16. Romeo dan Juliet yang Tertukar

174 4 0
                                    

Subtema : berbeda status
Miyuki Kazuya × female reader (Name)

***

Pemuda berhelai cokelat itu kini muncul di hadapanmu. Irisnya yang sempat tertutup kacamata hitam, sudah bisa kau pandangi sepuasnya.

Kamu mencoba meraih tangan kanannya, tetapi pemuda itu mengelak. Dia berpura-pura merapikan syal yang melingkar di lehernya.

"Aku sudah bilang, jangan datang ke sini lagi, Nona. Ini bukan tempat untuk gadis sepertimu," omelnya. Dia pun memasang kacamatanya yang biasa, sedangkan kacamata hitam itu dikaitkan di saku baju.

Kamu melipat tanganmu. “Aku tidak akan berhenti datang. Dan ini taman, apanya yang berbahaya, Kazuya-senpai?”

Pemuda itu mengacak rambut depannya sambil berusaha menyembunyikan semburat merah muda itu. Dia berdecih dan menyentil keningmu. “Sudah kubilang, aku bukan senpaimu lagi. Berhenti menggangguku.”

Kamu mengalihkan pandangan ke samping—tepatnya ayunan. Pemuda di hadapanmu ikut mengalihkan tatapan. “Tapi, aku kesepian karena Senpai sudah lulus ...,” gumammu. Pendengaran sang pemuda masih menangkap kalimat itu

“Aku tidak akan datang lagi ke sini. Jadi, kamu juga berhentilah datang ke sini.”

Kamu tersentak. Dengan tatapan heran, kamu menelusuri maniknya, mencari kebenaran. Namun, bola mata itu sudah lama tidak bersinar. Tidak ada yang bisa ditemukan, selain ketajaman dan kedinginan.

“Aku harap kita tidak bertemu lagi. Berurusan denganku, itu akan menjadi penyesalanmu.”
Pemuda itu mulai melangkah. Kakinya terus membawa pemuda itu menjauh. Tidak ada tanda dari punggung tegap itu akan berbalik.

Kamu berjalan menuju ayunan, menduduki papan itu, dan mengayun pelan. Kamu terus bergeming, meski suhu semakin rendah. Tanpa sebuah syal dan sebuah jaket, kamu menunggu pemuda itu.

Dari tempatmu berada, rambut cokelatnya masih terlihat dari balik semak-semak itu. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu dengan terus mematung selama satu jam.

“Kalau kau pergi, aku juga akan pergi, bodoh.” Pemuda itu sepertinya tidak mendengar gumamanmu.

Butitan air bagai kapas itu mulai berdatangan. Air yang mengenai kulitmu sudah cukup membuatmu bergetar, ditambah embusan yang meniup tengkukmu.

Kamu pun memutuskan untuk berhenti mengayun dan berdiri. Alih-alih menarik langkah, kamu menengadah dan memejamkan matamu.

Kamu membuka bibirmu, tetapi kamu menutupnya kembali. Kemudian, kamu kembali menurunkan kepalamu.

Kamu mengecek pemuda itu lagi. Namun, helai cokelat itu tidak nampak. Kamu tersenyum tipis dan mulai berjalan keluar dari taman. Kamu berbelok ke kiri dan mendapati mobil hitam legam milik keluargamu. 

Seorang pria berbaju dan berkacamata hitam itu, membukakan pintu untukmu. Kamu masuk dan mobil itu pun melaju, melewati pemuda yang sedang mengintip dari balik semak-semak.

***.

“Sudah kubilang, kamu jangan keluar sembarangan! Kalau ada penculik lagi, Ayah benar-benar tidak akan menebusnya kali ini,” ketus ayahmu dan beliau pun meninggalkan kamar tidurmu. Sebelum menutup pintu, dia berkata, “Jangan temui pria sialan itu lagi.”

Kamu membaringkan tubuh yang belum dibasuh itu. Kamu terlihat malas hanya dengan menatap pintu kamar mandi itu. Kamu pun menurunkan kelopak matamu, mencoba untuk rileks.

Tetapi, bayang-bayang pemuda itu tidak bisa menghilang. Kamu mengepalkan tanganmu dan meletakkannya di depan dada. Kamu mencoba menekan rasa itu.

Sesuatu terlintas di benakmu. Kamu tertawa renyah. “Aku tidak mau berakhir seperti Juliet. Tidak akan.”

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang