3. Pelangi

1.4K 30 16
                                    

Sudah hampir sepuluh menit sejak terakhir kali Athifa mengirimkan pesan pada kawannya. Gadis itu mengetukkan jarinya berkali-kali di atas meja kafe dengan tempo pelan. Bosan menunggu datangnya Zea—pelaku yang membuat Athifa berada di kafe ini—gadis itu memutuskan untuk memainkan ponselnya. Hanya sekedar menggeser-geser timeline aplikasi medsosnya.

Raut panik tercetak jelas di wajah Athifa ketika telinganya menangkap suara gemuruh tanpa kilat. Buru-buru meletakkan ponsel yang tadi dimainkannya ke atas meja.

Athifa memaklumi jika Zea telat dari waktu yang dijanjikannya. Keadaan di luar sedang hujan. Lantas, kenapa Athifa bisa sampai di kafe tanpa terjebak hujan?

Karena Athifa datang lebih awal dari waktu janji mereka. Gadis itu memang sudah memprediksi akan hujan—melihat mendungnya awan sebelum ia bergegas kemari. Lebih baik datang lebih awal dari waktu janji daripada harus telat, begitu pikir Athifa.

"Permisi. Sudah menentukan pesanannya?" Sudah ketiga kalinya Athifa mendengar pertanyaan yang sama hari ini.

Athifa tersenyum pada pelayan yang bertanya padanya. "Saya bingung banget mau milih apa. Semuanya kelihatan enak. Bisa rekomendasi aja?"

Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan rekomendasi pada Athifa. Athifa mengangguk dan memesan apa yang direkomendasikan tadi.

Setelah pelayan tadi pergi, Athifa melihat ke luar jendela. Keadaan masih sama, hujan.

"Kayaknya bakal awet, nih," gumamnya sambil merentangkan kedua tangannya.

Ngomong-ngomong soal hujan, Athifa bertanya-tanya apakah nantinya akan muncul pelangi atau tidak. Dia sangat menyukai pelangi, meski kehadirannya hanya sesaat.

Athifa jadi teringat masa SMA-nya dulu. Masa-masa yang hanya sesaat saja dirasakannya, namun cukup membuatnya bahagia. Apalagi dengan ada kehadirannya.

Athifa terdiam. "Kok jadi inget dia, sih?" gumamnya kemudian terkekeh pelan.

Ah, pasti kalian penasaran dengan si dia, bukan? Tentu saja. Jika tidak, untuk apa kalian masih bertahan pada cerita ini?

Baiklah. Kalau begitu, mari kita dengarkan cerita Athifa tentang si dia, si Tuan Pelangi.

🌈🌈🌈

"Malu banget astagaaaa!"

Orang di belakangnya tertawa pelan. "Napa, dah?"

Athifa menoleh ke belakang dengan wajah memerah. Ekspresinya cemberut. "Masa aku tadi jatuh pas mau balik ke kelas?"

"Rame, gak?"

"Banget," jawab Athifa, ingin rasanya dirinya cepat-cepat lulus dari sekolah ini dan melanjutkan pendidikannya di tempat yang jauh.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang