Sekumpulan awan gelap berarak-arakan di angkasa luas. Menutupi cahaya sang Mentari yang menghangatkan.
Dalam hitungan menit, langit semakin gelap, angin merembus kencang menerbangkan dedaunan. Seorang gadis menguap menahan kantuk, mengalihkan pandangannya dari guru yang tengah asyik bercerita-melenceng dari materi.
Ia menopang dagunya, menatap awan gelap di langit. Perlahan namun pasti, kumpulan awan itu mulai menumpahkan isinya. Jutaan misil air tanpa ampun menghujam bumi.
Mata si gadis meredup, tangan yang menopang kepalanya melemas. “Ah, setidaknya lebih baik dibanding mendengarkan kisah asmara burung peliharaan sensei-” gumamnya pelan, sangat pelan. Tak berapa lama, pandangan gadis itu menjadi gelap.
◑3◑
“..ki! Miyuki! Bangunlah, Miyuki..” sayup-sayup terdengar suara memanggil namaku.
Aku mengerjap, perlahan membuka mataku. Silau. Aku menyipitkan mataku, hendak melihat siapa yang memanggilku. Seketika mataku membola, “Satoshi?”
“Ya?” jawabnya tersenyum cerah, “Ada apa, Miyu? Kenapa kamu terlihat sangat terkejut?” Tidak. Tidak. Tidak. Kenapa dia ada di sini? Seharusnya disini hanya ruangan hampa. Pasti ada yang salah. “Kamu sungguhan Satoshi?”
Ia memiringkan kepalanya, bingung, “Tentu, kenapa memangnya?”
“Kamu, kamu tidak seharusnya-” belum habis kalimatku, rasa sakit yang hebat mendera kepalaku.
“Kenapa harus kau?!”
“Kembalikan Satoshi!”
“Kenapa kau masih di sini saat ia pergi?! Tukarkan saja nyawamu
dengannya!” Berbagai pertanyaan hingga kilas balik menderaku.Sekuat tenaga aku memegangi kepalaku. “Aaaaghh,” aku mengerang. Sungguh, jika aku bisa melakukannya, pasti akan kutukarkan nyawaku untuknya. Satoshi memegang bahuku, ia seperti mengatakan sesuatu, tetapi aku tak dapat mendengarnya. Pandanganku semakin mengabur, seiring rasa sakit yang kian menjadi.
“Miyuki!!” itulah kalimat terakhir yang kudengar, sebelum semuanya menjadi gelap.
◑3◑
“..yuu! Miyu!” seseorang melambaikan tangannya di depan
wajahku. Aku mengerjap, terkejut dengan perlakuan orang itu. “Eh, iya?” tanyaku refleks.Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok yang memanggilku. Ia dengan tenang menyendok suapan terakhir parfait di depannya, lantas bertanya padaku, “Kenapa melamun?”
Aku salah tingkah. Kurasakan pipiku memanas, aku menunduk, meghindari tatapan lagsung dengannya.
Tanpa sepengetahuan Miyuki, hal yang sama pun terjadi pada Satoshi. Perlahan aku mengangkat kepalaku, “S-setelah ini k-kita pergi
ke mana?” aku memberanikan diri bertanya.“B-bagaimana ka-kalau taman hiburan?” suara Satoshi
terdengar gugup, “M-maaf, aku belum terbiasa,”Kurasakan pipiku semakin memanas, “Ti-tidak apa-apa, aku juga,”
“K-kalau begitu, ayo,” ajaknya. Aku mengangguk singkat, kemudian berdiri dari tempat
dudukku. Mengekorinya keluar dari kedai.◑3◑
Langit mendung menyambut kami sepulang dari taman
hiburan. Awan-awan mulai membentuk formasi, seolah ingin
meluluhlantakkan bumi dengan misil airnya.Angin bertiup semakin kencang, membuat orang-orang merapatkan pakaian luar
mereka. Kami berjalan beriringan, namun tak ada satu kata pun yang
terucap di antara kami. Sepertinya Satoshi berusaha mengatakan
sesuatu, namun tak berhasil diungkapkannya.“Sebentar lagi hujan, apa kamu tak masalah harus
mengantarku?” tanyaku pada akhirnya. “T-tentu. Lagipula ini masih pukul 5 sore,”“Tapi tak lama lagi hujan turun, lagipula haltenya hanya
tinggal menyebrang kok,” dalihku padanya, “Ah, sudah hijau!
Aku duluan, ya! Sampai jumpa!” kataku tersenyum.Tiba-tiba, sebuah truk melaju kencang dari arah kanan, pengemudinya tidak melihatku yang sedang menyebrang, sepertinya dia mabuk. Aku menyadari truk itu tak dapat
dihentikan, namun, sudah terlambat. BRAAKK!Penulis: laays_ry
![](https://img.wattpad.com/cover/187212068-288-k442496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
Historia CortaAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01