Hallo semua, perkenalkan! Namaku adalah Fuuza. Dengan segudang pesona, cantik yang tiada tanding, kaya, dan memliki beribu teman media sosial dan dunia nyata.
Namun, semua itu berubah ketika, aku memecahkan telur dinosaurus.
Ya, pada tahun 2019 ini, seluruh warga dunia digemparkan dengan penemuan telur dinosaurus. Karena kepopuleranku, aku dipercaya untuk menjadi duta dari Indonesia, karena emang telur itu ditemukan di Indonesia.
Entah mengapa, ketika aku disuruh untuk memegang telur itu, dan memaerkannya, entah mengapa, banyak sekali orang yang mencoba membuatku jatuh.
Ketika aku berdiri di atas panggung, MC tiba-tiba tersandung kabel dan menimpa diriku. Itu membuatku terjatuh. Tentunya, telur dinosaurus itu juga pecah.
Karena hal itu, sekolahku selalu dimaki-maki oleh para orang luar. Kelasku dimaki, wali kelasku, kepala sekolah, teman dekatku, dan orang tuaku.
Terkadang aku tidak sanggup menahan rasa sesak di dada ini. Setiap hari aku menangis. Andai saja, aku menjadi orang normal dan tidak hadir dalam acara itu, mungkin aku tidak akan seperti ini.
Hanya satu orang yang masih setia mendampingiku, namanya Fahri. Dia adalah manajerku. Dia yang selalu mendukung dan mendorong diriku ketika aku terpuruk.
Meski pun aku sudah me-nonaktifkan komen di instagramku, tetap saja mereka selalu datang memberiku pesan. Dengan isi cacian dan makian.
💦💦💦
2 bulan berlalu.
Aku dan Fahri sedang memberi makan ikan koi yang berada di kolam, taman belakang sekolah. Meski pun manajerku satu angkatan denganku, tetap saja, kerjanya begitu cekatan.
Tiba-tiba, sahabat dekatku, Azel mendatangiku.
"Heh, si biang onar!" pekiknya, membuatku dan Fahri menoleh.
"Ada apa, Azel? Bukankah tidak perlu teriak seperti itu?"
"Ah! Banyak ba**t, udah ikut aku! Kalian dipanggil kepala sekolah."
Sekarang kami sedang berada di ruang kepala sekolah. Aku melihat, kepala sekolah seperti sudah pusing, sembari memegang pelipisnya.
"Ada apa? Pak kepala memanggil kami?" tanyaku, membuatnya menghela napas lembut.
"Kalian tahu, bukan? Karena ulah kalian, sekolah ini menjadi kehilangan popularitas?"
Aku menunduk. Fahri juga.
"Saya tahu, itu bukan sepenuhnya kesalahanmu, Fuuza. Tapi, aku harus mempertahankan sekolah ini, supaya tetap menjadi nomer satu."
"Iya, pak. Kami tahu itu," lirihku sembari menahan tangis.
Pak kepala menggelengkan kepala, lalu menatap ke luar jendela gedung sekolah.
"Maafkan aku, Fuuza, Fahri, sepertinya keputusan kami sudah bulat. Kalian harus keluar dari sekolah ini, sekarang juga!"
Seketika, hatiku seperti disayat beribu pedang. Ratusan panah, sepertinya sudah menusuk padaku. Hanya air mata yang berlinang, yang mampu mengerti diriku.
"Tapi--"
"Tidak ada, tapi-tapi an, Fahri! Ini keputusan sekolah. Pergilah! Sebelum aku hilang kesabaran menghadapi cibiran dari luar."
Dengan wajah tertunduk, dan kaki yang lemas, aku dan Fahri pergi menuju kelas kami. Di sana, seluruh murid tersenyum menyeringai. Sepertinya, mereka senang dengan ketiadaan kami.
Aku tersenyum simpul. Lalu, pergi melangkah meninggalkan sekolah dengan langkah berat.
Ketika kami, sudah mencapai lapangan, berbondong-bondong, siswa-siswi satu sekolah menuruni lapangan. Mereka melambaikan tangan pada kami, mengejek kami. Ya! Sakit emang rasanya.
Aku memegang gerbang sekolah dengan jari-jariku yang masih tersisa sedikit tenaga.
"Selamat tinggal, sekolahku.""Fuuza, Fahri!" suara teriakan seseorang menggema melalui pengeras suara. Membuat kami diam mematung saat mendengar hal itu.
"Berbaliklah kemari!"
Hanya untuk menghilangkan rasa penasaran kami, kami pun berbalik.
Duar!
Duar!Terdengar suara petasan dibunyikan. Perlahan, poster memanjang mulai turun dari atas gedung, balon-balon juga berterbangan.
"Happy birthday, Fuuza, Fahri!" teriak seluruh siswa kala itu.
Aku dan Fahri saling menatap. Kaki kami seperti terdiam kaku. Ya! Kami tidak bisa bergerak.
Azel yang pertama berlari dari kejauhan, datang untuk memelukku. Aku masih diam, dan menatap kosong, ketika dipeluk oleh, Azel.
"Happy Birthday, Fuuza. Maafkan aku karena telah menyakitimu selama tiga bulan terakhir."
Semua orang berbondong-bondong lari ke arah kami.
"Fuuza, kami mencintaimu!" teriak para fansku.
"Happy Birthday!" teriak seluruh siswa.
Tiba-tiba kerumunan terbelah menjadi dua. Terlihat di sana, kepala sekolah, dan wali kelasku membawa dua kue yang lumayan besar.
"Tiup, tiup, tiup!" suara riuh orang-orang mulai bersahutan kala itu.
Perlahan, aku meniup lilin itu, begitu juga dengan Fahri. Tapi, aku masih marah! Tega sekali semua orang membohongiku selama tiga bulan. Aku hampir saja menyerah untuk hidup.
"Fuuza, Fahri, perlu kalian ketahui, kami bekerja sama dengan beberapa orang luar negeri, juga media berita, untuk membuat acara itu. Sebenarnya, itu bukanlah telur dinosaurus. Mana mungkin, kan ada?" kata wali kelasku.
"Sepertinya rencana kami berhasil, buktinya, kalian tidak berhenti menangis setiap hari. Hahaha..." lanjutnya.
Seluruh orang tertawa.
Ah sialan! Bahkan, aku tidak menyadari, bahwasannya tanggal lahirku jatuh pada tanggal 23 Mei. Sebegitu menderitanya, 'kah aku ini?
Saat perayaan dari sekolah sudah selesai, seluruh kru TV dan para fans di luarku berbondong-bondong mendatangi sekolahku.
Mereka semua meminta maaf, dan memberiku ucapan, tentu dengan kado juga. Ini adalah hari paling spesial seumur hidupku!
💦💦💦
INI ADALAH KEJUTAN!
Cerita ini ditujukan untuk kak kripik_kun dan pinnavy(fuyu). Hehe... Happy Birthday untuk kalian berdua, semoga kalian bisa sukses. Makin baik dari tahun sebelumnya, doa terbaik dariku, Mikurinrin_ untuk kalian.
WYATB☻
Salam hangat dari Krul Tepes (Widya Lestari)Penulis : Mikurinrin_
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
Cerita PendekAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01