10. Up

237 15 2
                                    

Inggris, 28 september..

     Hidup itu keras. Bagi umat yang berada di kelas ‘atas’ hanya akan melambaikan tangan pada umat yang menatapnya di bawah. Ada beberapa di antara mereka yang berperikemanusiaan atau hanya sekadar ‘mengasihani’. Jika tidak mau melangkah, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.

     Termasuk remaja laki-laki itu.

     Dikatakan penjahat, tidak juga. Tetapi, karena dia telah mencuri sebuah makanan, berarti dia sudah termasuk ke kategori ‘penjahat’. Mencuri adalah tindakan kriminal. Sebenarnya anak itu mempunyai alasan melakukan itu. Namun, tak peduli apapun alasannya, tetap tidak baik memakan sesuatu yang tak halal.

     Begitu sampai di jalan raya, lampu lalu lintas menyala di warna merah. Kebetulan sekali. Kesempatan untuk kabur bagi anak itu semakin besar.

     Tapi, eh..? Kenapa dia malah mematung bak patung? Hei! Orang-orang yang ‘mengejar’ semakin dekat denganmu! Kenapa kau diam seperti orang bodoh? Cepatlah! Gerakkan kakimu atau kau bakal tertangkap!

     Anak itu mendadak menjatuhkan buah curiannya, terduduk sambil memegangi kepala. Orang-orang yang mengejarnya, menghentikan langkah demi melihat reaksi aneh yang diperlihatkan anak itu. Tubuhnya bergetar hebat. Dia sudah persis seperti orang paranoid dengan kombinasi penampilannya yang begitu kumuh.

     Ah, sepertinya anak itu mengidap Agyrophobia.

     “Namaku Ren. 12 tahun. Dan aku seorang pencuri makanan yang takut saat menyebrangi jalan. Makanya aku sering berkali-kali mendapatkan rasa simpati dari orang-orang yang dagangnya kucuri. Tak jarang juga aku dikasihani atau cuman diberi nasehat agar tidak mencuri lagi. Tapi, aku fakir miskin. Keluargaku membuangku. Aku anak yang tidak bahagia. Tidak ada yang mau menerimaku. Untuk bertahan hidup, aku terpaksa melakukan perbuatan tak pantas. Aku sudah muak dengan hidupku.”

***

     Belakangan ini Ren sering mendengar isu tentang harta karun dari penduduk setempat. Menggelikan, memang. Padahal Ren tinggal di kota yang terkenal damai (Inggris). Kenapa mereka masih saja percaya tentang rumor-rumor kuno itu? Ren saja yang masih ‘anak kecil’ tidak percaya akan itu. Sudah saatnya berpikir dewasa.

     Kecuali jika ada seseorang yang nekat mau merelakan hartanya, lalu menyembunyikannya sejauh dan seaman mungkin. Dia membuat jebakan, lantas membagikan peta harta karun agar orang-orang mencari harta itu.

     Huh, emangnya ada yang mau membuang hartanya untuk permainan anak-anak? Kalau dia datang dari keluarga Miliarder, wajar mau melakukannya demi kesenangan semata. Menonton jerih payah orang dalam melewati jebakan yang dia buat dibalik layar dengan satu kantong popcorn. Itu lebih parah dari Ren yang mencuri makanan.

     “Kalau punya banyak uang, kenapa nggak dikasih buat anak yang kekurangan sepertiku saja? Mereka menjadi pongah hanya karena hidup bercukupan dan mewah tanpa melihat sosok serba kurang di bawah mereka.” Gumam Ren ketus, melewati salah satu toko roti.

     “Hei, kamu!”

     Tidak mungkin. Tidak mungkin pria berpakaian khas ‘orang kaya’ di belakang Ren sedang mengejarnya. Ren melanjutkan langkahnya tak peduli pada sahutan di belakangnya. Karena sudah jelas, mana ada orang yang mau berbicara dengan anak miskin dan kotor sepertinya. Palingan yang bisa Ren ajak bicara hanya orang gila. Hahaha, miris sekali.

     “Aku bilang tunggu, ya tunggu!” Pria tersebut gregetan karena Ren mengacuhkannya. Dia menarik pergelangan tangan Ren membuat langkah Ren otomatis terhenti. Pria itu ngos-ngosan. “Kamu ini ya! Sudah berapa kali kupanggil, kamu tetap gak nyahut.”

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang