9. Suprise

381 24 1
                                    

"Woi! Kasih gue uang!" kata Abang ku mengagetkan ku.

"Eh, kok minta ke aku sih. Bukannya abang kemarin dah dikasih uang jajan bulanan sama ayah"

"Dah, habis kemarin. Udah sini uang lo!" Jawab Abang. Jujur, Aku kaget dia seboros itu padahal setahuku dia orang yg hemat. Aku saja kalah hemat sama dia.

"Bang, emang tuh uang buat apa? Boros banget"

"Banyak omong lo! Gue bilang sini uang lo!"

"Gak! Sebelum Abang kasih tahu itu uang buat apa?". Ku penasaran buat apa itu uang.

"Lo ingin tahu itu uang buat apa?! Itu uang buat MA-BOK . Puas lo?!".

Mabok?
Ku tak percaya dia bisa senekad itu. Ku tak tahu harus apa.

"Bang sadar bang. Mabok-mabokan itu gak baik. Hentikan sekarang!" 
"Siape elu? Ngatur idup gue. Udah sini uang Lo!"

Sebelum ku menjawab, dia dah mengacak-acak kamar ku. Mencari uang jajan bulanan ku. Ku tak bisa menahannya, tenaganya terlalu kuat. Dia terlalu terobsesi dengan uang jajan bulanan ku.

"Bang, jangan bang! Kalau Abang ambil itu uang, Aku jajan pake apa?"

"Bukan urusan gue!

Nah ketemu juga nih uang" . Ucapannya, tersenyum semringah sambil memegang uang yang ku simpan di laci meja belajar ku.

"Bang, Janganlah. Ku mohon, entar ku jajan pake apa?". Ucap ku memohon. Tapi apa yang ia jawab

"Gue bilang, bukan urusan gue! Yang penting gue punya uang. Gue bisa senang-senang sama temen gue. Bye!"

BRAK!!!!

Suara pintu tertutup teramat keras mengagetkan ku.

Ku gak percaya apa terjadi sekarang, Abang dah benar-benar berubah.
Apa yang membuatnya berubah? Dia orang baik. Kalaupun itu gara-gara salah pergaulan, kayaknya itu mustahil.

Dia sangat anti dengan pergaulan bebas, dia bergaul dengan orang-orang baik juga, Aku tahu itu. Aku harus apa?

YA AKU TAHU!
AKU HARUS BILANG KE AYAH

Tapi, masalahnya ayah belum pulang.

AKAN KU TUNGGU!

                  ~~~

"Itu, suara mobil ayah"
Aku langsung keluar kamar menghampiri ayah.

"Ayah, tadi Abang mengambil uang jajan bulanan ku. Ayah tahu itu buat apa? Itu buat mabok-mabokan".

Aku berharap Ayah akan menegur sikap Abang itu. Tapi apa respon nya sungguh tak terduga.

"Namanya juga anak muda wajarlah.  Jangan minta uang jajan lagi ya."

Hatiku tertohok.
Kenapa Ayah bisa bicara seperti itu.
Kenapa semua berubah? Kenapa?!

Tak terasa air mata ku keluar, ku tak bisa memendung lagi air mata ini. Apa yang harus ku lakukan lagi.
Aku hanya bisa memojokkan diri di kamar sambil merenung dan menangis.

Ya! Ku tahu aku ini cowok! Tapi cowok juga bisa nangis!

Tanpa terasa aku tertidur.
Ya, ini sudah malam. Eh, sudah pagi maksudku.

WAH!!!
SUDAH JAM ENAM PAGI!!!

Aku langsung siap-siap pergi ke sekolah.

Ah, aku pergi sekolah. Naik apaan coba?!

Ku telfon Alvin aja, ku suruh dia kesini.
"Hallo...
"Ya" jawab Alvin.
"Bisa gak jemput gue di rumah. Pliiiisss.....
"G"

Tuttttt......

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang