11. Tolong, Katakan Pada Dirinya

272 15 0
                                    

Di dalam album kenangan yang tersimpan di bawah meja itu, ada satu foto yang menyimpan sejuta cerita. Tidak, ini bukan foto kelas. Bukan juga fotoku bersama teman-temanku.

Tapi, foto itu.

Fotoku dan Adriel saat hari kelulusan.

Adriel, si cowok yang selalu satu kelompok denganku.

Adriel, si cowok polos berwajah imut

Aku dan Adriel

Aku menyukai Adriel

Hanya menyukai.

Dan perasaanku belum tersampaikan.

Hingga hari kelulusan pun.

Dan di foto itu, aku menyesal.

Kenapa aku tidak menyampaikan perasaanku saat itu?

***

Adriel Fajar Putra

Orang pertama di kelas yang menanyakan apakah aku lulus SNMPTN atau tidak

***

Itu sudah satu tahun lalu.

Sekarang, aku sudah kuliah semester tiga.

Sialnya, kelasku akan mengadakan reuni. Padahal aku lagi suka sama kating. Tapi, saat aku menemukan album kenangan itu, aku jadi teringat Adriel lagi. Tentang aku yang pernah menyukainya.

Oke oke, reuni akan diadakan. Aku harus biasa saja. Orang aku lagi suka sama kating kok.

***

Aku sudah berada di tempat berkumpul, yaitu sekolah kami. Niatnya kami akan makan di restoran yang ada di pegunungan. Tinggal nunggu orang-orangnya aja nih.

Aku sebenernya deg-degan. Takut ketemu Adriel. Sekarang dia kuliah di Unpad. Jurusan Statistika. Jurusan yang aku ingin masukin banget.

Lalu tiba-tiba, saat suatu rombongan datang, aku melihat seorang cowok yang mencolok. Kulitnya putih, beda banget sama yang lainnya. Dan itu

Adriel

Aku langsung mematung

Adriel tidak berubah. Dia masih imut. Serius. Bukan karena dia pendek. Tapi emang wajahnya aja yang imut.

"Sasha, ayo!"

"Eh, iya, ayo." Aku sudah diperingati oleh temanku.

"Guys. Nanti jalannya nanjak banget. Kalau yang ngemudiin cewek, takutnya bakal gak kuat. Jadi nanti boncengnya cowok cewek, ya," seru Kevin, ketua kelas kami dulu.

Yahh, aku sama siapa dong. Gak akan bareng Gladys nih?

"Eh itu si Sasha sama Gladys belum ada yang bonceng."

"Oh oke. Dys, lu sama gua. Biar si Sasha sama Adriel," kata Kevin.

Wat wat wat wat

"Yaudah Sha, aku duluan, ya."

Mereka pergi

Tinggal sisa aku dan Adriel di sini

Aku masih berdiri di tempatku semula. Adriel masih menstarter motornya di sana.

"Ayo, Sha!"

Adriel memanggilku

OH TUHAN

SEMOGA PERASAAN INI GAK MUNCUL LAGI

***

Aku duduk di belakang Adriel. Adriel duduk di depanku. Motor kami jauh di belakang teman-teman. Perasaanku lumayan berdebar. Tidak pernah menyangka akan dibonceng Adriel. Sebelumnya aku memang belum pernah dia bonceng.

Dan ini pertama kalinya.

Betapa beruntungnya aku. Adriel termasuk cowok yang terkenal di kelas. Dan jumlah cewek cowok di kelas tuh sama. Dan diantara semua cewek di kelas, aku lah yang Adriel bonceng.

Sepanjang perjalanan, kami tidak mengobrol.

"Sha, gimana kuliah?"

eh-

"Ya ya gitu. IPK-ku kecil."

"Berapa?"

"Ah gausah tau lu."

"Yaelah."

Hening

Angin-angin menyemprot wajah kami.

Dari belakang, aku melihat bagian belakang rambut Adriel. Dan tangannya yang lagi megang stir. Putih banget. Lebih putih dari kulitku.

Ah, aku tidak terbiasa dengan ini. Aku tidak terbiasa dibonceng cowok. Rasanya aneh aja. Kami kan bukan siapa-siapa. Meski Adriel temanku, ya tetep aja ini tuh gak boleh. Kalau sama keluarga sih gapapa, aman. Atau sama suami. Tapi aku belum nikah.

Tapi

Sungguh nyaman sekali berada di posisi ini

Duduk di belakang Adriel yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Aku tidak ingin ini berakhir.

Tapi

Aku harus mengakhirinya

Tolong, katakan pada dirinya~

Aku melihat rambut belakang Adriel

"Dril."

"Hm."

"Maaf ya."

"Maaf kenapa?"

"Aku pernah suka sama kamu."

Adriel menghentikan motornya


Penulis
pinnavy

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang