintu kamarnya bergerak, menandakan ada seseorang yang mencoba membuka pintu. Namun, usaha seseorang yang berusaha membuka pintu itu gagal. Pintunya dikunci dari dalam. Dirantai dan digembok, serta ditahan dengan meja belajar berukuran panjang tujuh puluh centimeter dan lebar lima puluh centimeter.

Orang di luar mengetuk pintu itu. Lama-lama ketukan berubah menjadi gedoran. Via masih bertahan di pojokan bersama pasukan bonekanya. Masih enggan untuk keluar maupun beranjak dari tempat itu.

Lama-lama, suara gedoran pintu semakin memelan. Hingga suara gedoran pintu itu tidak terdengar lagi. Apakah orang itu sudah pergi?

Via mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Belasan kali Via bergumam sambil ketakutan, "Apa dia sudah pergi?"

Gadis berambut panjang itu memberanikan diri untuk berdiri untuk mememeriksanya. Dia berjalan ke arah pintu dengan kaki yang gemetaran.

Via menaiki meja yang mengganjal pintu, lalu mendekatkan telinganya ke daun pintu. Tidak terdengar suara mengerikan itu lagi. Via membuang napas lega sambil memegangi dahinya.

"Miauw!" Seseorang yang memakai kostum kucing sambil menggendong kucing muncul dari jendela kamar Via.

Via sampai melompat ke dinding saking kagetnya. Tubuhnya gemetaran. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Jantung Via berdebar-debar tak beraturan.

Gadis 16 tahun itu menutup wajahnya dengan kedua lengan. Rasa takutnya sudah tidak tertahankan. Mata Via mulai mengeluarkan air mata yang sedari tadi dibendung oleh kelopak matanya.

Via mulai berteriak-teriak. Dia mengembil apapun di sekitarnya, dan melemparkannya pada 'kucing' itu.

"Pergi! Pergi!" teriaknya sambil melempar boneka panda ke arah jendela. Tetapi usahanya sia-sia karena jendela tertutup. Si 'manusia kucing' tidak terkena efek apapun dari serangannya.

Seorang wanita berumur kurang lebih 40 tahun-an menghampiri orang berkostum kucing di dekat jendela.

"Sudahlah, Lala. Berhentilah dulu. Kasihan dia," ujar wanita itu lalu pergi meninggalkannya.

Orang yang dipanggil Lala itu berbalik badan dan menurunkan kucing di tangannya.

"Hah, kamu memang sulit disembuhkan, ya," gumamnya, kemudian pergi di belakang wanita itu.

Via mengintip jendela dari sela-sela jarinya. Dia sudah tidak melihat tanda-tanda kucing jadi-jadian itu. Via kembali bernapas lega, dan berharap tidak akan melihat makhluk seperti itu lagi.

===

Jarum jam menunjuk ke angka empat. Matahari sudah agak condong ke barat, menjelaskan bahwa hari sudah mulai sore.

Cahaya matahari menembus jendela kamar bercat putih. Mata gadis itu mengerjap beberapa kali ketika sinar mentari mengenai kulitnya. Via meluruskan kakinya yang dari tadi ia peluk.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang