7. Buku Usang dan Memori

340 10 0
                                    

Terlihat seorang perempuan berambut pendek sedang memasak dengan sesekali bersenandung ria.

“Pagi, kak Neko.” Kata seorang anak laki-laki dengan muka mengantuk. Hingga perempuan yang bernama Neko itu berhenti bersenandung.

“Oh, pagi juga Dion. Lebih baik kamu cuci muka lalu gosok gigimu. Dan jangan lupa bangunkan yang lain sarapan hampir siap.” Kata Neko sambil tersenyum lembut.

“Baik kak. Dion akan bangunkan yang lain.” Kata anak itu sambil berjalan sempoyongan membuat Neko terkekeh geli lalu melanjutkan acara memasak nya.

10 menit kemudian terdengar suara langkah kaki memasuki dapur. “pagi kak Neko.” Kata anak - anak yang berjumlah 5 orang datang lalu duduk dimeja makan dengan tertib. Neko tersenyum lalu menyiapkan nasi dan telur goreng yang tadi dimasak dan segelas susu sebagai pelengkap.

Neko pun ikut duduk di kursi yang masih kosong. “Ayo sarapan semuanya.” Kata Neko lalu anak anak itu makan. Berbagai macam cara makan mereka. Ada yang makan dengan diam sampai makan dengan rusuh membuat temannya risih dibuatnya. Neko hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Oh iya hari ini kakak akan ke ibukota kalian jaga rumah baik baik ya.” Kata Neko setelah sarapan.

“Kak Neko Fion mau ikut.” Rengek salah satu anak perempuan dengan rambut pirang itu.

“Kakak ga lama Fion. Nanti kakak akan belikan beberapa makanan buat kalian di ibu kota ya. Sekarang kalian bersiap untuk sekolah.” Kata Neko membuat anak anak yang bersorak bahagia. Mereka pun pergi untuk bersiap.

“Kakak pergi untuk bekerja?” kata Dion sambil mengangkat tangannya. Bertanya.

“Hari ini sampai 3 hari kedepan kakak mendapat jatah libur. Jadi hari ini kakak hanya mengambil gaji kakak.” Kata Neko menjelaskan sambil membereskan sarapan mereka.

“oh begitu ya kak. Baiklah selagi kakak ke ibukota Dion akan jaga adik adik Dion.” Kata Dion semangat. Lalu Neko mengelus lembut kepala Dion.

“Kamu memang kakak yang baik buat adik adik mu Dion.” Kata Neko dengan senyumnya.

“tapi kak Neko yang terbaik bagi kami. Kakak terbaik.” Kata Dion semangat membuat Neko sedikit menurunkan senyumnya.

“Ya kalo gitu jadilah kakak yang baik untuk adik adik kita ya.” Kata Neko membuat Dion mengangguk semangat.

><><><

Dengan memakan waktu 15menit mengunakan sepeda bermesin alias motor. Neko sampai di tempat tujuannya. Didepannya terdapat sebuah gedung bertingkat 3 dengan papan tulisan di pintu masuk “Asional”.

Suasana didalam seperti restoran pada umumnya. Neko pun pun berjalan menaiki lantai 3 lantai paling atas. Tempat yang sangat sulit didatangi bila tidak mempunyai izin yang kuat.

Neko mengetuk salah satu pintu. Setelah dapat izin Neko pun memasuki ruang itu.

“ah kucing kecil ku sudah datang.” Kata seseorang yang duduk di bangku besar itu.

“Berhenti menyebut ku Kucing kecil. Mentang-mentang nama ku Neko. Dasar pak tua Jery.” Kata Neko sinis.

“Hei gini ginu juga atasan mu Neko.” Kata orang yang bernama Jery itu.

“Ya sudah berikan aku gaji bulan ini. Aku tak bisa tinggalkan anak anak di panti terlalu lama.” Kata Neko.

Lalu Jery memberikan sebuah amplop. “nih gaji bulan ini. Tapi aku heran kenapa akhir akhir ini kamu jadi tidak sehebat dulu Neko? Apa karena kejadian itu?” kata Jery membuat Neko menatapnya tajam.

“Entah lah pikir saja sendiri. Yang penting aku menyelesaikan tugas ku dengan cepat dan bersih. Kalo begitu aku pamit bye.” Kata Neko pergi dari ruangan itu.

“padahal kamu satu satu agen ku yang berharga Neko.” Guman Jery sambil tersenyum miris.

><><><

Neko kembali ketempat tinggal nya. Panti asuhan. Tidak lupa Neko telah membelikan jajanan dari ibukota sesuai janjinya kepada adik adik angkatnya.

“kakak pulang semuanya.” Kata Neko setelah memasuki rumah.

Ke 5 anak anak pun langsung datang menghampiri Neko dengan wajah ceria. Dan menagih janji Neko.

Neko pun tersenyum lalu meyuruh anak anak mencuci tangan sebelum memakan jajanan yang di di Neko.

Neko sangat senang melihat adik adik angkat ceria seperti ini. Walaupun adik angkat Neko sudah menganggap mereka bagaikan adik sendiri.

Neko dan yang lain menghabiskan waktunya bermain dan belajar. Sering kali Neko berteriak agar adik adik tidak kabur saat sedang mengerjakan PR sekolah.

Saat malam tiba Neko yang sedang santai di depan pintu rumah setelah adik adik tidur. Sebuah tepukan pelan di bahunya membuat Neko menengok kepalanya ke belakang.

“loh Dion belum tidur?” kata Neko heran. Padahal ia yakin tadi adik adik sudah tidur.

“ehm, kakak Neko aku mau bertanya sesuatu di sini.” Kata Dion pelan dengan sedikit gugup memberikan sebuah buku kecil usang beberapa bagian ada yang sudah rusak.

Neko melihat itu langsung melebarkan matanya. “eh, Dion dapat dari mana buku ini? Kakak mencari nya kemana mana loh.” Kata Neko sambil mengambil buku itu.

“Anu kak, aku menemukannya di samping tempat tidur kakak yang kosong itu.” Terang Dion pelan. Takut.

“Lalu kamu lihat isi buku ini?” tanya Neko pelan sambil menyuruh Dion duduk di sampingnya.

Dijawab anggukan pelan dari Dion. Neko pun menghela nafas pelan. “jadi Dion mau bertanya apa?”

“Etto, apa benar kak Neko bekerja sebagai Pembunuh bayaran?” tanya Dion dengan suara pelan tapi masih terdengar oleh Neko.

“Itu dulu sekarang kakak seorang mata mata saja. Kakak sudah tak sanggup membunuh orang lagi.” Kata Neko sambil menerawang ke atas langit malam.

“Apa kamu takut ke kakak?” tanya Neko langsung saja Dion menganggukan kepala lalu setelah sadar yang dilakukan salah ia langsung menggelengkan kepalanya.

Neko pun terkekeh geli. “pasti kamu takut kan. Itu wajar kok.”

Neko pun membuka buku usang itu. Yang ternyata berisikan beberapa foto mirip album dan catatan disetiap fotonya. “kakak selalu mengingat siapa saja yang jadi korban kakak. Ini juga salah satu cara agar kakak tak bersalah. Sebenarnya kakak tidak ingin bekerja kotor seperti itu tapi apapun demi bisa mendapatkan sesuap makan kakak rela.”

Neko terus membuka lembar demi lembar mengingat hal pahit waktu dulu. Hingga berhenti di sebuah foto. Foto dirinya yang masih muda dengan senyum cerianya bersama seorang yang mukanya mirip dengan nya.

Dion pun menatap foto itu juga. Neko yang peka pun melirik Dion yang penasaran. “Dion di dalam foto ini adalah aku dan kakak kembar ku.”

“eh kak Neko punya kembaran? Sekarang dia dimana kak?” tanya Dion dengan muka penasaran.

“iya kakak punya namanya kak Niki sekarang dia sudah bahagia diatas sana.” Kata Neko membuat Dion sedih.

“Maaf kak harus dion tidak berbicara seperti ini.”

Neko pun mengelus kepala Dion. “tidak apa apa. Lagi pula salah kakak juga tidak bisa melindungi hal yang berharga bagi kakak hingga kak Niki pergi duluan.”

Bayangan dulu ketika Neko masih tetap ingin melanjutkan misinya dan Niki yang mencoba membujuknya. Neko yang dulu sangat keras kepala berbeda sekali dengan Niki yang tenang dan kalem.

Niki yang mencoba tidak melukai siapa pun dan Neko dengan pikiran ingin segera membasmi musuhnya.

Waktu itu misi melakukan penyengrapan bandar pasar gelap. Neko dengan sangat yakin terus melaju kedepan tanpa berpikir apa apa. Sedang Niki merasa firasat buruk. Seharus mereka tidak mengambil misi ini.

Hingga salah satu penjahat yang ternyata mempunyai dendam terhadap Neko diam diam menyerang dari jarak jauh. Karena lengah Neko tidak tau ada seseorang yang menincar dirinya. Niki yang tau pun mendorong Neko mengantikan posisinya. langsung saja kejadian waktu Niki menyoba melindungi Neko dari serangan dadakan.

Dengan satu tembak head shoot membuat Niki merenggang nyawa. “Tolong jaga anak panti asuh dekat pesisir ibukota dengan baik ya. Anggap mereka sebagai adik adik mu sendiri.” Kata Niki Sebelum menghembuskan nafas terakhir

Dari situ lah Neko merasa sangat menyesal apa yang dia pernah lakukan. Dan bertekad akan melindungi anak anak panti asuhan itu.

“Seharusnya waktu itu aku tidak egois dan keras kepala.” Guman Neko pelan.

“sebagai gantinya kakak akan melindungi kalian kalian adalah harta berharga ku satu satu sekarang.” Kata Neko sambil memeluk Dion.

“jadi Dion sama yang lain tidak boleh takut sama kakak. Kakak akan melindungi kalian.” Kata Neko membuat Dion menganggukan kepala semangat.

“karena kak Neko juga kami bisa hidup sampai sekarang.” Kata Dion lalu menguap ngantuk.

“nah loh ngantukan. Sekarang pergi tidur kakak akan temanin.” Kata Neko lalu berjalan memasuki rumah tidak lupa mengunci pintunya.

Setelah menidurkan Dion dikamarnya Neko pergi kekamarnya.

Disamping tempat tidur terdapat sebuah kasur kosong yang tadinya di isi oleh kembaran nya.

“Hah, sudah 3 tahun ya kak Niki. Dan selama ini juga aku masih menyesalinya.” Guman Neko.

“Awalnya anak anak sangat takut kepada ku. Seiring waktu berjalan anak anak menjadi lebih ceria dan menganggap ku kakaknya loh Kak Niki.” Neko melihat kearah buku usang yang ditaruh diatas nakas samping tempat tidurnya.

“lebih baik aku bakar masa lalu ku.” Kata Neko lalu berbaring bersiap memasuki alam mimpi.

Besok paginya Neko benar-benar membakar buku usangnya di belakang rumah. Neko hanya mengambil foto yang ada dirinya dan Niki didalamnya. Kenang kenangan terakhir kembaran ku.

Penulis
Kuroyuki01

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang