14. Home

455 13 0
                                    

Tasya berjalan di bawah rintik hujan, dia menatap langit lalu memejamkan matanya.

Angin berhembus dengan kuat, badannya mengigil karena kedinginan. Namun dia tetap berdiri di sana.

Mungkin dia menunggu mobil yang lewat untuk bunuh diri atau agar dirinya demam dan tidak masuk sekolah esok harinya, mereka berfikir seperti itu sehingga tidak ada orang yang menolong. Kejam memang namun itulah tempat dia berpijak dan tinggal.

Tasya tersenyum sendu, air matanya mengalir bersama air hujan. Ingin rasanya dia berteriak menyalahkan sang takdir.

"Hey! Apa yang kamu lakukan disana?!" sebuah suara terdengar, Tasya memalingkan wajahnya ke arah suara.

"Uuuhhh, aku ingin mengambil anak kucing ini!"

Ah, ternyata dia bukan memanggil Tasya, tetapi gadis cantik yang berjongkok di pinggir jalan.

"Kamu bisa kena demam!" laki-laki tersebut berjalan mendekati sang gadis, mereka berjalan beriringan seperti sepasang kekasih.

Tasya mengigit kuat-kuat bibirnya dan mengenggam smartphone.

"Sakit"

Tidak ada yang peduli padanya, tidak ada yang tahu identitasnya, tidak ada yang memahami dirinya.

"Kamu mau bunuh diri?" tiba-tiba saja sebuah payung berada di atas kepalanya, Tasya menatap tidak suka ke arah orang tersebut.

"Bukan urusanmu Vin" Tasya menjawab dengan nada ketus, Davin menghela nafas.

"Yuk ah pulang, keluarga mu nyariin" Davin menarik lengan Tasya, Tasya melepaskan gengaman Davin dan mengusap lengannya yang memerah.

"Aku gak mau" Tasya menunduk, air matanya mengalir lagi. Padahal dia sudah bersusah payah untuk menahannya.

"Cuman karena Arsen kamu langsung kayak gini? Mana Tasya yang aku kenal selama ini?"

"kamu gak kenal aku dengan baik Vin" Davin mendengus, dia pun mengangkat Tasya ala Bridal style. Payung yang Davin pegang sudah lepas dari tangannya dan jatuh menyentuh tanah, hujan membuat baju yang dipakai Davin menjadi basah.

Tasya memberontak, bahkan mengigit tangan Davin "aku gak suka liat kamu menderita, apalagi alasanmu itu karena Arsen" Tasya terdiam setelah mendengar perkataan Davin, Davin menurunkan Tasya di dalam mobil, berputar ke arah lain, membuka pintu dan masuk.

"Kita pulang dulu, habis itu terserah kamu mau kemana" Tasya hanya diam mendengar perkataan Davin, sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, tidak ada suara obrolan, tidak ada suara dari radio, yang terdengar hanyalah suara hujan yang berada di luar.

* * *

Davin berhenti di depan gerbang yang tingginya melebihi titan kolosal, menekan klakson dengan ganas karena kedinginan.

"Di rumahmu gak ada orang Cha?" Davin bertanya dengan wajah yang kesal, Tasya mendengus dengan kasar dan memalingkan wajahnya.

"Ada kok, August lagi ngegame di kamarnya sementara Dava tidur"

"Ck! Dava masih bayi gitu disuruh buka gerbang"

"Kamu kan nanya. Yah, aku jawab dong" Tasya menatap ke arah jendela, Davin menghela nafas, mendekatkan wajah miliknya dengan Tasya. Namun Tasya tetap dengan pendiriannya, gemas Davin pun menarik pipi Tasya.

"Aku minta maaf yah Cha, nah sekarang telepon Agus yah! Plis, nanti kamu sakit" Davin melepaskan jarinya dari pipi Tasya, menggengap tangan Tasya dan memohon.

"Pfft" disaat Tasya ingin tertawa, gerbang pun terbuka dan menampakkan seorang laki-laki berbadan kecil yang membawa payung.

"Kak Cha ... GARA-GARA MISSCALL DARI KAK CHA AKU KALAH MULU MAIN GAME! POKOKNYA KALO AKU TURUN RANK, KAK CHA MESTI TANGGUNG JAWAB GAK MAU TAHU!"

Tasya membuka pintu mobil Davin berjalan menuju laki-laki tersebut. Davin memakirkan mobilnya ke dalam garasi. 

"Iya iya, kak Cha minta maaf oke?" August memalingkan wajahnya selagi Tasya menarik August untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah Davin parkir dia keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah Tasya dan juga August, Tasya memberi kode kepada Davin untuk mengikutinya. Mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.

* * *

Hujan turun dengan lebat membuat mereka berdiam di dalam rumah masing-masing, terutama badai angin yang sangat kencang, sehingga mereka takut keluar rumah.

"Kita gak jadi keluar deh" Tasya melipat tangannya, menatap ke arah jendela dengan wajah yang ditekuk. August bermain dengan game miliknya bersama Davin, mereka menghiraukan perkataan Tasya dan asik dengan dunia mereka sendiri.

"Kak Davin itu pacaranya kak Cha yah?" pertanyaan tiba-tiba dari August membuat permainan Davin terhenti dan Tasya yang menggebrak meja.

"Ka-kalem Cha" gebrakkan dari Tasya membuat Davin terkejut sehingga konsol game yang ada di tangannya terlepas dan terpental ke belakang.

"August ... dapet pertanyaan itu dari mana?" Tasya tersenyum seperti pemeran antagonis, Davin merinding, sementara August masih sibuk dengan gamenya.

"Tau sendiri kok, kak Davin kalah tuh!" August melanjutkan kembali gamenya yang Game Over, Tasya menghela nafas, dia pun pergi dari sana dan masuk ke dalam kamar.

"Jadi kak Davin bukan pacar kak Cha?"

"Bukan ... Kamu tahu sendiri dia belum bisa move on sama mantannya yang lama" Davin menatap sendu konsol game yang dipegangnya.

"Emang mantan kak Cha kemana sih?" August menatap Davin, Davin sendiri menatap ke arah jendela dan tersenyum.

"Entahlah"

"Menurut kamu sendiri gimana?"

"Menurutku sih, dia ninggalin kak Cha karena ada yang lain?"

"Kebanyakan nonton FTV kamu" August mengangkat bahunya dan melanjutkan game yang sempat terhenti.

"Intinya sih ... Semoga dia tenang di sana" Davin bergumam dan melanjutkan game miliknya, mereka tertawa bersama melupakan Tasya yang berada di kamar, Tasya memegang jendela dan menonton hujan yang turun.

"I miss you my love"

-END-

Penulis: _Milkita_

Note :

intinya selesai udah, aku bahagia.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang