11. ZEYA DAN REYAN

365 25 2
                                    

Dua tahun lalu..

"Zey.." 
Seorang remaja laki-laki berperawakan tinggi semampai,berkulit putih,berwajah oval menyentuh lembut lengan Zeya.

Yang dipanggil malah sedang sesenggukan menangis.

"Zey,bukan berarti kita pisah selamanya,bukankah kamu pernah bilang,kalau jarak tidak akan bisa memisahkan sebuah ikatan?"  Reyan tercekat. Ini tak hanya berat bagi Zeya,tapi juga remaja laki-laki itu. Reyan.

Zeya hanya membisu,terlalu berat untuknya,meski hanya mengeluarkan sepatah kata. Bertahun-tahun bersama Sahabatnya yang sekarang menjadi tempat dimana diam-diam sebuah rasa yang berbeda muncul tanpa bisa dihentikan. Reyan, bagaikan kakak sekaligus sahabat bagi Zeya.

"Tapi kamu tidak akan bisa setiap saat  bersamaku, Rey." Kali ini Zeya memilih berbicara meski tenggorokan nya terasa berat dan serak untuk diajak berkompromi.

"Aku akan kembali Zey, Aku janji." Kata Reyan mantap,sambil menatap manik hazle milik Zeya.

Sekarang.

Zeya,sedang berada di kelas. Seperti biasa. Melamun. Meski keceriaannya yang sempat hilang selama delapan bulan setelah kepergian Reyan sudah kembali seperti semula. Namun,dalam suatu waktu,kenangan bersama Reyan kembali tanpa bisa dicegah.

"Zey,  ke kantin yuk." Ajak Zara,teman sebangku Zeya.

"Aku sudah kenyang Ra,kamu aja."  balas Zeya.

"Ya sudah." Katanya,lalu pergi meninggalkan Zeya,yang sekarang merogoh tasnya dan mengambil sebuah novel,yang tak lain adalah pemberian Reyan.

Zeya lebih memilih tenggelam dalam bacaannya,sementara novel itu sudah dibacanya 5 kali sejak perpindah tangan dari Reyan ke Zeya.  Tapi sepertinya dia,sedang tidak menemukan semangat membacanya seperti biasa.

"Rey.." Lirihnya,entah sejak kapan air mata sudah menempel dipipinya.

°°°
Bel,pulang sudah berdentang dari tadi,tapi Zeya lunglai merapikan alat tulisnya.

"Zey,kamu kenapa sih?" Seseorang menepuk pundaknya.

"Eh, Daf,aku nggak papa kok."
Dafa. Jagoan basket yang menyandang status sebagai idola dikelas,dan Idola kedua setelah Ketua Osis disekolah itu.
Yang tidak diketahui Zeya adalah, Dafa sangat menyukainya. Zeya,tipe gadis yang tidak tertarik dengan kepopuleran. Itulah yang membuat Dafa tertarik dengan Zeya.

"Kamu bener-bener nggak papa? Kelihatannya kamu pucat." Kata Dafa.

"Aku bener nggak papa kok." Zeya menarik paksa senyum dibibirnya.

"Ya sudah,aku pulang duluan ya.. bye." Dafa melambaikan tangan kepada Zeya,yang dibalas anggukan oleh gadis berambut sepinggang itu.

Tapi,entah kenapa Dafa merasa khawatir dengan Zeya, Ia yakin tidak ada yang baik-baik saja dari gadis itu.

Zeya beranjak dari ruang kelas. Hari ini sepertinya dia tidak ingin cepat-cepat pulang. 
Dengan menaiki sepedanya,Zeya menuju arah yang berbeda, bukan kerumahnya,Tetapi sebuah taman dekat danau dengan dipenuhi bermacam bunga.

Sampai disana,tidak ada hal yang berarti yang dilakukan oleh Zeya. Ia hanya duduk termangu di kursi taman.

Sementara Dafa mengintip dari balik pohon.

"Rey, Aku disini sendirian. Nggak ada yang bisa mengerti aku selain kamu." Zeya kali ini terisak.

Dafa yang mendengar dari balik pohon,mulai mengerti. Siapa yang tidak tahu kedekatan antara Zeya dan Reyan. Reyan yang ikut keluarganya pindah keluar kota yang membuat keduanya terpisah. 

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang