💛💛 BTS >< You 💛💛
📍(YN) : nama kamu
📍Happy ending dan sad ending
📍 Update : Rabu dan Sabtu
Baper boleh, tapi jangan terlalu serius yak. Karna ini hanya kegabutan penulis yg terkadang kurang kerjaan. 😅🙏
Semoga kalian menyukai karyaku😎💜
🏆...
Mata sipitnya.. Senyum gummy nya.. Kulit putihnya..
Kenapa selalu membuatku candu. Tidak bisa untuk tidak selalu memandangnya.
Ya, aku saat ini dalam mode mencintai seseorang. Mencintai teman sekelasku.
Min Yoongi. Pria tampan yang tak banyak bicara. Pebasket andalan sekolah kami. Pria paling cool yang pernah kujumpai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia diam saja sudah membuatku tergila-gila. Apalagi kalau dia mau bicara padaku.
Kurasa aku akan pingsan dibuatnya.
Karna tempat duduknya berada di samping kananku dan dibarisan paling belakang, aku bisa setidaknya sesekali menatapnya tanpa dia ketahui.
Saat ini dia sedang sibuk dengan buku bacaannya. Pria yang pintar. Aku semakin menyukainya.
Ketika dia pergi dari tempat duduknya, diam-diam aku meletakkan bekal makan siangku di meja nya.
"Semoga kau menyukainya. " Ucapku sembari pergi meninggalkan ruang kelas.
. . .
Sesaat ketika Yoongi tiba kembali di bangkunya, dia sedikit terkejut dengan sebuah kotak bekal berisi makanan yang terletak begitu saja di mejanya.
"Selamat makan, Min Yoongi ku. " "Tidak ada nama pengirimnya. "
Tanpa membukanya sedikitpun Yoongi bergegas untuk memberikan kotak bekal berisi makanan pada rekan-rekannya atau siapapun yang mau.
. . .
"Semoga saja dia makan dan menghabiskan bekal dariku. Semoga saja dia menyukainya. "
"Siput.. " Teriak itu, aku tau betul siapa orang yang memanggilku dengan sebutan itu. Si penghancur kebahagiaanku.
" Hei, kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti orang gila begitu hm? " Dengan tidak bersalahnya dia mengacak rambutku.
"Ishh.. Kau ini selalu saja. Pergi sana. " Gerutuku sembari menampilkan muka masam ke arahnya.
Dia kemudian duduk tepat disebelahku sembari berusaha merapikan kembali rambutku yang acak-acakan karnanya. Namun aku segera menepis nya. Bukannya rapi malah tambah acak-acakan pasti.
