13. My First Friend

1.2K 40 3
                                    

Ilyas nama seorang gadis yang sedang duduk dibangkunya disamping jendela kaca mengamati burung burung yang sedang bertengger di pohon.

Matahari pagi membias melewati kaca dan menyebarkan cahaya di ruangan tempat il berada.

Il yaitu gadis polos yang belum mengerti banyak tentang kerasnya hidup, tentang perjuangan, tentang kebahagiaan, tentang janji, tentang rahasia, dan tentang sahabat.

-*-*-*-*-*-

Pagi ini il terlihat sedang membaca buku pelajaran
dikelas.

"Hei il pulang nanti mau ikut ke kafe sebrang gak, katanya baru buka sih." Ajak teman sekelas il bersama dua teman lainnya.

"Hari ini ada banyak tugas jadi aku ingin pulang dan mengerjakanya." Jelas il dengan datar namun lembut.

"Ah gak seru, kalo gini terus gak ada yang mau temenan sama kamu. Yuk guys kita aja," ucap teman sekelas il, mengajak dua teman lainnya pergi.

Tanpa mempedulikan ejekan mereka il kembali membaca bukunya.

Tak terasa bell pulang telah berbunyi, il memasukkan barang-barangnya kedalam tas dan bergegas pulang.

-*-*-*-*-*-

Sudah setengah jam il menunggu supirnya menjemput tapi tak kunjung datang, akhirnya ia memutuskan untuk pulang jalan kaki.

Diperjalanan il melihat banyaknya pengemis yang duduk dipinggir jalan atau sedang meletakkan tangan didepan dada sambil meminta kepada para pengendara dijalanan tanpa alas kaki.

Sesungguhnya mereka hanya menunggu harapan atau keajaiban, tapi il tak mengerti itu.

Il menatap jijik kearah mereka seakan mereka itu sampah, memandang rendah seakan mereka hanya mampu meminta.

Il tak merasakan rasa iba sedikit pun, bahkan ia enggan memandang mereka.

Il terus berjalan

Tiba tiba seorang wanita datang dari arah berlawanan dan sedang berlari.

Lalu menabrak il hingga terjatuh

"Aah maaf." Seseorang yang menabrak tadi membukukkan badannya sembari meminta maaf.

"Eh il kenapa disini?"

"Bukan urusanmu." Setelah mengucapkan itu il lanjut berjalan dan menghiraukan seseorang yang menabraknya tadi.

Il kenal dengan orang itu dia adalah mia, teman sekelasnya.

Il kenal mia karena mia adalah salah satu murid terpintar, ia mendapat juara umum kedua setelah ilyas sendiri.

Mia dikenal sangat ramah dan mudah bergaul, bahkan ia menyapa orang orang tak di kenal dijalanan maupun disekolah.

Mia menatap sebentar kepergian il lalu kembali berlari karena ia meninggalkan barangnya disekolah.

-*-*-*-*-*-

Sudah satu jam il berjalan tapi
"Perasaan tadi rumah ini udah kulewati." Merasa lelah karena kebodohannya yang memilih berjalan kaki, il duduk di halte didekat rumah yang sudah ia lewati tadi.

Dari tempat il duduk ia dapat melihat langit sudah mulai mengoren cahayanya mengenai seluruh benda dibumi yang dapat dijangkaunya, burung-burung terbang berkelompok, terbang dengan tenang, kendaraan berlalu lalang tanpa henti menimbulkan kebisingan yang berarti.

Meski begitu il merasa tenang, ia merasa menemukan sesuatu yang baru, il tidak pernah merasa setenang ini.

Tanpa terasa kelopak matanya terasa berat dan setelah itu gelap.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang