10. Death In The Rain

289 9 0
                                    

Hujan telah yang memisahkan kami semua.

Aku berharap hujan akan menyatukan kami kembali.

Namun malangnya, harapanku tak akan terkabul.

Karena…

Aku…

Telah…

Memutuskan…

Untuk…

Mengikuti…

Mereka…

Meninggalkan…

Dunia…

Ini…

Selamat tinggal…

•••

SMA Dearain. Merupakan SMA yang memiliki kutukan aneh lagikan nyata.

"Setiap Pelajar yang memiliki kisah asmara yang berakhir gagal akan meninggal pada saat hujan.

•••

Flashback

Raffi Ahmad. Pemuda bersurai hitam berusia 18 tahun yang duduk di kelas 12 SMA Dearain saat ini tengah berjalan menyusuri koridor sekolahnya.

"Selamat pagi Our Prince."

Sapaan pagi yang kerap ia dapatkan dari para penggemarnya setiap hari itu membuatnya merasa bosan, ia menginginkan sesuatu yang baru dan orisinil. Yaa sesuatu yang baru itu seperti sapaan dari orang yang ia sukai, namun sayangnya si dia gak peka-peka juga. Selagi memikirkan orang yang ia sukai, tiba-tiba saja datang seorang gadis yang menepuk punggungnya. "Pagi Raffi!"

Seorang gadis bersurai hitam panjang dengan menggunakan bandana biru menghampirinya dengan senyuman manis yang tersungging di wajah cantiknya.

"Oh Nagita yaa… tumben gak barengan dengan Pasha," ucap Raffi. "Lagi pula jangan mengejutkan ku seperti itu."

Gadis itu mengangkat sebelah keningnya heran, "Pasha sedang bersama Anang lah. Lagi pula memangnya kenapa?"

Remaja di hadapannya hanya menghela napas singkat. "Sebenarnya, kau hobinya mengejutkan orang saja," ujarnya malas.

"Apa? Kamu itu orang kan? Kalau benar maka jangan marah kalau ku kejutkan dong!" seru gadis itu.

"Iya iya, terserahmu sajalah. Aku gak mau ikut campur dalam urusan itu. Bye." Setelah mengucapkan hal itu, Raffi segera meninggalkan Nagita di belakangnya. "Hei, Raffi tunggu sebentar." Nagita bergegas mengejar pemuda itu yang telah duluan pergi ke kelas mereka.

Di kelas~

"Pagi Nagita, pagi Raffi," sapa seorang gadis yang tengah membaca buku.

"Pagi Agnez!" balas Nagita dengan penuh semangat.

"Pagi Agnez." Berbeda dengan Nagita yang bersuara hingga membuat orang di sekitarnya tuli dalam sekejap, Raffi menjawab sapaan gadis itu disertai dengan senyuman _charming_ nya.

"Kalia—"

"Hahaha… kamu udah pernah mainin game itu? Pasti mengecewakan kan? Kan?" suara tawa yang tak kalah kencangnya dengan suara Nagita menghampiri indra pendengaran para pengghuni kelas XII Ips² itu, bagai mendapat mandat, semua siswa-siswi segera menutup telinga mereka, berusaha menyelamatkan indra pendengarannya masing-masing.

"Huuh Pasha, kamu ini berisik sekali sih!? Telingaku sampai berdengung nih dengar suara kamu!" Seru Nagita.

"Udah kalian berdua ini berantem mulu bawaannya deh. Jodoh baru tau," ujar Anang yang sejak tadi diam.

"Ahh pokoknya aku gak mau sama dia." Nagita nenunjuk ke arah Pasha.

Pasha yang ingin membalas ucapan Nagita, segera terhenti kala Agnez telah bersuara. "Sudah lah kalian berdua, kalian kan sahabat semenjak SMP. Kok masih berkelahi gak jelas gini sih?!" tanya Agnez yang mulai geram melihat tingkah kedua sahabatnya.

Tak lama kemudian pak guru tiba dan membuat seluruh murid kelas itu bergegas menuju tempat duduk masing-masing.

Time skip beberapa bulan kemudian.

Di atap sekolah, terlihat seorang gadis manis berambut hitam panjang tengah berdiri menghadap remaja bernama Pasha. Remaja itu terlihat sangat gugup, dan untuk mengatasi kegugupannya ia berulang kali latihan pernapasan. Tarik napas, dan hembuskan.

"Pasha sebenarnya ada apa?" tanya Agnez yang melihat Pasha tengah melakukan respirasi.

"Sebenarnya, aku punya permintaan padamu Agnez," ucap Pasha.

"Apa itu?"

"Boleh gak kalau hubungan kita lebih dari teman?"

Agnez terlihat kebingungan, "Tapi, kita kan sahabat, dan sahabat lebuh dari teman kan?" tanyanya.

"Iya, maksud aku… kita berdua lebih dari teman, lebih dari sahabat gitu. Aku mau kamu jadi pasangan aku Agnez," jelas pemuda itu.

"Maaf Pasha, tapi… aku tak bisa menerima permintaanmu."

Pasha terkejut mendengarnya. "Jangan-jangan kamu punya gebetan?"

"I-iya, aku sebenarnya suka sama Raffi," ucap Agnez tak sadar.

"Ah, seperti itu yaa… ya udah gak apa kok Nez, semoga Raffi peka yaa."

Setelah berkata seperti itu, Pasha segera turun meninggalkan Agnez yang terdiam di atap sekolah. Tiba-tiba saja, hujan turun membasahi bumi. Dan tak lama kemudian, terdengar jeritan dari bawah. Karena penasaran, Agnez bergegas turun dan terkejut melihat Raffi yang tengah memeluk Nagita, ia terkejut melihat orang yang di sukainya memeluk sahabatnya sendiri di depan mata kepalanya. Karena tak tahan, gadis itu kembali ke atap tanpa tau penjelasannya.

Malangnya ia tak mengetahui kebenaran bahwa Raffi memeluk Nagita karena berusaha menenangkannya disebabkan Nagita melihat Pasha terjatuh dari tangga dan meninggal seketika.

Saat berada di atap, ia menatap langit yang diselimuti awan hitam. Tak lama kemudian, jeritan lain terdengar dari halaman depan sekolah.

Kebetulan di saat itu Anang tengah berada di dekat tempat tersebut, ia segera mencari asal jeritan itu, dan ia sangat terkejut melihat gadis yang juga disukainya tengah berbaring terlentang ditanah dengan darah yang berada di sekitarnya.

"A-agnez?" tanya Anang sembari mengecek keadaan gadis itu setelah menelpon ambulans. "T-tak mungkin, tak mungkin ini terjadi. Agnez sadarlah! Ayo bangun! Jangan tinggalkan aku begitu saja!!" Remaja itu berteriak disertai air mata yang tak berhenti mengalir dari kedua netra hitamnya.

Ia merasa sangat sedih kehilangan gadis yang ia sukai. Tak lama kemudian, ambulans datang dan membawa jenazah Agnez dan Pasha. Saat itu, keadaan sangat kacau. Raffi terlihat tengah menenangkan Nagita dan Anang yang terlihat tengah menahan kesedihannya yang ditinggal oleh sahabat dan gadis yang disukainya. Setelah Nagita merasa tenang, Raffi dan Anang bergegas menaiki kedua mobil ambulans yang telah dihubungi sebelumnya. Mereka berdua menemani jasad kedua sahabat mereka menuju rumah sakit.

"Raffi, Anang, kembalilah dengan selamat yaa… kalian tak boleh meninggalkan aku sendirian," ucap Nagita lirih.

"Tenang aja Nagita, aku dan Raffi akan segera kembali kok." Anang berusaha meyakinkan gadis itu. "Iya, tapi aku punya firasat buruk mengenai hal ini."

"Tak perlu dipikirkan, kami pergi dulu." Malangnya lagi, kedua mobil ambulans yang ditumpangi oleh Raffi dan Anang mengalami kecelakaan dibawah derasnya hujan yang menerpa hingga meninggalkan Nagita seorang diri.

Flashback off

Dari sebuah gedung sekolah, terlihat seorang gadis cantik yang tengah berdiri di ujung atap sekolah. Ia memejamkan matanya kemudian mendonggak ke langit, melihat butiran-butiran air hujan yang mulai turun dengan derasnya.

"Aku tak dapat lagi menahan semua ini. Mereka, para sahabatku telah pergi mendahuluiku. Tunggulah aku, aku akan segera menyusul kalian. Saat ini pun kebetulan yang mengagumkan! Hujan turun seperti saat kematian kalian. Kita akan berjumpa lagi wahai sahabatku." Setelah berkata seperti itu, Nagita melompat dari gedung sekolahnya. 

Penulis
RahmaChan_Kawaii

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang