20. Rest Area Kilometer 13

205 14 0
                                    

Aku akan menceritakan padamu tentang seseorang yang sangat penakut. Agam Jurione. Laki-laki manis yang ketahuan suka padaku.

.

Aku berencana. Saat tour wisata nanti, aku akan menakuti Agam Jurione. Kebetulan aku yang mengadukan kepada wali kelas untuk melaksanakannya pada hari Jumat tanggal 13 nanti. Karena Agam Jurione itu pengidap Paraskevidekatriaphobia, fobia terhadap hari Jumat tanggal 13.

Aku tidak tahu itu fobia apa atau berasal dari mana, yang jelas Agam Jurione pernah mengatakannya pada seseorang. Agam pernah mengalami suatu kejadian mistis di tanggal itu, sehingga sampai sekarang dia masih parno-an terhadap hari Jumat tanggal 13.

Dan inilah aku. Jane Maldife. Si Gadis Jahil yang akan menjahili Agam Jurione di tour wisata nanti.

.

Seluruh bus sudah dipersiapkan di depan gedung SMP Ailee Born. Sebelum menghadapi ujian musim semi, kami para angkatan kelas 9 akan berwisata dulu ke suatu perkemahan. Ada pemandian air panas di sana. Surga bagi para kaum hawa.

Agam Jurione datang telat. Semua bus sudah melaju meninggalkan gerbang sekolah sementara kelas 9A masih kewalahan mengatur tempat duduk. Ini karena catatan posisi tempat duduk kami tertinggal di kelas yang sudah terkunci. Alhasil kami semua berebut satu sama lain, ingin duduk di mana dan dengan siapa.

Tentu saja saat Agam datang, aku langsung berkata padanya, "Catatan posisi duduk tertinggal. Jadi kau duduk denganku." Agam terlihat bingung dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Aku tidak sempat mendengarnya bicara karena aku langsung membawanya ke dalam dan memilih tempat duduk.

"Tunggu, Jane. Aku ingin duduk bareng Riall." Agam melepaskan genggaman tanganku.

"Halah gak usah muna. Kau seneng kan bisa duduk bareng aku?" godaku. Agam tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hebat sekali dia menyembunyikan perasaannya.

Karena sudah terlalu lama menunggu di luar, Mr. Keanu akhirnya masuk, membawa secarik HVS yang dia gulung menjadi toa. "Anak-anak, duduk! Agam, kau duduk bareng Jane di belakang. Sudah jangan banyak protes."

Aku langsung menarik tangan Agam lagi. Lelaki itu terlihat seperti ternistakan. Padahal aku yakin hatinya sedang berbunga-bunga.

Bus melaju saat aku menyadari bus ini masih kosong. Maksudku, meski semua orang di kelas berada di kendaraan ini, kursi di sebrang dan belakang masih tidak ada penghuninya.

Duduk di kursi, Agam Jurione masih terlihat tenang. "Gam, kau tidak takut?"

"Satu-satunya hal yang kutakutkan di sini sudah terjadi," katanya. Aku menaikkan alis. Mengerti dengan maksud perkataannya.

Maaf saja Agam. Sepanjang perjalanan 136 kilometer nanti, kau tidak akan tenang duduk bersamaku.

Kami berangkat di jam pulang sekolah yang biasanya. Kelas dibubarkan lebih awal. Pr pelajaran aljabar pun tidak jadi dikumpulkan.

Agam duduk di sisi jendela. Sepanjang kami duduk bersama, dia belum mengeluarkan ponsel atau cemilan yang dibawanya. Dia terus memandang pemandangan kota Growsphille dari balik jendela bus yang agak berdebu.

"Agam, aku punya cerita horror. Kalau kau tidak mau mendengarnya, berarti kuanggap kau penakut." Aku mulai melancarkan aksi.

"Aku ingin tidur." Agam menggeser posisi duduknya menjauhiku, lebih dekat ke jendela dan menyenderkan kepala di sana.

"Padahal kau bisa menyender di bahuku. Ini lebih empuk."

Agam tersipu. Ah, manis sekali. Tapi dia hanya semakin meringkukkan dirinya saja.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang