8. Androphobia

487 19 1
                                    

Hari ini adalah hari di mana aku akan bertemu dengannya. Bertemu dengan seseorang yang belum pernah kujumpai sebelumnya. Perasaan senang, takut, dan khawatir menjadi satu. Aku gugup, tentu saja. Tapi, berulang kali aku meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi hal buruk padaku.

Aku berkenalan dengannya di salah satu grup mencari couple khusus untuk orang-orang penyuka Korea sepertiku. Sungguh! Pada awalnya aku hanya iseng belaka. Terlalu penasaran karena sebelumnya aku belum pernah masuk grup-grup Facebook yang—menurutku—menjijikan itu. Aku hanya menikmati karya-karya idolaku dan selesai. Tanpa ada niatan ingin menambah teman apalagi ... rrr, pasangan. Jujur, aku tidak ada pengalaman untuk itu.

Sampai suatu hari aku tak sengaja menemukan satu postingan seorang lelaki yang katanya sedang mencari couple.

Hm, perlu kutambahkan beberapa hal. Aku tidak polos-polos amat sampai tidak tahu arti couple yang sesungguhnya. Aku pernah beberapa kali masuk ke grup role player dan tak sedikit yang memintaku untuk menjadi couple mereka. Tapi, semuanya kutolak. Alasannya? Karena menurutku hanya buang-buang waktu! Omong kosong sekali kita bisa merasakan jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah kita jumpai sebelumnya. Bagaimana kalau ternyata dia transgender? Hih. Membayangkannya saja aku sudah merinding.

Kembali ke persoalan postingan lelaki itu. Aku melihat kolom komentar yang ternyata sudah dibanjiri oleh belasan akun perempuan yang menawarkan diri untuk menjadi pasangan lelaki itu.

Jemariku bergerak mengetik sesuatu di kolom komentar postingan lelaki itu.

Oh. Dari Purwokerto? Aku juga dari Purwokerto. Satu kota, dong.

Aku tidak berharap dia membalas komentarku secepat kilat. Tetapi, rupanya dia membalas komentarku kurang dari dua menit.

Novana: Serius?! Wah! Boleh dong kita meet up?

Aku mengernyit bingung. Meet up? Dengan orang asing? Tidak! Tidak! Aku tidak tahu harus membalas apa. Kupandangi layar ponselku. Beberapa kali scroll up—scroll down kolom komentar postingan lelaki dengan nama Novana itu.

Tak lama, aku terlonjak kaget saat dapati satu pesan masuk dari seseorang. Kedua mataku menyipit.

“Aku gak salah liat, ‘kan?”

Novana: Ayo, kita meet up! Aku tunggu di perpustakaan kota hari Jumat jam dua siang.

Wahahaha! Langsung pada intinya. Tidak bisakah dia basa-basi dulu? Kedua telapak tanganku mendadak berkeringat. Sekujur tubuhku pun terasa dingin. Ah, jangan bilang datang lagi.

Aku menimbang-nimbang selama seharian penuh sebelum akhirnya aku menerima ajakannya.

GILA! KAU SUDAH GILA, PUT!

Kau yakin akan bertemu dengan lelaki asing? Bertemu dengan sepupu laki-lakimu saja kau hampir pingsan, apalagi bertemu dengan lelaki yang sama sekali belum pernah bertatap wajah denganmu. Dengan teman-teman sekelasmu saja—yang lelaki—kau memilih menghindar. Dan sekarang?!

Berulang kali kalimat-kalimat itu berputar dalam pikiranku seperti kaset rusak.

Oh, perlu kalian ketahui. Aku ... Putri Cendikirana mengidap Androphobia. Kalian tahu apa itu Androphobia? Singkatnya, Androphobia adalah ketakutan terhadap lelaki. Aku kesulitan bahkan bisa dikatakan tidak sanggup jika harus berinteraksi dengan lelaki mana pun, kecuali adikku satu-satunya. Kalian bertanya, “Bagaimana dengan ayahmu?”

Ya! Aku pun kesulitan berdekatan dengan beliau. Aku bahkan lebih memilih mengirim pesan jika membutuhkan sesuatu daripada harus berbicara langsung. Semua karena sepuluh tahun lalu, aku pernah hampir diperkosa oleh adik dari nenekku sendiri. Bayangkan! Anak berumur enam tahun hampir menjadi korban pencabulan pria berusia tiga puluh tahun dan sudah beristri.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang