7. Ulang Tahun Untuk Nao

559 34 0
                                    

"Ibu, Nao mau ngomong sesuatu."ucap seorang gadis kecil yang tengah berdiri di belakang ibunya.

Ibu dari gadis kecil berkepang dua tersebut berbalik, lalu menepuk-nepuk celemeknya. Wanita paruh baya tersebut mengambil posisi berjongkok, lalu tersenyum dan mengusap kepala gadis kecil di hadapannya. "Nao mau ngomong apa?"tanya wanita tadi dengan lembut.

Nao merasa kian gugup. Ia memain-mainkan jari-jari tangannya. Sambil menoleh ke arah lain, Nao mulai berbicara. "Na-Nao kan sebentar lagi akan ulang tahun,"jawab Nao takut,"jadi Nao mau kalo ulang tahun Nao dirayakan kayak teman-teman Nao yang lain."

Sedetik, dua detik, jawaban yang diharapkan Nao tidak terdengar sama sekali. Dengan takut, Nao menoleh ke arah ibunya sambil berkeringat dingin. Tubuhnya gemetaran memikirkan bahwa ibunya akan memarahinya habis-habisan. Perkiraan terburuk Nao ternyata benar-benar terjadi. Wajah ibunya yang sebelumnya sangat lembut, berubah 180 derajat menjadi masam.

Sang Ibu menggenggam tangan Nao kasar. Nao meringis kesakitan, bahkan hampir menangis. Dengan tatapan kosong, wanita itu terus menerus memegang tangan Nao dengan kasar, bahkan kuku-kukunya sengaja ia tancapkan di kulit lengan Nao. Wanita itu berkata,"Nao mau ulang tahun?"

Nao cepat-cepat menggeleng, takut ibunya menjadi semakin marah jika ia menjawab kebalikannya. Tanpa disangka-sangka, sang ibu malah menampar pipi Nao sampai memerah. Tangisan Nao tidak terbendung lagi. Ia menangisa sesenggukan karena takut dengan perlakuan kasar ibunya.

"Jawab dengan jujur, Nao!! Nao mau ulang tahun, kan?! Nao pasti mau ulang tahun, kan?!"

Terpaksa, Nao menjawab pertanyaan ibunya dengan anggukan kepala. Melihat Nao, wanita paruh baya tadi malahan tertawa seperti iblis. Kedua tangannya tiba-tiba mencengkeram pipi Nao agar Nao segera memandangnya.

"Nao, lihat wajah Ibu. Nao mau ulang tahun, kan?! Hahaha!"todong ibu Nao.

Nao akhirnya melihat wajah ibunya. Ia terkejut, ingin berteriak sekuat tenaga. Wajah ibunya sudah hancur tak berbentuk. Kulit pipi kanannya mengelupas. Bola mata kirinya telah hilang, digantikan dengan sebuah lubang hitam besar yang menganga. Rahang ibunya patah, hingga mulutnya tak jelas lagi bentukannya.

Jelas, aura kematian menguar kuat di hadapan Nao. Teriakan-teriakan serasa tertahan di tenggorokan Nao. Tiba-tiba, wanita berwajah hancur tersebut berdiri. "Karena Nao ngotot mau merayakan ulang tahun Nao,"ucap sang ibu,"Wajah Ibu jadi begini Nao!!"

Kemudian, wanita tersebut maju dengan tujuan menyudutkan Nao. Nao terjerembab ke belakang, lalu mundur dengan tergesa-gesa. Bukannya berhenti, sang ibu malah semakin menambah kecepatannya hingga wajah mereka berdua hanya berjarak beberapa senti.

"Nao anak pembawa sial, hahaha!"

Wanita tadi mencengkeram wajah Nao, lalu semua menggelap di penglihatan Nao.

"Hosh, hosh, hosh..."

Nao terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi yang benar-benar buruk. Trauma batin yang dialami oleh Nao kembali terulang malam ini.

Nao bermandikan keringat malam ini. Piyama yang dikenakan olehnya basah kuyup oleh keringat. Nao memegang kepalanya yang terasa pusing akibat bangun secara tiba-tiba.

Mustahil bagi Nao untuk melanjutkan tidurnya malam ini. Karenanya, ia hanya duduk termenung du kasurnya hingga fajar menyingsing. Dan lagi, besok adalah hari ulang tahunnya.

Ya, Nao tak pernah benar-benar merayakan hari ulang tahunnya. Pada ulang tahun ke-6 Nao, ayahnya tewas menjadi korban tabrak lari saat terburu-buru pulang dari tempat kerjanya demi melihat pesta perayaan ulang tahun Nao.

Setelah kematian ayahnya, Nao dan ibunya harus hidup dalam penderitaan. Tidak ada lagi orang yang menafkahi mereka berdua. Depresi makin hari kian dirasakan oleh ibu Nao. Puncaknya, pada ulang tahun Nao ke-10, saat Nao kembali merengek meminta ulang tahunnya untuk dirayakan, ibunya menyiramkan air keras ke wajahnya sendiri dan bunuh diri tak lama setelahnya.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang