7. History

499 21 11
                                    

Tahun 2014

Bel pertanda jam istirahat berdering. Hujan turun membasahi bumi dengan derasnya di saat yang sama. Anak-anak yang ingin bermain di luar dengan segera mengurungkan niat mereka masing-masing. Seorang anak laki-laki bertubuh besar menghampiri meja teman sekelasnya.

Anak itu menggebrak meja. "Mana?"

"Hari ini aku cuma dikasih segini. Maaf, ya." Seorang anak laki-laki bertubuh kurus dan pendek memberikan selembar kertas berwarna kuning.

"Hah? Cuma segini?!" Rulla mengamuk. Rulla adalah anak serakah yang selalu meminta uang kepada anak-anak yang lemah dan tak bisa melawan. Raffi adalah satu-satunya korban dari pemalakan Rulla.

"M-maaf. Cuma segitu yang kupunya," jawab Raffi. Rulla menjitak kepala Raffi dengan kuat, cukup untuk membuat anak itu meringis kesakitan.

"Kalau begitu, artinya besok kau harus memberiku uang dua kali lipat!" seru Rulla kemudian berbalik pergi. Raffi hanya bisa mendesah pasrah.

Raffi terlalu takut melapor guru atas tindakan Rulla, karena Rulla sudah mengancamnya sejak awal. Mengadu ke teman? Raffi tidak memiliki seorang pun teman di sekolah. Tak ada yang mau berteman dengannya hanya karena kondisi fisiknya yang lemah.

Setiap hari, Raffi selalu duduk di bawah pohon yang berdiri kokoh di pinggir halaman sekolah. Menatap setiap senyum dan tawa yang tercetak di wajah anak-anak SD Pelita Jaya.

"Kapan aku bisa punya temen, ya?"Raffi bergumam pelan, kemudian menggeleng. "Ah ... Kayaknya gak mungkin. Emangnya ada yang mau temenan sama aku?" Anak itu tersenyum kecut. Air hujan yang berhasil lolos melewati rindangnya dedaunan pohon jatuh di pipi Raffi. Menggantikan air mata yang sudah terlalu lelah untuk menghiasi wajahnya.

Setiap hari selalu begitu. Rulla meminta, Raffi memberi. Simbiosis parasitisme itu tak pernah berhenti. Bahkan saat Raffi sakit dan tidak masuk sekolah pun, Rulla akan tetap menagihnya dengan jumlah uang yang seharusnya ia dapatkan.

Pernah terjadi insiden yang membekas di pikiran Raffi, saat Raffi menolak untuk memberikan uangnya kepada Rulla. Rulla mendorongnya dari tangga sehingga Raffi terjatuh. Raffi juga pernah dihajar oleh Rulla dan kawanannya. Sebab itu, Raffi selalu memberi uang ketika Rulla memintanya.

Pemalakan ini terus saja terjadi selama dua tahun. Lebih tepatnya sampai acara perpisahan SD Pelita Jaya.

Tahun 2016

Anak itu sering berpikir, masa-masa SMP hidupnya akan menjadi lebih cerah. Ia takkan pernah berjumpa dengan si peminta itu lagi. Tapi realita tak seindah ekspektasi. Di SMP, Raffi menerima perlakuan yang lebih buruk daripada pemalakan. Pembullyan.

Raffi menjadi korban bully saat menduduki masa-masa SMP di kelas terburuk, kelas VII-4. Kelas yang isinya adalah manusia-manusia nakal, mesum, pengganggu, dan sebagainya. Bahkan sampai dijuluki 'kelas para pendosa' oleh para guru yang sudah tak betah mengajar di sana.

Entah batin maupun fisik, bully selalu menjadi santapan Raffi setiap harinya. Seperti ditempeli kertas bertuliskan 'Anak Monyet' di punggungnya, dihajar beramai-ramai, digunjing, bahkan dilempari batu. Raffi juga pernah dilucuti oleh beberapa teman sekelas yang sepertinya terlalu banyak menerima asupan film dewasa sehingga tak sabar untuk segera mempraktikkannya. Padahal mereka tak lain hanyalah bocah-bocah SMP yang baru saja menyelesaikan jenjang pendidikan SD.

Tahun 2017

Di kelas delapan, Raffi mendapatkan empat orang teman baru. Mereka adalah Bagas, Nabillah, Tira, dan Adelin. Mereka sangat akrab dan selalu bersama layaknya keluarga. Awalnya Raffi berpikir pertemanan itu akan terus terjalin sampai waktu perpisahan sekolah tiba. Tapi sayangnya takdir tak mengizinkan.

Tahun 2018

Di kelas sembilan, SMP Taruna mengadakan program 'pengacakan kelas' sehingga mereka berlima harus berpisah. Tira masuk ke kelas IX-6; Raffi, Bagas, dan Adelin masuk ke kelas IX-8; sedangkan Nabillah masuk ke kelas IX-10.

Pengacakan kelas itu cukup untuk membuat mereka jarang bertemu dan semakin menjauh. Tali pertemanan yang sudah terjalin berbulan-bulan putus begitu saja. Meskipun begitu, Raffi masih bisa mendapatkan dua orang teman baru lagi. Satu dari kelasnya yang bernama Hamdi, dan satunya lagi dari kelas Tira bernama Rahmi. Tak lama kemudian, masalah mendatangi Raffi kembali.

Rahmi, teman sekelas sekaligus sahabat dari Tira berteman baik dengan Raffi. Mereka sering berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Keakraban mereka diuji saat fitnah dari seseorang menyebar.

'Raffi suka nempel dan pernah menyentuh Rahmi'

Fitnah itu menyebar dengan sangat cepat. Raffi dipermalukan oleh sebuah gosip di depan kelas. Satu kelas menertawainya, dan tak sedikit yang memasang wajah jijik terhadap anak tak berdosa itu. Setelah fitnah itu menyebar, Raffi menjadi bahan gunjingan kelas selama seminggu.

"Di mana ada Rahmi di situ ada dia. Pokoknya dia selalu mengikuti Rahmi kemana pun ia pergi."

"Dih, masih kelas sembilan udah megang-megang punya cewek. Ga tau diri banget."

"Namanya juga setan. Ga usah dipeduliin."

Tentu saja tak ada yang mau berteman dengan Raffi. Kecuali tiga orang. Yaitu Rahmi, Tira, dan Hamdi. Hanya mereka bertiga yang tak percaya akan gosip yang tersebar itu. Penyebab fitnah? Raffi berpikir itu karena ia berteman dengan Rahmi. Penebar fitnah itu adalah orang yang pernah menyukai Rahmi, namun salah sangka mengira Raffi dan Rahmi berpacaran sehingga membuat fitnah tentang mereka.

Sejak saat itu, Raffi menjadi sulit mendapatkan teman. Bukan tak mau berteman dengan siapa pun, melainkan tak ada siapa pun yang mau berteman dengannya. Ia kemudian mencoba untuk mengabaikan dunia nyata dan beralih ke dunia maya. Ia memasang sebuah topeng bernama 'Roleplay' agar tak ada yang mengetahui Raffi di dunia nyata adalah anak yang seperti itu.

Tahun 2019

Tak butuh waktu yang lama, Raffi sudah mendapatkan banyak teman online. Ia kemudian terjun ke dunia kepenulisan. Ia mengenal sebuah aplikasi untuk menulis bernama wattpad. Dengan nama pena Shiro_Crispy buatannya, ia menulis apa yang sedang kalian baca saat ini.

---END---

Penulis : Shiro_Crispy

Notes:

Sudah melewati proses dramatisir sebanyak 10%. Nama dan tempat disamarkan. Selebihnya, terserah kalian memutuskan sendiri apakah ini adalah kisah nyata atau sekadar fiksi belaka.

Maaf kalau terdapat kesan alur yang kecepatan, kebanyakan narasi dari pada dialog, atau apa pun itu. Aku minta maaf. Anggap aja ini 'Draw My Life' yang didramatisir :v

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang