Berapa banyak, harap yang kau sampaikan pada angin?
Berapa banyak, duka yang kau sembunyikan dalam tetes hujan?
Berapa banyak, kebohongan yang kau sampaikan padaku?
***
Hujan kembali mengguyur kota jakarta, Kota metropolitan yang tak pernah tidur. Di sebuah kedai kopi aku memilih meneduh, menghindari tetes hujan yang akan membasahi tubuhku.
Ditemani secangkir kopi aku memandangi hujan. Katanya hujan identik dengan suasana romantis. Aku tidak percaya, karena nyatanya hujan selalu membuatku dalam keadaan miris, contohnya saja seperti sekarang ini, ketika yang lain bersama pasangannya aku hanya seorang diri. Padahal aku tidak kalah tampan dari para pria yang membawa pasangannya.
Aku bergeming, orang itu membuatku terpaku. Dia tengah berjalan dibawah hujan yang semakin deras, kulihat raut wajahnya begitu lesu ia pasti kedinginan.
"Dasar keras kepala," gumamku.
Aku tidak berniat untuk tersenyum atau untuk sekedar menyapanya yang tengah memandang ke arahku.
Orang itu --Valerie-- ia bergeming sambil menatapku yang juga menatapnya. Dia menatapku dengan sorot pilu, seperti ada kata yang ingin di ucapkannya. Aku sedikit membenci Valerie, karena dia telah mengaku sebagai tunangan ku di depan kekasihku. Ya, kalian tak salah baca aku telah memiliki kekasih. Namanya Galena, cantik bukan? Sosoknya juga tak kalah cantik, terkadang dia bersikap seperti anak kecil tapi sebenarnya dia sosok yang anggun. Aku terkekeh kecil mengingatnya.
Valerie masih setia ditempatnya berdiri. Entahlah, terkadang aku juga merasa kasihan padanya. Dia seperti orang gila yang merindukan tunangannya, entah pergi kemana tunangannya itu yang pasti dia adalah pria brengsek.
"Tuan, kafe akan ditutup beberapa menit lagi." Seorang pelayan menghampiriku.
Aku mengangguk saja, lalu membayar pesananku. Ternyata kafe sudah sepi dan ketika aku melihat keluar melalui jendela, hujan sudah mulai reda, Valerie juga sudah tidak ada di tempatnya.
***
"Kau terlihat sangat cantik." Aku terkekeh geli melihat Galena tersipu malu karena pujianku.
"Terimakasih."
"Kembali kasih."
Kami saling terdiam, hingga akhirnya tatapan kami bertemu. Saling pandang hingga akhirnya tertawa bersama. Menertawai suasana yang absurd yang tercipta diantara kami.
Tawa kami terhenti ketika seorang MC acara menginterupsi jika pesta akan segera dimulai. Pesta anniversary pernikahan orangtuaku digelar cukup mewah, dengan warna mocha yang mendominasi.
"Gio." Aku menoleh ke asal suara yang memanggil namaku.
"Ya?" Tanyaku pada Valerie yang telah menghampiri kami --Aku dan Galena--
"Kau lihat dekorasi pesta ini?"
"Ya," aku mengangguk sambil menjawab seadanya. Sedikit tidak enak ketika melihat raut tak suka di wajah Galena.
"Kau suka?"
"Ya, kau yang mendekorasinya?" Tanyaku penasaran.
"Ya, tentu saja. Sama seperti waktu itu."
Aku mengernyit merasa ada yang janggal dengan apa yang ia ucapkan, tapi aku mencoba untuk mengabaikannya.
"Gio, esok sore apa kau luang?"
Aku tidak langsung menjawab, melirik ke arah Galena yang tengah menggandeng tanganku. Dia membalas tatapanku lalu mengendikan bahunya, ia tak suka aku tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 10 Days ✔
Short StoryAdalah sebuah project rutin grup kepenulisan FLC. Yaitu member akan membuat sebuah karya cerpen dalam jangka waktu 10 hari. Cover spektakuler dari salah satu mem kami : @Kuroyuki01