5. Si Kecil Pemberani

428 11 0
                                    

Lagi-lagi aku menghela napas untuk kesekian kalinya, ini juga entah sudah untuk keberapa kalinya aku akan pindah rumah. Karena pekerjaan papaku yang kali ini juga masih belum pasti, kami pun akan pindah cukup jauh dari tempat sebelumnya. Mungkin kota yang berbeda, suasana yang berbeda, orang yang berbeda dan teman yang berbeda.

Sampai sekarang ini, aku tak mendapat satupun teman tetap. Ini dimulai dari kelas 8 yang tiba-tiba kantor dimana papa bekerja tiba-tiba mengalami kebangkrutan. Disaat itu aku hanya bisa diam melongo dan mengangguk senang karena pertama kali mendengar bahwa kami akan pindah.

Jujur pertama kali aku tak terlalu senang dengan kotaku, Medan. Menurutku kota itu terlalu pengap, dan berisik, orang-orang disana kurang ramah menurutku, jujur saja cara bicara mereka juga cukup berisik. Sebenarnya aku sangat ingin pergi ke kampung halaman mamaku yang berada di Jawa. Sepertinya disana akan sangat menyenangkan.

Dulu mama sering membicarakan tentang kampung halamannya, namun sekarang, aku bahkan tak bisa mengingat suaranya, bahkan wajahnya sekarang hanya bisa terbesit samar-samar, namun terkadang saat di mimpiku, aku bisa melihat senyumnya yang dengan semangat berbicara. Sekarang, mama sudah 'pergi' untuk selamanya, dari kami…

25 Agustus,

Itu adalah hari terburuk yang pernah kualami, untuk pertama kalinya aku tak bisa tidur dengan tenang saat malam harinya, semua yang terlihat membuatku tak berselera untuk makan, padahal sampai saat ini aku tak pernah pilih-pilih makanan, dan di hari itu aku tak ingin makan sama sekali meski perutku sudah berteriak-teriak kelaparan namun disisi lainnya juga, aku sangat tak ingin makan apapun.

Pindah, kupikir semuanya akan berubah jika aku pindah. Suasana baru mungkin akan kembali membuatku ceria, membuatku melupakan semua hal itu.
Namun sayangnya, yang terjadi malah sebaliknya, tak kusadari ternyata teman itu sangat sulit untuk didapat. Ya, maksudku untukku,oke? Aku sulit mencari teman.

Kadang aku merutuki diriku sendiri, mengapa mencari teman sesulit ini, dan aku kembali teringat sekolah lamaku, aku berada disana sejak tk dan sampai kelas 8 ini, temanku hanya satu, ya. Karen, dialah yang paling sering menemaniku, hari tersepi itu ketika Karen tidak datang ke sekolah, entah apa dia sedang sakit atau absen. Disaat itulah aku terpikir kembali, ternyata i'm the loneliest girl, akulah gadis yang paling kesepian.

Hahaha, miris juga rasanya, hanya bisa duduk dan mendengar tawa bahagia mereka, Medan adalah kota yang sangat berisik, apakah sebenarnya aku hanya iri dengan mereka yang dapat bersenang-senang bersama?

"Noa! Awas!"  Sebuah teriakan sontak membuatku tersadar atas lamunanku. Aku mendongak ke arah suara itu dan tiba-tiba saja bola basket melesat, karena tak sempat menghindar, bola itu malah menabrak wajahku. "Ouch!"

Aku mengernyit dan langsung mencari-cari sumber bola itu berasal, siapa sih yang melemparku?!

E...oh...tidak…

"Ya, Bu Noa, apa yang anda lamunkan?" Pak Bayu--guru olahraga kami--menatapku dengan tatapan menyeramkan. Hiiii, menakutkan…

"T-tidak ada, pak, ma-maaf!" Ujarku gagap-gagap sambil menatap lantai, tak ingin melihat-ralat-tak berani melihat wajah bapak itu.

"Lari keliling lapangan lima kali!" Seru nya sambil mulai meniup peluit nya yang membuatku langsung berdiri dan mengikuti aba-abanya. Tentu saja seperti biasa, terdengar gelak tawa dari kelasku saat aku mulai berlari.

---//---

"Bagaimana? Seru?" Tanya Pak Bayu yang melihatku kembali sambil ngos-ngosan. Aku menggeleng singkat sambil kembali menstabilkan nafasku.

"Lain kali jangan ulangi lagi, ya?" Tegas Pak Bayu, "i...iya pak…" ujarku pelan. Lalu Pak Bayu kembali berteriak sambil berjalan ke arah sebaliknya, "jangan drible seperti itu!"

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang