15. Gelap Yang Membawa Kebahagiaan

323 15 5
                                    

Apa kau takut bila suasana gelap?

Apa kau takut bila hari menjelang malam?

Ya aku sangat takut terhadap ke kegelapan. Sangat takut.

Aku Kury salah satu dari sekian banyak orang yang sangat takut akan gelap.

"Hei kamu sedang apa di pojok sana?" Kata seseorang yang tidak aku ketahui namanya.

Saat ini aku terdiam di pojokan ruangan sambil gemeteran. Aku menutupi telinga dengan sangat


kuat. Lama-kelamaan dadaku juga mulai sesak.

Orang yang memanggil ku menggoyangkan tubuhku dengan panik. Dan tak lama kemudian aku telah terjatuh oleh rasa ketakutan ku.

.

Saat aku membuka mata ku kembali secara perlahan. Aku memandang sekeliling, aku sedang


terbaring dikasur dan terdapat sebuah tirai yang menutupi sekitar nya.

'Selalu berakhir seperti ini' batin ku.

Tak lama kemudian seseorang membuka tirai tersebut.

Seorang dengan baju putih khas dokter.

"kury aku kan sudah bilang akan ada pemadaman listrik bergilir." Kata laki-laki itu menatap ku galak.

"Untung saja aku datang ke rumah mu. Aku benar-benar panik tau saat melihat kau seperti itu. "


ucapnya sambil menghela nafas lelah.

"maaf aku terlalu fokus untuk menyelesaikan tugas akhir ku." Kata ku sambil melirik kearah lain.


Laki-laki dihadapkan ku ini adalah sahabat sekaligus dokter psikiater yang menangani phobia ku.

Ya aku pengidap phobia bernama achluophobia.

Achluophobia adalah phobia terhadap ruangan atau lingkungan yang gelap atau suatu keadaan


dimana seseorang takut akan bahaya yang mungkin terjadi disaat suasana gelap.

Mungkin sebagai orang phobia ini sangat umum. Dan penderitaan nya sebagai besar seorang anak-


anak. Tapi itu salah besar, buktinya banyak orang dewasa yang mengalami phobia ini.

Buktinya aku seorang mahasiswa berusia 20tahun mengalami hal ini. Bahkan lebih parah.

Sejak kecil aku memang tak suka kegelapan. Jika aku berada di tempat gelap rasa ada sesuatu yang


mencekik leher dan mengikat badan ku sehingga aku sulit bergerak.

Mungkin sedikit lebay hanya karena gelap aku mengalami hal seperti itu. Tetapi sungguh itu sangat


menganggu kehidupan ku.

Aku jadi tidak bisa merasakan jalan-jalan pada malam hari. Orang-orang malam minggu jalan keluar


bersama teman atau pacarnya. Sedangkan aku hanya bisa di rumah dengan leptop dan cahaya


lampu yang terang.

Terkadang aku suka iri dengan mereka yang bisa menonton film yang baru tayang di bioskop. Aku


hanya bisa menunggu hingga versi LK22 mengunggah film tersebut.


Sumpah demi apapun aku sangat iri dengan mereka yang tidak phobia dengan gelap.

Lantas bagaimana keseharian ku?


Ya aku beraktivitas seperti manusia normal lainnya (ya walaupun hanya ke kampus dan pergi jika ada


yang mengajak ku) . Hanya saja saat mulai sore aku akan pulang ke rumah.

Saat dirumah kegiatan ku hanya membantu ibu beres-beres rumah dan bermain game. Jangan kira


aku bermain game hanya sekedar hiburan saja. Aku bisa mendapatkan uang dari bermain game loh,


hahaha.

Hingga aku bertemu dengan sahabat ku yang ternyata seorang dokter psikiater.

"hei, kuy kau masih takut dengan gelap." Sapa nya ketika dia mengajak ku ketemuan.

Sontak aku mencubit ganas tangannya. "ketemuan ngajak gelut, hah!?"

"ampun kanjeng!" katanya sambil ketawa.

Orang itu bernama Dion. Dia sahabat ku sejak duduk dibangku SMP. Dan dia orang pertama yang tau


aku phobia gelap.

Aku kaget ketika Dion memberitahukan bahwa dia sudah selesai kuliah kedokteran. Spesialis pula.

Seketika aku minder. Aku baru selesai S1 saja itu pun sangat sulit.

Lalu Dion menyarankan aku untuk di tes olehnya. Setelah tes dia mengerutkan dahinya.

"Kayanya sudah parah ya." Kata Dion. Aku memiringkan kepala kek kiri. Bingung.

Dan aku akhir tau bahwa aku mengidap phobia. Dan itu tahap parah. Kalo ringan paling hanya


gemetaran. Yang aku alamin hingga membuat halusinasi.

"Akhirnya aku punya pasien spesial." Kata Dion senang. Dan sekali lagi aku menyatakan kepala nya.

"emang aku apaan elah. Kaya nasgor aja spesial." Protes ku.

"Iya kamu tuh spesial di hati ku eaaa." Ini anak minta di bacol deh kepalanya.

Setelah itu aku pun dipaksa jadi pasiennya. Dan dia rutin meminta ketemuan dengan ku. Setiap


pertemuan pasti membuat aku emosi. Pasalnya dia pasti melancarkan gombalan receh.

Katanya sih. "tersenyumlah dalam berbagai situasi." Aku suka mottonya tapi ga suka sama orang


nya.

"oii jangan ngelamun kanjeng kury." Kata Dion sambil melambaikan tangannya dihadapan ku.


"Eh, iya lupa tau." Ngeles ku.

"Hah, kamu itu ya. Gini nih kalo udah lupa sama phobia nya. "

"Ampun pak dokter ganteng. Tapi bohong. " kata ku langsung ketawa. Sontak dia menyatakan kepala


ku pelan.

"Udah di tolongin malah ngajak ribut ya." Kata Dion.

"hehe tapi makasih ya udah bantu aku. Dan mau mengatasi phobia ku ini. Akhirnya aku sedikit bisa


bertahan dengan gelap." Kata ku tulus.

"tidak semudah itu kanjeng. Aku mau terima ucapan makasihnya dengan satu syarat." Kata so


misterius.

"Apa tuh? "

"Aku serious ya. Mau jadi pacarku? Sebenarnya sejak pertemuan kembali dengan mu itu sudah


menyukaimu." Ungkap nya


"ini bukan prank kan?" tanya ku tak yakin. Sontak dia menjitak kepala ku lagi.

"Tuh kan lagi serius dianggap bercanda kan. " ucap Dion sambil memasang muka juteknya.


Aku pun ketawa dan melancarkan serangan balik. "Aku juga cinta kamu Dion. "

Sontak membuat dia kegirangan lalu memeluk ku erat. "akhirnya cinta ku terbalas juga."

"Terimakasih pasien spesial ku. Spesial dihatiku."

Akhirnya gelap bisa membuat ku ketemu dengan pasangan hidupku.

Penulis : Kuroyuki01

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang