Ibu itu sosok yang galak.
Akasha yang selalu disayang dan diperlakukan layaknya telur emas pun mengakui hal itu.
Ibu itu sosok yang penyayang.
Agniyasa yang selalu dibentak, dicaci-maki, dan kena omel pun yakin benar dengan kenyataan tersebut.
Ibu adalah wanita tangguh yang membesarkan tiga anak lelakinya dengan segenap tenaganya. Meski Ayah tidak pernah lagi datang mampir menghabiskan malam-malam bersamanya, ia tetap tegar melewati malamnya seorang diri.
Apa yang kurang dari sosok Ibu?
Tidak ada. Akasha, Agni, dan Bagas sudah puas dengan kehadiran Ibu mereka yang seperti itu.
Namun, ada yang tidak ketiga pemuda itu ketahui tentang sang Ibu ...
*=*
"Agni! Jangan sisihkan sayurmu," omel Ibu ketika melihat Agni dengan jijik meminggirkan sekumpulan brokoli ke sudut piring.Pergerakan Agni terhenti, ia seolah membeku untuk sesaat lalu pemuda itu mendengus. "Bu, aku ini karnivora," kata pemuda itu dengan keras.
Bagas di sebelahnya terbahak santai. "Kalau begitu berhentilah makan nasi," kata anak itu, lalu menjulurkan lidah mengejek.
Memandangi pemuda berseragam SMP itu dengan kesal, Agni seolah akan melemparkan garpunya ke mata jernih Bagas.
"Bacot, kunyuk," umpat Agni bengis.
Ibu menggebrak meja dengan tangannya, berulang kali hingga membuat kedua anak muda itu menoleh padanya.
"Kalian berdua, jangan bertingkah semaunya di meja makan! Ini tempat makan, tempat sakral, bukan tempat untuk mengabsen semua koleksi kata mutiara kalian!" Matanya mengkilat marah menatap Agni dan Bagas, lebih-lebih pada Agni yang sudah kelepasan mengumpat
Akasha mendeham. Ia baru saja turun dari kamarnya, dengan lesu mendudukkan diri ke kursinya di sebelah Bagas. Begitu ingin menyendokkan nasi dan menyuapkan ke mulut, Ibu mendeham keras.
"Ada apa, Bu?" tanya Akasha sopan, menurunkan sendok kembali ke piring.
"Kenapa kamu terlambat?" tanya Ibu tajam. "Seharusnya kamu sudah ada di meja makan semenjak 15 menit yang lalu, membantu Ibu menata meja, tapi kamu baru muncul sekarang."
Akasha tertohok mendengar pertanyaan bernada nyelekit itu. Dengan senyum santun Akasha meminta maaf. "Aku terlambat bangun, Bu," akunya tenang.
Ibu memukul meja.
Tiga pemuda berjengit kaget mendengarnya.
"Kalian bertiga menyepelekan peraturan Ibu, sore nanti kalian bantu Pak Marzuki membersihkan halaman," katanya tegas.
"Lhah?! Bu? Aku tidak melakukan apapun!" Bagas merengek, mencoba protes.
"Kamu membuat Agni mengumpat di meja makan," kata Ibu dengan tenang.
Agni tertawa puas.
"Tambahan membersihkan gudang untuk Agni, kamu mengumpat dua kali sekali tarikan napas dan menertawai adikmu," tambah Ibu datar.
Meja makan seketika hening.
Sambil menelan sarapannya tanpa mengunyah lembut-lembut, Akasha membatin horor. Berpikir: "Demi Tuhan, Ibuku sangat galak."
Agni tepar di sofa dengan napas kembang kempis. Bagas meringkuk di dekat sofa tempat Agni berbaring. Hanya Akasha yang kuat berdiri untuk mengambilkan kedua adiknya itu air setelah semua siksaan bersih-bersih ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
Krótkie OpowiadaniaAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01