Rumor mengatakan, setiap datangnya badai pastinya membawa pertanda buruk. Ketika angin bertiup, aroma keputusasaan akan tercium dari mereka yang telah menyerah pada kehidupan.
Rambut hitam itu berkibar karena angin. Tangannya menggenggam erat pada beberapa carik kertas yang menampilkan berbagai kalimat di permukaannya, meninggalkan kusut yang begitu kentara. Matanya memandang kosong pada tanah lapang di bawahnya, seakan tidak memancarkan rasa takut pada ketinggian.
Angin bertiup untuk kedua kalinya, meninggalkan kertas-kertas yang beterbangan serta ... tubuh yang jatuh mengikuti arah gravitasi.
Ia tidak ragu melompat dari lantai empat ... dan tanah itu terlihat semakin dekat dari jarak pandangnya.
Selanjutnya yang ia lihat adalah kegelapan.
Kegelapan yang begitu pekat, terasa dingin, dan kehampaan yang membuatnya tak dapat menggunakan kelima indera, membuatnya yakin dirinya telah tertidur untuk selamanya.
'Tidak apa-apa,' batinnya berkata, 'Tidak ada yang merindukanku lagi.'
'Tidak ada yang mengkhawatirkanku lagi.'
'Tidak ada yang mencariku lagi.'
'Tidak ada....'
'Tidak ada....'
'Karena itu, aku akan segera menemuimu.'
Namun ketika membuka mata ... hal yang ia lihat adalah ujung rerumputan yang hampir menyentuh wajahnya. Ketika pandangannya beredar ke sekeliling, ia menyadari bahwa posisinya terbalik. Kepalanya menatap kakinya yang berada di atas, entah bagaimana bisa seperti itu.
Tidak ada yang menahan tubuhnya.
Dirinya mengambang begitu saja di sana.
Gadis itu tidak terkejut, ia justru menghela napas. Ekspresi wajahnya seakan mengatakan bahwa hal ini sudah biasa terjadi. Secara bertahap, tubuhnya bergerak memutar dan kakinya kini menapak tanah. Walau samar, pancaran aura merah yang sebelumnya keluar dari tubuhnya telah lenyap bersatu dengan udara.
"Ah, sial." Bukan berucap syukur, justru ia mengumpat kesal. Gadis itu menepuk roknya seakan kotor, kemudian matanya menatap pada gedung mewah di belakangnya.
Senyum tipis terlukis di wajahnya.
'Akhirnya ... aku bebas!'
Gadis itu berbalik dan berlari pergi.
'... Kebebasanku yang direnggut telah kembali.'
Untuk kesekian kalinya, senyum bahagia terpancar di wajahnya.
"Kita akan segera bertemu lagi!"
•
×××
•
[Anak Terkutuk]
Tanpa perlu dijelaskan lagi, julukan itu sangatlah jelas di benak setiap orang. Begitupun dengan Yura, mendengar julukan itu membuat mood-nya menurun drastis. Dengan sembarang, ia melempar buku tebal di tangannya hingga membentur dinding.
Pandangannya jatuh pada pemandangan di luar jendela. Terdapat taman bunga yang ramai dikunjungi para pembantu rumah. Oh, sejujurnya Yura sangat ingin pergi ke sana. Namun apa daya, ruangan tempat dirinya berada terisolasi dari luar. Tak sembarang orang bisa masuk dan keluar begitu saja.
Apalagi jika itu menyangkut dirinya sendiri.
Ruangannya hanya seluas 3 x 3 meter. Di sisi kasur, terdapat sebuah jendela lengkap dengan fentilasi udara yang menghadap langsung dengan taman bunga. Di seberang kasur, terdapat pintu yang terkunci rapat dengan sistem yang tak ia pahami. Di sisi lain, terdapat lemari penuh buku serta satu pintu yang menghubungkan antara ruangannya dengan kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
ContoAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01