17. Curse

178 15 0
                                    

Tidak … tidak! Jangan tinggalkan aku sendiri … Papa! Mama!

“Hmph! Aku tak percaya pernah melahirkan anak cacat sepertimu!”

Mama? Apa yang mama katakan?

“Sudahlah, tinggalkan produk gagal ini! Aku tak sudi menyebutmu sebagai anakku! Kau hanyalah sampah yang menyusahkan saja!”

TIDAK TUNGGU! Jangan pergi!

“Lepaskan!”

Gyah!

P-papa … kenapa … menendang perutku…? Sakit….

“Ayo.”

Dihujani derasnya tangisan alam yang disertai gemuruh petir mengerikan, hari itu adalah saat dimana kedua orang tuaku menelantarkanku. Meninggalkanku di sebuah tempat yang tidak kuketahui sama sekali.

Sangat sepi, sama sekali tidak bisa mendengar suara lewatnya kereta api, suara burung, ataupun orang-orang. Hanya ada kegelapan dan dinginnya udara.

Aku terlahir bisu dan buta, tapi tidak tuli. Masih bisa mendengar dengan baik. Nada suara, intonasi, volume suara, ritme, dan jeda … aku dapat membedakan beberapa jenis suara menggunakan dasar-dasar itu.

Aku tak berguna, menyusahkan, menyedihkan. Papa dan mama sampai menyerah untuk menyekolahkanku, mereka juga kesusahan menangani biaya medis adik perempuanku.

Sudah sewajarnya mereka membuangku deminya. Selama dia bisa diselamatkan, itu sudah cukup bagiku.

Sekarang … sudah satu tahun semenjak kejadian itu. Entah bagaimana, aku bisa bertahan hidup di jalanan. Tanpa teman, rumah, segalanya….

Aku takut … ke manapun aku pergi, hanya ada kegelapan yang menunggu. Tak ada yang peduli denganku.

Aku di mana? Siapa yang ada di sekitarku? Aku takut … papa, mama, Ayame. Aku benci dengan kegelapan abadi ini! Hei … biarkan aku melihat! Ayolah … biarkan aku melihat…!

Kenapa … kenapa aku terlahir seperti ini…? Kenapa? Hei kalian tahu? PAPA! MAMA!

“Oi! Kalau jalan lihat-lihat dulu bajingan!”

Ugh? Aku menabrak seseorang. Aku harus minta maaf.

“Lihat ke mana woi!!? Aku di sini!”

Mana? Mana? Mana?

“Geh, Shigaraki-san. Kelihatannya bocah ini buta.”

“Beneran?”

Eh? Kali ini ada yang menggerak-gerakkan pundakku.

“Rumahmu di mana?”

Aku ingin menjawabnya, tapi tidak bisa. Yang bisa kulakukan hanyalah menggelengkan kepala.

“Kenapa bisa di sini? Orang tuamu mana?”

Apa pun yang dia tanyakan, tetap kujawab dengan cara yang sama.

“Eh kok dari tadi kau hanya geleng-geleng saja!? Bisa ngomong atau nggak?”

MAAFKAN AKU!!

“O-oi … kau menghadap ke tempat yang salah.”

Uwaaahhh!! Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku!

“Sudah, sudah, sudah. Jangan begitu lagi.”

“Bagaimana ini Shigaraki-san? Dia sepertinya juga bisu–”

Aku mendengar suara tangan seseorang yang ditepuk. Apa yang mereka lakukan?

Mereka di mana? Suara mereka tidak muncul lagi.

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang