APAKAH KAMU INGIN MENIKAH DAN MEMILIKI ANAK?

1K 45 0
                                    

Di pertengahan abad 21, jika kamu berpikir menikah dan memiliki anak, atau jika kamu sudah memiliki anak, hal yang harus kamu perhatikan adalah ini; siapakah kamu memiliki anak yang lebih cerdas dan bermasalah secara emosional dari pada dirimu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di pertengahan abad 21, jika kamu berpikir menikah dan memiliki anak, atau jika kamu sudah memiliki anak, hal yang harus kamu perhatikan adalah ini; siapakah kamu memiliki anak yang lebih cerdas dan bermasalah secara emosional dari pada dirimu?

Banyak anak remaja hari ini, atau dewasa muda, mengkhayalkan pernikahan yang begitu menyenangkan dan anak biasanya adalah dampak sampingan dari kesenangan yang diinginkannya tanpa mencoba untuk membayangkan sejenak masa di mana calon anak itu hidup, berkembang, dan berada. Berhubungan badan itu menggairahkan. Tapi anak di abad pesakitan semacam ini? Siapkah?

Menginginkan pernikahan, berarti kamu harus siap hidup dengan satu orang selama lebih dari kehidupan bebasmu yang sangat singkat. Mengikatkan diri dengan satu orang dengan segala peraturan dan tanggung jawab. Menghindari kebosanan, menekan rasa tak dimengerti dan meredam konflik. Atau pada dasarnya menikah hanyalah sekedar pacaran sementara di mana kita bisa bercerai dengan mudah lalu membangun hubungan kembali? Tapi perceraian seringkali menghasilkan trauma. Sedang ketika sudah terlanjur memiliki anak, apakah anak yang hari ini nyaris dipenuhi oleh orang tua yang bercerai adalah hasil dari kegagalan masyarakat dan kejiwaan yang begitu rentan? Di mana untuk mempertahankan hubungan yang lama begitu semakin sulit?

Di abad kedua puluh satu dan hampir melewati umur yang kedua puluh. Hanya sekedar berpacaran saja nyaris banyak anak remaja-muda sekarang nyaris tak mampu. Mempertahankan hubungan selama lebih dari dua tahun saja sangat sulit dan banyak yang tak sanggup. Mudah bosan. Mudah bimbang. Sangat begitu mudahnya kecewa, putus asa, merasa tidak dipahami, dan begitu mudahnya berselingkuh dan betapa kesetiaan semakin jarang dijadikan semangat hidup. Menginginkan pernikahan dan seroang anak, sanggupkah dirimu?

Sebelum menginginkan pernikahan, cobalah untuk meredam segala jenis kemanjaan dan perasaan yang terlalu memaksa pasangan terus-menerus. Bisa aku bilang, cobalah menjadi bijak dan berkomunikasilah dengan baik dengan pasangan akan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Saling menerima dan mengerti kondisi masing-masing. Dan harus siap segala kemungkinan yang ada. Jika kamu hanyalah tipe berat sebelah, dalam artian kamu hanya ingin diperhatikan dan disuapi terus-menerus. Maka kemungkinan perceraian akan mudah dan perselingkuhan sangat mudah terjadi. Ini juga berlaku dengan pasangan hidupmu, yang nanti pada akhirnya akan membawa trauma dan rasa sakit ke anak-anak yang kamu miliki.

Kamu harus siap menyediakan rumah, harta, bekerja keras, dan berani sakit dan berpeluh untuk keluargamu selama bertahun-tahun bahkan sampai kamu mati. Kamu harus merawat anak-anakmu hingga mereka berumur sekutar 20-30 tahun. Itu berarti, kamu harus siap selama nyaris hampir separuh usia, memberikan kebebasan dan perasaan santaimu kepada anak-anakmu dan pasangan hidupmu. Kamu harus berani menjadi buruh atau tunduk ke orang lain.

20-30 tahun itu waktu yang sangat lama. Itu bukan sekedar waktu 2-3 tahun pacaran, yang seringkali putus-sambung atau diisi dengan perselingkuhan-perselingkuhan. Siapkah kamu memberikan dirimu sepenuhnya ke pasanganmu apa pun yang terjadi? Ataukah pada akhirnya, jika pernikahan tak sesuai keinginan, kamu mudah saja memutus hubungan atau pasanganmu dengan mudahnya membuangmu dan mencari yang lain.

Terpenuhinya harta, uang, rumah, makanan, kemewahan, dan segala material belum tentu juga kamu bisa puas dalam hubungan seksual atau psikologis. Kamu harus bisa menahan segala cekcok dan ketidakcocokan. Kamu harus bisa kuat saat terjadi guncangan-guncangan: baik ekonomi, sakit fisik, atau kejiwaanmu sendiri. Ini pun masih belum dengan anak-anakmu yang akan tumbuh dewasa dengan segala hal yang di sekitarnya sangat berbeda dengan di masamu berada. Apakah kamu siap berkembang dan berani memasuki hati dan pikiran anak-anakmu? Maukah kamu meluangkan kasih sayang dan telingamu untuk mereka? Masalahnya, jika seandainya kamu adalah tipe introvert, susah bicara, dan tak mudah berekspresi, apakah kamu akan siap untuk menjadi sosok pelindung dan pengayom bagi mereka? Terlebih jika kamu memiliki emosi yang berubah dengan cepat dan labil, apakah kamu siap?

Kamu juga harus mengerti perasaan dan pola pikir mereka. Kelak anak-anakmu hidup di dunia yang lebih canggih dan maju secara teknologi. Guru mereka adalah internet dan abad informasi-teknologi. Dan kemungkinan besar, mereka akan mengalami fase remaja yang sangat sulit dan perjuangan. Apakah kamu siap, saat anak-anakmu dengan mudahnya membohongimu, berhubungan badan tanpa sepengetahuanmu di usia mereka sekolah dan melakukan banyak kenakalan serta pemberontakan yang kamu sukai?

Jika kamu merasa tidak siap semua tapi memaksakan untuk menikah, yang akan terjadi tidak hanya perceraian dan trauma. Tapi kamu tengah membuah generasi baru yang traumatis yang kelak anakmu mungkin juga akan mewariskan trauma yang sama. Kamu membuat anakmu sakit karena pada dasarnya sejak awal kamu menikah hanya untuk dirimu sendiri. Bahkan untuk dirimu sendiri pun kamu sama sekali tidak siap. Saat untuk diri sendiri saja tak siap. Apakah kamu bisa siap untuk anak-anakmu?

Tapi jika kamu memang yakin dan benar-benar mengerti kemauan dan kemampuan diri sendiri dan akan bersungguh-sungguh untuk mempertahankan hubungan atau benar-benar menjaga anak-anakmu dan pasangan hidupmu dari hati dan pikiran mereka. Maka menikahlah dan lahirkan seorang anak yang hebat. Itu jika kamu yakin mampu. Karena aku berpikir, anak-anak yang akan datang akan jauh lebih bermasalah dari pada kita. Ya, jauh lebih bermasalah dan merepotkan.

Menikah itu butuh keberanian. Dan memiliki anak kamu harus berani lebih menekan dirimu sendiri. Terus bekerja keras. Dan jangan sampai kalah dengan rasa bosan dan percecokkan-percecokkan ringan keluarga.

Apakah hari ini, pacaran itu mudah? Jawablah sendiri pertanyaan ini lalu bayangkan sebuah pernikahan dan anak-anak yang harus kamu urus.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang