6. Pelajaran di Sweetseventeen-ku

696 26 0
                                    

Aku sudah seperti orang stres pagi-pagi begini. Bagaimana mungkin mereka melupakan hari paling istimewa ku.
Kemana Sahabat? Kemana orang-orang? Mereka semua bahkan sibuk dengan urusannya masing-masing. Omong kosong. Ternyata mereka semua tidak pernah menyayangiku.

Aku mengayuh sepeda dengan tatapan kesal,aku bahkan tidak sadar sudah mengayuh dengan sangat cepat. Rasanya cepat sekali sampai sekolah. Ah..aku malas sekali bertemu orang-orang bermuka dua. Teman-teman ku yang bahkan tidak memberikan ucapan sederhana di ulangtahun ku yang ke-17.

Ya..Kemarin adalah Sweetseventeen-ku. Mama dan Papa tidak memberi ucapan apalagi kado indah . Kakakku? apalagi. Musuh bebuyutanku itu mana mungkin memberi sedikit ucapan apalagi kejutan kecil.

"Selamat pagi chacha" Sapa Dira,teman sekelasku.

"Pagi" Jawabku datar

Huh..tidak usah pura-pura ramah padaku

Aku memasuki kelas gontai..Bahkan sebelum pelajaran dimulaipun rasanya aku ingin pulang dan mengunci diri dalam kamar.

Hari itu begitu suntuk,Rasanya aku ingin menenggelamkan diri dilaut mati lalu bertualang ke gurun sahara dan mendaki ke gunung Himalaya. Pokoknya aku ingin menghilang. Kalian pikir aku mungkin berlebihan dalam hal ini.

Tapi dalam 16 tahun kehidupan ku didunia,tidak ada perayaan Ulangtahunku yang biasa saja. Untuk kalian tahu,Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara sekaligus anak dari pengusaha terkaya di kota ini.

Ulangtahun ke-16 ku kemarin aku diberi hadiah,Taman pribadi oleh Papa. Taman itu berada samping kamar tidurku.Aku hanya perlu membuka pintu samping dan Taman dengan berbagai macam bunga berjejer rapi terpampang nyata.

Taman itu berada di Outdoor karena semua bunga disana butuh sinar Matahari. Ditaman itu aku biasa membaca Novel atau menikmati Sore bersama teman-temanku,yang sekarang menjadi teman palsu bagiku.

Setelah setengah hari suntuk disekolah,Akhirnya Waktu Pulang. Aku mengambil sepeda yang terparkir di parkiran khusus sepeda.

Hari ini aku memilih menggunakan  sepeda,karena dengan bersepeda aku bisa sedikit mengurangi kesuntukan sambil melihat kesibukan Kota.

Astaga..ada apa lagi ini?

Seorang anak kecil terjatuh tepat didepan sepedaku,Padahal seperti nya aku bersepeda dengan hati-hati.

"Kamu nggak apa-apa dek?" Tanya ku begegas turun dari sepeda dan melihat keadaan anak kecil itu.

Dia malah menangis meronta-ronta.

"Aduhh..dek,diem dong jangan nangis,apanya yang sakit? kakak bawa ke dokter ya?"
Aku panik bukan main.

"Aku Laper" Katanya sambil terus menangis.

Astaga menyebalkan sekali anak ini.

"Ya udah kamu mau makan apa?"

"Aku mau makan nasi goreng disana." sambil menunjuk warung nasi goreng disebrang jalan.

Apa-apaan ini? Aku harus makan dilinggir jalan? Aku tidak pernah makan ditempat begitu. Tapi,aku lebih baik menurut daripada urusan tambah runyam.

Akupun menggandeng tangan anak kecil itu menyebrang jalan untuk sampai diwarung nasi goreng yang bertuliskan 'Tak Makan,Maka Tak Kenyang' itu.

"Mas,nasi gorengnya satu ya..Porsi kecil aja." Kataku.

"Iya neng" Jawab Mas tukang nasi goreng.

Setelah peluh sudah mengucur dari dahiku. barulah nasi goreng pesanan sudah datang.

"Nama kamu siapa?" Tanyaku tersenyum pada anak kecil tadi saat dia sedang bergelut dengan sendok nasi gorengnya.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang