11. One Wish

477 8 0
                                    

Dipersembahkan sebuah ficlet ini kepada husbu yang sudah lewat ulang tahunnya.
Diamond no Ace © Terajima Yuji

***

Suara bola menyentuh mitt terdengar nyaman di telingaku. Baguslah, lengan Furuya sudah bisa mengarahkan bola fastball berkecepatan 150 km/jam itu lebih rendah.

Aku yakin dia masih kesal karena Sawamura mengambil jatah mainnya. Tapi, aku lega karena Sawamura berhasil beranjak dari yipsnya. Kami juga membutuhkannya untuk melangkah.

"Miyuki-senpai, sekali lagi," pinta Furuya. Sudah kesekian kali dia mengatakan itu.
Aku membuka pelindung wajahku dan mendekatinya. "Oi oi, jangan berlebihan. Kau sudah cukup banyak melempar, tahu!" ingatku padanya. Meski, aku yakin tidak akan didengarkan.

Furuya menggeleng. "Sekali lagi."
Tuh, kan.

Aku mengacak rambut belakangku. "Kau sudah bilang itu sebelas kali, lho. Aku tahu kalian menyembunyikan sesuatu dariku."
Furuya membeku. Jadi, tebakanku benar ya? Lagi pula, mereka terlalu terang-terangan. Buktinya, tidak ada yang berlatih mengayun hari ini.

"Se-senpai, sekali lagi ya," pinta Furuya. Hebat, wajahnya masih datar seperti biasa.

"Oke oke," jawabku dan kembali ke tempat semula. Aduh, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Kira-kira wajah seperti apa yang harus kutunjukkan ya?

"Aku mulai, Senpai." Furuya mengambil ancang-ancang dan melepas bola yang digenggam olehnya. Lemparannya kembali meninggi.

Aku pun menghampirinya. "Aduh, kau ini. Karena kau Ace, aku mau kau bisa mengontrol bolanya supaya kita bisa bertahan. Kepergian kakak kelas tiga pasti akan menyulitkan kita dalam menye-"

"Aku tahu itu," timpal Furuya dengan mantap. Dia ini memang harus diajarkan berbicara sopan dengan senior dulu.

"Sekarang kita kembali. Aku tidak mau ketinggalan makan malam," kataku sambil mengangkat perlengkapan menangkapku.

Aku keluar dari ruangan luas itu dan berjalan menuju kantin asrama. Semakin mendekat, semakin terdengar suara berisik dari dalam.

Mereka belum selesai menyiapkannya? Ck, dasar.

Aku terdiam sejenak, kemudian melangkah maju menuju kamarku. Aku membuka pintu kamar, masuk, menaruh perlengkapanku, dan berbaring sambil menunggu mereka.

Ini pertama kalinya, aku mendapat ketenangan.

Hmm ... ulang tahun ya?

***

"-un! Oi, Miyuki bangun!" Aku membuka kelopak mataku. Suara ini ... Kuramochi?

Ada apa ya? Bahkan, dia sampai menendangku.

Aku meraba sekitar dan memasangkan kacamataku. "Ada apa, sih?"

"Udahlah, ikut aja. Cepatan!" suruhnya dan meninggalkanku. Baru saja bangun sudah disuruh-suruh.

"OI!"

"Iya iya!" Aku turun dari tempat tidur bertingkat itu, memakai sandal, dan menyusulnya.

Aku tidak menyangka akan ketiduran. Sebelum tertidur, kalau tidak salah mereka mau me-

Ctar! Ctar!

"Selamat ulang tahun, Kapten!"

Ah, iya.

"KYAHAHA! MUKANYA! Kita berhasil mengejutkannya!" seru Kuramochi girang. Dia mulai berjoget ria.

Dasar! Bagaimana mukaku tidak aneh, jika mereka melempar kue rasa tiramisu padaku?

"Miyuki Kazuya! Bagaimana rasa kue buatan kami?" tanya Sawamura sambil memajukan hidungnya. Ini dia si kurang ajar yang melempar kue pada kakak kelasnya.

"Maksudmu kue yang menempel di wajahku? Un?" Aku tersenyum manis.

Sawamura pun mundur dua langkah.
Aku mengedarkan pandangan. Ada Tetsu-san dan kakak kelas tiga lainnya. Dekorasinya juga cukup rapi. Mereka benar-benar bekerja keras, hm.

Ulang tahun yang ke-17. Tidak buruk juga.


"Kalau begitu, ucapkan permintaanmu, Senpai!" ujar Kanemaru sambil membawa kue baru ke hadapanku. Gak ada uang ya, sampai lilin cuma sebatang?

"Aku mau menjadi ACE!" seru Sawamura dan meniup api dari lilinnya. Kuramochi langsung mengunakan jurus andalannya-kuncian di leher.

"Bukan elu, bodoh!"

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku menatap kue di depanku dan mengangkat sudut bibirku. "Aku ingin kita semua ke Koshien."

Kuramochi langsung berteriak, "Gak usah sok keren! Kita pasti ke Koshien!"

"Harus."

Fin.

***

Senpai : senior

Mitt : sarung tangan buat bisbol

Fastball : jenis lemparan cepat yang diberi putaran ke arah belakang.

Yips : kecemasan pada atlit yang menyebabkan tangan kaku (psikologis). Jika secara neurologis, suatu kondisi yang menyebabkan kontradiksi otot tak sadar (misalnya penggunaan otot berlebihan).

Ace : pemain andalan suatu tim.

-san : suffix dalam bahasa Jepang. Menunjukkan kesopanan.
Koshien : sebagai lapangan untuk pertandingan antar-SMA pada musim panas. Dan gak semua tim bisa ke sini.

Penulis
s-elEVEN

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang