5. Crystal Rainbow

347 23 2
                                    

Siang yang begitu terik, membuat keringat bercucuran tak tertahankan begitu mengalir deras di pelipis mereka. Para penduduk kerajaan tengah berbondong-bondong berdiri di depan istana kerajaan.

Sementara di dalam kamar permaisuri, para pelayan tengah sibuk berlalu lalang membawa wadah dengan isi air. Begitu banyak wadah yang digunakan,  bahkan sebagian ada yang berubah menjadi merah.

Setelah beberapa menit kemudian, suara tangisan bayi menggema di sesisi ruangan. Wajah sang ratu berbuah menjadi senyuman lebar di bibirnya.

Tak selang beberapa lama bayi itu menangis, hujan perlahan turun. Para penduduk yang sedang berdiri di depan istana begitu riang dengan sorak-sorakan mengucapkan rasa syukur karena hujan telah turun.

Di Negeri ini, hujan sangat jarang sekali turun. Hanya seorang putri dari kerajaanlah yang mampu membuat hujan turun, yaitu dengan membuat mereka menangis. Semakin keras tangisan mereka, maka hujan yang ditimbulkan semakin deras. Oleh sebab itu, kelahiran seorang tuan putri sangatlah membawa berkaberkah bagi kerajaan mereka.

Setelah Tuan Putri selesai dibersihkan, barulah ia berhenti menangis. Hujan pun sudah usai. Bayi itu tertawa kecil dengan mata hijau terang membuat siapapun akan luluh setelah melihatnya.

Sang Raja yang baru saja tiba dengan gagahnya berdiri di depan sang bayi dengan wajah bengisnya. Tak ada yang berani meliriknya sedikitpun. Hanya sekadar bersin pun tak ada yang berani.

"Siapa yang menyuruhmh berhenti menangis, hah?!" teriak sang Raja.

Orang-orang yang berada di sana merasakan tekanan yang sangat besar. Ibu Ratu pun tak berani berbicara. Hanya berani menggigit bibir bawahnya sembari meremas selimut yang ia kenakan.

Mendengar teriakan sang Raja, membuat bayi perempuan itu kembali menangis. Bahkan tangisannya sangat kencang, sehingga hujan yang ditimbulkan ditambah dengan kilatan petir yang sangat bergemuruh.

Raja tertawa dengan lebar. "Bagus, itu sangat bagus. Kamu memang anakku. Aku beri nama kamu, Azriela."

Setelah mengatakan itu, Raja mengibaskan jubahnya kemudian pergi dari ruangan tersebut dengan senyuman lebar di bibirnya.

🌿🌿🌿

Tak terasa, Azriela tumbuh tiap harinya. Hari-harinya tak menyenangkan. Azriela ibaratkan sebuah barang yang selalu digunakan terus menerus tiap harinya. Didikan ayahnya yang begitu keras, mengharuskan Azriela menangis selama lima kali dalam satu minggu.

Hal itu bertujuan untuk memakmurkan negeri mereka yang kering. Karena, tanpa tangisan Azriela negeri tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Tanaman tidak akan tumbuh, orang-orang, bahkan hewan juga tidak akan hidup jika tak ada air.

Sebelum Azriela lahir, ibunya lah yang selalu melakukan tugas itu. Karena dia sudah melahirkan, otomatis anugerahnya hilang dan digantikan oleh keturunannya.

🌿🌿🌿

Siang hari kali ini begitu terik. Azriela mendengus kesal sembari menutup jendela kamarnya sendiri. Ia menarik napas perlahan, kemudian mengedip-ngedipkan matanya dengan perlahan.

Tak berselang lama, pintu kamarnya diketuk. Azriela sudah tahu bahwa ayahnya lah yang menyuruh para prajuritnya untuk segera menjemputnya.

Dengan berat hati, Azriela membuka pintu dengan senyuman kecut di bibirnya. Seolah sudah paham, Azriela berjalan tegap diikuti dua prajurit di belakangnya.

Istana khusus kamar para wanita, biasanya ditempatkan di bagian selatan kerajaan. Sementara, tempat raja tinggal adalah di bagian tengah kerajaan.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang