11. La La La Vien en Rose

355 8 0
                                    

GAME OVER

SILAHKAN BELI VOLUME TERBARU

     Aku melempar batang stik yang kupegang ke lantai. Bangkit dari posisi nyaman duduk. Padahal aku sudah akan melawan bos level terakhir. Eh, volume gamenya malah bersambung. Mau tak mau aku harus keluar membeli lanjutannya. Aku tidak suka hal yang kusukai terhenti atau terjeda. Aku harus menyelesaikannya hari itu juga.

     Apakah swalayan terdekat di wilayah ini menjualnya ya? Aku malas berkeliaran jauh dari rumah. Itu terlalu membuang-buang tenaga dan menguras energi. Apa lagi keluar dari rumah bukan tipe manusia Hikikimori plus Hikikineet sepertiku. Terkena sinar matahari saja sudah membuatku lemas—bukan berarti aku seorang Vampir ya!

     Ehem. Sepertinya aku telat memperkenalkan diriku.

     Salam sejahtera, namaku Rose. Empat belas tahun. Kelas? Entahlah. Karena aku nolep, sepertinya itu tidak berlalu padaku. Perempuan tulen. Hobi makan, main game, makan, tidur, baca komik, ngevvibu, minum susu cokelat panas, ngalahin Dewa Iblis, menonton Anime, dan sebagainya. Karena namaku ROSE aku jadi teringat salah satu karakter game yang kumainkan bernama “La Vie en Rose”. Iseng, aku pun memberi nick pada karakterku dengan kata “La La La Vien en Rose”. Kudengar di wilayah per-KPOP-an, lagu ini sedang naik daun.

     Aku ini sebenarnya sedang menjelaskan apa?

     Bodo amat lah. Kalian jangan terlalu dipikirkan ocehanku di atas. Kadang aku agak sableng kalau punya niat keluar dari rumah.

     JRASH

    “Hujan…” gumamku mendongak menatap langit yang mendung. Satu dua orang yang non-nolep berteduh di berbagai macam tempat. Ada di bawah kafe lah, di bawah halte lah, di bawah payung lah, blablabla lah. Pusing!

     BRAK!

     Aku menutup pintu depan dengan membantingnya.

     Nah, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah tidak punya game lagi. Semua game yang ada di lemari udah kumainkan ampe tamat. Baca manga? Aku juga sudah puluhan kali mengulang membacanya. Aku lupa menambah asupan. Anime? Lagi gak mood nonton. Maunya ngegame. Bagaimana ini..

     Bodo lah. Yang penting Rose selalu hepi.

     Aku melempar tubuh ke atas kasur, langsung merem sambil nunggu hujan berhenti turun.

(((( La La La Vie en Rose )))

Aku membuka mata, beralih menatap sekitar yang penuh dengan asap dengan mata sayu plus datar. Wajah enggan.

    “Lah? Gue dimana? Bukannya gue tadi tidur di kamar ya?” Aku jadi bingung sendiri. Tempat aku berpijak sekarang bukanlah lantai kamar melainkan jejalanan yang becek penuh dengan lumpu. Sadis banget karakterku dibikin tidur di jalan kotor ini. Ingin kuberkata kasar, tetapi tidak bisa. Memangnya aku mo ngumpat ke siapa?

    “Sekali saja! Biarkan kami meminta satu buah foto!” Sayup-sayup aku mendengar suara heboh dari belakang.

     Aku auto menoleh. Sebuah gerombolan aneh tengah mengerubungi sesuatu layaknya lalat yang mengerubungi satu buah gula batu. Tch, aku ini kok tumben jadi sok-sokan pake kiasan begini sih?

     Menghalau pikiran yang memikirkan hal konyol, aku menoleh ke belakang. Dapat kulihat mereka, Para Netijen, sedang memotret seorang arti. Eh? Artis? Aku memicingkan mataku nan sayu, langsung membulatkan sedikit—efek punya wajah ngantuk, ekspreksi kaget pun tak ada bedanya. Wah, itu bukannya Selebgram yang sedang naik bunga itu? Kalau tidak salah namanya Karin Novilda.

     Hooh! Benar itu Karin. Si Awkarin. Salah satu ikon di dunia selebgram Indonesia. Ngapain dia di sini? Atau lebih tepatnya, ngapain aku terdampar ke wilayah yang Para Umat Nolep jauhi? Aku harus segera pergi dari tempat aneh ini! Diaman-mana hanya asap kabut sejauh mata memandang. Seperti sedang bermimpi saja.

     Mimpi?

     Oh, benar! Kok aku gak menyadarinya dari tadi sih? Ini masih di alam mimpi. Kan aku tadi ketiduran tuh. Tapi hebat ya, aku punya kesadaran di mimpiku. Ini seperti Lucid Dream bae. Namun, kenapa aku mesti memimpikan si Awkarin? Amit-amit jabang bayi woi! Apa aku tadi kesambet tuh orang yak?

    “Permisi, minta satu pertanyaan saja!” Lagi, indra pendengaranku menangkap suara samar-samar dari kejauhan. Jika yang tadi netijen wanita, sekarang netijen pria. Kutebak, mereka pasti mengerubungi selebgrama khusus cowok. Menggelikan. Aku tidak tertarik dengan hal seperti ini. Cepatlah bangun, Rose!

    “Bisakah Anda memberitahu pendapat Anda tentang arti Makna Hidup, Tuan Calon Sarjana?”

     Njir, apa gue salah denger ya? Tuh wartawan manggil Si Cowok berkemeja hitam itu dengan sebutan ‘Tuan Calon Sarjana’? Itu ‘kan salah satu Youtuber yang terkenal di YT perihal hal-hal sehari-hari. Tentang penampakan makhluk halus, UFO, benda-benda aneh, penampakan Putri Duyung dan Peri Bersayap. Banyak lah tetek begeknya.

     Aku menghela napas pendek. Sepertinya aku sedang benar-benar bermimpi. Gak mungkin aku bermimpi tentang seorang Selebgram yang naik daun dan Youtuber terkenal di tempat yang sama. Oi, Rose, bangunlah! Kalo gak gue jitak kepala lo! Atau perlu gue benturin kepala gue ke aspal biar lo bangun?

    “Makna kehidupan adalah persoalan filsafat dan spiritual yang berkaitan dengan keutamaan kehidupan atau keberadaan secara umum. Makna kehidupan juga diungkapkan dalam berbagai kalimat tanya seperti ‘Apa yang harus kita lakukan? Mengapa kita ada di sini? Apa itu kehidupan? Apa itu arti keberadaan?’….”

     Njerr, copas google aja bangga. Aku ingin kembali. Woi, Rose, bangun! Bener-bener pengen gue tempeleng. Aku baru saja hendak memukul kepalaku agar terbangun. Sampai aku mendengar ucapan terakhir Si Calon Sarjana sebelum bangun.

    “Hidup itu cuman sekali. Maka manfaatkan kehidupan yang diberikan Tuhan padamu dengan baik. Kehidupan sebuah makhluk ciptaan YME hanya sementara di dunia.”

((( La La La Vien en Rose )))

JRASH

     Bukannya reda, hujan malah tambah deras. Suara guntur menggelegar di atas sana. Aku menghela napas kasar, menyambar payung. Aku teringat kata-kata si Youtuber Terkenal alias Calon Sarjana tentang arti kehidupan. Hmm, benar juga. Hidup cuman sekali. Aku tidak boleh menyia-yiakannya. Buatlah kenangan indah sebelum tidur.

     Aku membuka payungku, menerobos hujan.

    “Mbak, beli game XXX volume terbaru.”

    “Namanya siapa? Khusus game ini, diperlukan setiap pemain untuk memberitahu namanya.”

    “Tulis saja ‘La La La Vien en Rose Lagi Belajar Ninggalin Kehidupan Nolepnya’.” Aku berkata sungguh-sungguh.

     Mbak tukang swalayan itu mengernyit.

     Apa kepanjangan ya?

•••

Penulis
Pangeran_Gulali

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang