Sub Tema: Ditinggal Mati Kekasih
* * *
"Lapor, Miyuki-sama masih belum menemukan pecahan kristal magis legendaris hingga detik ini."
"Tidak satu pun? Baiklah, tidak masalah. Aku masih bisa menunggu. Tapi, apa yang membuat mereka lama dalam pencarian benda penting seperti itu? Ini sudah hampir tiga bulan dan itu melebihi batas waktu."
"Maaf, saya tidak tahu."
"Hm. Kalau begitu ... Yurene, awasi Leon dan jangan sampai Miyuki tahu."
"Baik, Hideki-sama."
* * *
Ellsworth Land yang tidak pernah terik dan mengalami kekeringan sangatlah sesuai untuk para pesuruh dan babu-babu manja. Tak ada kosakata 'mati kepanasan' dalam kamus mereka. Namun sayangnya, para penduduk asli dataran tinggi es itu harus merelakan jalan kematian di tangan penguasanya sendiri.
Pagi ini seluruh Antartika termasuk bagian barat masih tetap berselimut es. Dingin seperti hati sang penguasa yang merindukan kehangatan dari kekasihnya. Gadis yang memiliki unsur salju dalam namanya ini terduduk dengan anggun di singgasana. Menanti kepulangan seorang pria yang seringkali memanggil dirinya dengan sebutan 'sayang' selama dua tahun belakangan.
Dia menikmati suhu rendah dalam ruangan sambil sesekali memainkan magis miliknya. Namun, tak lama kemudian remaja delapan belas tahun yang sudah menjabat sebagai ratu itu mendengar langkah kaki yang semakin dekat. Dan benar saja, lelaki berambut pirang membuka pintu dengan cara yang tidak santai sama sekali.
"Aku kembali, sayang. Lihat apa yang kubawa, Yuki-chan!" seru sang pengendali petir sebelum melempar kedua rakyat jelata yang ditemuinya dalam perjalanan tadi.
Sang ratu tersipu sesaat sebelum kembali memasang tampang angkuhnya lalu bertanya dengan nada meremehkan, "Kenapa membawa manusia lusuh begini, Leon?"
Ratu Miyuki bangkit dari duduknya berniat mendekat kepada duo manusia lemah yang dibawa Leon kemari. Menyadari kekasihnya yang mengalihkan perhatian kepada orang selain dirinya, pria kepala dua itu cemberut.
"Yuki-chan, sepertinya dua anak ini tahu sesuatu tentang pecahan kristal yang kita cari. Bagaimana? Mau ngobrol sambil minum teh dulu atau langsung dibuang?" ujar Leon kompor.
Dia hanya ingin wanitanya selalu berada dalam jangkauannya dan tidak akan membiarkan siapa pun membuat sang kekasih berpaling darinya. Meski dalam hal sekecil apa pun. Termasuk sepasang rakyat jelata di depan sana yang sempat membuat si surai lavender memalingkan wajah darinya selama sepuluh detik.
Setelah membuang napas dengan kasar, Leon menghampiri bocah-bocah lusuh di dekat sang ratu dan memukulnya hingga terbangun. Terima kasih kepada ketajaman matanya karena bisa melihat kekesalan di wajah tembok sang kekasih yang selalu minim ekspresi itu. Tentu saja, dia akan menghajar pelaku yang berani membuat cintanya menunjukkan ketidaksukaan. Kalau perlu, robek jantungnya sekalian.
Kedua bocah malang terbangun. Salah satunya, si kecil bersurai sewarna langit malam membiarkan geraham dalam mulutnya beradu akibat menahan nyeri dan perih di beberapa bagian tubuh.
"A-apa mau ... ka-lian, penyihir aneh?!" tanya si anak.
"Jangan berani melukai temanku!" lanjutnya masih dengan suara yang keras.
Mendengar itu, Miyuki langsung mengangkat tangan kanannya dan menyuruh nenek Yurene yang berdiri di dekat jendela untuk mengubah anak tadi menjadi beruang kutub. Target bahkan tidak sempat merespon dan langsung terkena efek magis pengubah wujud tersebut. Teman yang berada di sebelahnya pun hanya bisa kaget setengah mati tanpa bisa mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
Cerita PendekAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01