4. Spoiler (Part 2)

169 19 61
                                    

Subtema : Jagain Jodoh Orang

“Makasih ya, Han, lo emang sohib karib gue.”
Rehan tersenyum ikhlas. “Nope! Operasinya gimana? Lancar, kan? Lo udah gak sakit, kan? Lo sama sekali nggak ngabarin gue kalo operasinya udah selesai. Gue pikir kan ada apa-apa.”

“Biasa, nyokap proktektif.” Temannya yang bernama Kana itu menggandeng tangan gadis dari tadi diam mendengarkan. Menundukkan kepala. “Yok, Mil. Pasti kangen nih. Minggu mau kencan?”

Gadis itu—Milki—menganggukkan kepala pelan, tetap tak mau menatap wajah Rehan. Seolah enggan.

Kana izin pamit, berlalu dari sana. Pergi bersama gadis itu. Meninggalkan Rehan yang berdiri dengan senyuman pahit.

Rehan harusnya tahu, kalau dia bukanlah siapa-siapa Milki. Dia hanya pengganti Kana. Hanya pengganti. Tidak lebih. Dia hanya bertugas menjaga Milki sampai Kana kembali. Tapi kenapa dia malah nekat melakukan penembakan sia-sia? Kenapa Rehan menembak Milki walau sudah tahu jawabannya?

Cinta itu kejam. Kalau tidak ditakdirkan, kenapa mereka berdua dipertemukan? Kenapa Rehan harus mengenal Milki? Dari sekian kenalan Kana, kenapa dia harus memilih Rehan untuk menjaga pacarnya? Tidak adil.

[0]

    “Kapur, mana bagusan donat atau kripik?”

    “Gue bukan kapur.” Sebenarnya nama orang yang ditanyai lelaki ber-nametag Yuma itu adalah Puri. Tapi Yuma plesetkan jadi kapur. Kurang diajar. “Mana gue tahu. Menurut gue sama aja tuh. Sama-sama cemilan. Kalo mau hemat, makan donat dulu. Keripik nanti-nanti. Soalnya isi kripik banyak.”

    “Tapi donat itu enak lho. Sayang langsung abis sekali lahap,” celetuk lays. Murid di depan bangku Puri dan Yuma itu tampak sibuk mengunyah namanya sendiri—Keripik Lays yang dijual supermarket atau alfamart. Dia secara tidak langsung sudah menjadi kanibal.

    “Lays ada benarnya juga sih. Makan kripik dulu aja deh—“ Kalimat Yuma terputus karena mendadak Lays bangkit dari kursi, menatapnya tajam. Puri di sebelah Yuma memilih pura-pura tak tahu. Tak mau ikut campur. Dia menenggelamkan wajahnya dengan buku.

     Lays berpose seperti power rangers—eh salah, Sailor Moon? Bukan! Itu gaya dari animasi ...

    “Wahai kunci yang menyimpan kekuatan mimpi, tunjukkan wujud aslimu di hadapanku! Dengan kekuatan bulan, aku katakan pada kalian..., LAYS BUKAN KERIPIK KENTANG!!! RELEASE!!” pekik Lays menggema sampai ke langit-langit, berdiri di atas meja.

Krik. Krik. Krik.

     Milki yang ternyata mendengarkan dari tadi, menghela napas jengah, keluar dari kelas. Dia tidak mau melihat ketidakwarasan teman sekelasnya. Bisa gila dia kalau berdiam di sana.

    “Wah ada apa nih? Lagi parodi anime Cardcaptor Sakura ama Sailor Moon toh?” celetuk seseorang, berdiri di luar pintu.

    “Bintang? Ngapain ke sini?”

    “Cari Elin sama Chita. Biasa, masalah klub.”

***

     Baru saja Milki memutar langkah ke perpustakaan untuk mendinginkan badan, terdengar suara panggilan seseorang dari belakang. Milki refleks menoleh. Itu adalah Rehan. Teman pacarnya. Rehan berlarian kecil ke arah Milki.

    “Hai, Pedo. Ada apa?” ujar Milki begitu Rehan tiba di hadapannya.

     Jujur saja, itu bukanlah sapaan yang baik. Lihatlah, Rehan mengerutkan kening sampai wajahnya tak berbentuk karena tersinggung luar-dalam.

    “Mau ke mana?” Pertanyaan bodoh macam apa itu, woi? Padahal Rehan tahu persis kalau itu adalah arah ke perpustakaan. Dia kehabisan pertanyaan atau gimana? Dia Rehan bukan sih?

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang