4. Tanah Impian

409 15 0
                                    

Di sebuah tempat bernama Neraka Hijau, sekelompok suku hidup dengan damai. Tidak terjamah oleh peradaban dunia, mereka hidup tersembunyi, menyatu dengan alam.

Rumah yang terbuat dari kayu, pertanian yang masih sangat sederhana, pakaian yang minim adalah keunikan yang dimiliki suku ini.

Seorang anak terlahir dari keluarga kecil, ia diberi nama Ale oleh ayahnya.

Sejak kecil, Ale suka menjelajah di hutan hujan tropis terbesar di dunia ini. Ditemani dengan ayahnya, Ale kecil belajar banyak hal.

Dia juga mempelajari keterampilan berburu, dengan senjata sumpit racunnya, Ale berburu rusa merah yang biasanya muncul di dekat pemukiman suku.

Keterampilan memancingnya juga diasah, ikan piranha adalah tangkapan sehari-harinya. Kadang, dia menangkap ikan tambaqui dan ikan arwana.

Ale juga memiliki teman sepermainannya. Di waktu luang, mereka bermain tak kenal lelah.

Waktu berlalu begitu cepat, Ale telah beranjak remaja. Dia menjadi pemuda yang bisa diandalkan dan disegani semua orang. Pemikirannya yang luas dan terbuka membuat kagum semua orang.

Saat ini, Ale bersama teman-temannya sedsng berjalan menuju kampung, Mereka sehabis berburu rusa merah dan kapibara.

"Ale, lihat! Mengapa ada asap di arah kampung kita?" Salah satu teman Ale menunjuk ke atas, di sana terlihat kepulan asap yang membubung tinggi.

"Benar! Ayo kita lihat," seru Ale.

Ale bersama kawan-kawannya berlari untuk melihat apa yang terjadi di kampungnya. Sambil membopong rusa merah yang telah mati, mereka bergegas.

Di depan mereka tampak penampakan tragis. Seluruh rumah, lahan pertanian, dan hutan di sekitar area kampung mereka sedang dibakar oleh si jago merah.

Orang-orang kampung berlarian menyelamatkan diri, sementara beberapa dari mereka menangisi pertanian mereka yang ikut kena imbasnya.

Ale beserta temannya juga terkejut, mereka langsung mencoba meredakan situasi. Ale berusaha menjauhkan orang-orang ke tempat yang lebih aman.

Setelah situasi menjadi kondusif, Ale bertanya-tanya bagaimana bencana ini dapat terjadi.

Semua orang menggeleng-gelengkan kepala mereka, tidak tahu apa yang terjadi. Saat mereka sadar, api telah membesar dan mulai melahap pemukiman setempat.

"Apa ada yang terluka?" tanya Ale kepada semua orang.

Ale memeriksa kondisi orang-orang, mereka tampak syok akibat bencana yang barusan mereka alami. Ale yang tidak bisa berdiam diri, berinisiatif untuk mengukapkan pendapatnya.

"Kita harus pindah ke tempat yang lebih baik," kata Ale, beberapa orang terlihat kebingungan.

Pemimpin suku berdiri.

"Tidak bisa, Ale! Tanah ini didirikan oleh nenek moyang kita. Jika kita pindah ke tempat lain, kita akan kena azab!"

Ale mengibaskan tangannya, dia menolak usul kepala desa.

"Tetapi lihat kepala suku! Tanah yang terbakar akan sulit diolah kembali, lagipula sungai sangat jauh dari sini, mendapatkan akses air bersih sangatlah sulit. Belum lagi daerah yang kita tinggali sangat dekat dengan habitat jaguar, berapa banyak anak-anak yang hilang saat kita tinggal di sini? Itu artinya kita harus pindah ke lokasi lain sekarang juga."

Tidak ada respon dari kepala suku, alasan yang Ale berikan masuk akal. Tidak ada salahnya mencoba ide yang Ale prakarsai itu.

"Baiklah, kita akan mencari pemukiman baru." Kepala suku berkata.

Orang-orang suku menjadi senang, mereka akan menjelajah mencari rumah baru mereka, tetapi ada masalah.

"Ale, kemana kita harus pergi?" tanya kepala desa.

Ale duduk lalu menjelaskan, "Kita akan pergi ke utara. Aku pernah bertemu seseorang berbaju aneh. Dia berkata ada tanah yang lapang dan luas dekat dengan sumber air, tanahnya subur, dan banyak buah-buahan. Tempat itu sangat cocok untuk kita, aku memberi nama tempat itu dengan sebutan 'Tanah Impian'."

* * *

Ale beserta orang-orang sukunya berjalan melewati lebatnya hutan Amazon ini, mereka telah berjalan selama beberapa hari.

Menelusuri seluk beluk hutan, mencari Tanah Impian. Di perjalanan, mereka melihat sebuah menara tinggi berwarna merah putih selang-seling.

Itu adalah Menara Tinggi Observasi Amazon (ATTO), dibangun dari hasil kerjasama Lembaga Nasional Penelitian Amazon dan Lembaga Planck dari Jerman. Menara ini memiliki tugas untuk mengumpulkan data tentang panas, gas karbon, bentuk awan, perubahan iklim, hingga jumlah penyerapan karbon oleh hutan. Menara ini lebih tinggi dari Menara Eiffel lho.

Medan yang paling sulit adalah ketika mereka dipaksa untuk menyeberang Sungai Amazon.

Mereka berjalan untuk memeriksa apakah ada rute yang bagus untuk dilewati.

Di sekitar tepian Sungai Amazon, tampak Manatee yang sedang berjemur. Dikenal dengan sebutan 'lembu laut' memiliki panjang lima meter dan berat 650 kilogram.

Mereka harus mencari arus sungai yang tidak memiliki ombak.

Sungai Amazon sangat unik, dia memiliki ombak pasang surut yang disebut 'pororoca'.

Sungai Amazon sangatlah berbahaya, di mana-mana pasti ada sesuatu yang mengincar dari dalam kegelapan.

Salah satunya adalah kaiman hitam.

Predator yang menduduki puncak rantai makanan di sana adalah kaiman hitam, ukurannya jauh lebih besar daripada buaya normal.

Kaiman hitam bisa tumbuh hingga empat sampai lima meter. Kepalanya yang besar dan berat sangat menguntungkannya saat menyerang mangsa berukuran besar. Hewan ini hidup dengan memakan hampir semua jenis hewan di Sungai Amazon.

Hewan yang jarus dihindari selain kaiman hitam adalah anakonda.

Sampai pada akhirnya mereka berhasil menyeberang Sungai Amazon tanpa luka sedikitpun, mereka melanjutkan perjalanan.

Terus mencari 'Tanah Impian'.

* * *

Menjadi tumbuhan perintis adalah salah satu keistimewaan bunga Edelweis, bunga abadi ini mampu tumbuh di atas tanah yang miskin unsur hara, dia terus tumbuh dengan mengandalkan mikoriza, mikoriza sendiri adalah jamur yang berada tepat di perakaran bunga Edelweis, tugas dari mikoriza adalah menghambat nitrogen dan Dekomposisi Materi Organik sehingga bunga Edelweis bisa tetap mendapatkan nutrisi.

Bunga Edelweis adalah perintis tanah gersang, sebelum bunga Edelweis tumbuh, maka tanaman lain tidak bisa tumbuh di atas tanah itu, setelah bunga Edelweis tumbuh, barulah tanaman atau bunga lainnya bisa tumbuh di atas tanah tersebut.

Sebagaimana Ale, dia mampu menggerakkan orang-orang dari sukunya untuk mencari tempat baru untuk kaumnya bermukim.

Penulis: Bahamud

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang