ANTI EMPATI, PECINTA LINGKUNGAN, DAN LINGKUNGAN HIDUP

273 6 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saat menancapkan sekop ke dalam tanah atau mematahkan sepotong karang, kita laksana dewa yang membelah dunia. Saat menancapkan sekop, kita melanggar perbatasan yang nyaris tidak dikenal. Segera setelah itu, di sekeliling dan di bawah kaki kita, terletak muka bumi yang paling jarang dijelajahi. Itulah bagian yang sejatinya merupakan tempat di Bumi yang paling vital bagi kita," tulis Edward O Wilson dalam artikel pendeknya yang menawan, Dalam Satu Kaki Kubik: Survei Mini Keanekaragaman Hayati.

Artikel itu melengkapi proyek David Liittschwager, seorang fotografer yang tengah melakukan sesuatu yang menarik, yaitu merekam makhluk hidup dalam bentuk foto di dalam ruang berukuran satu kaki kubik atau tepatnya sebuah ruang berbentuk kubus dari bahan logam yang memiliki ukuran sisi 30,5 cm yang bisa dipindahkan atau diletakkan ke berbagai lingkungan atau ekosistem yang berbeda-beda. Hal yang begitu menggugah dari kerangka kubus berbentuk hijau itu saat berbagai makhluk hidup dari ikan, para serangga hingga tumbuhan mampu menghuni ruang sekecil itu dan juga betapa banyaknya kehidupan yang ada di dalamnya. Seandainya kita menggeser kubus itu satu senti atau satu langkah saja, ekosistem dan makhluk hidup yang ada di dalamnya akan berubah sangat banyak. Akan ada banyak kehidupan baru yang ikut serta di dalam ruangan berukuran tak seberapa itu. Edward O Wilson menggambarkannya dengan baik, dunia yang serba kecil yang jarang kita perhatikan, "Pada setiap habitat, baik di tanah, tajuk hutan, atau air, yang pertama tertangkap mata kita adalah binatang besar. Burung, mamalia, ikan, kupu-kupu. Berangsur-ansur, penghuni kecil dengan jumlah yang jauh lebih banyak mulai tampak mendominasi habitat. Ada banyak serangga terlihat merayap di antara rumput liar, cacing dan makhluk tak bernama merayap atau lari sembunyi saat kita mencangkul tanah kebun. Begitu pula, akan kita dapati kawanan semut keluar ketika sarangnya terbongkar secara tak sengaja, sementara tempayak kumbang perusak tampak bercokol di akar rumput. Ketika kita membalikkan batu, lebih banyak lagi yang terlihat: laba-laba kecil dan berbagai makhluk pucat beragam bentuk yang tak dikenal menyelinap di antara untaian jamur. Kumbang kecil bersembunyi dari sorot cahaya Mentari, kelabang, kaki seribu, hingga ular mini yang menyelinap ke dalam lubang cacing."

Itulah sebabnya, saat kita merusak satu batang pohon, menebangnya untuk dijadikan perabotan rumah atau diolah menjadi bubur kertas untuk buku-buku kita, ada begitu banyak hal yang kita lupa pedulikan atau kita tak ingin mengambil pusing hal yang kita anggap sepele itu. Dalam gerakan lingkungan hidup, para pecinta lingkungan pun hanya terfokus pada manusia dan sekian binatang besar yang hari ini terancam punah. Mereka membela orang utan, ikan pari manta, harimau sumatra, hingga beruang kutub. Tapi nyaris tak ada pecinta lingkungan yang ingin melindungi rayap, kelabang, atau menentang proyek pembangunan bandara, tol, hotel, pembangkit listrik karena para lintah, ulat bulu, sampai keong dan berbagai jenis rumput akan menderita karena kehilangan tempat tinggal, sumber makanan, dan sistem sosial serta ekosistem yang mana mereka sudah terbiasa menjalin hubungan simbiosis di dalamnya.

Dalam Silent Spring, Rachel Carson menangisi hilangnya burung-burung. Dalam The Sixth Extinction, Elizabeth Kolbert merenungkan dan melihat kematian berbagai reptil dan binatang mamalia. Buku Virginia Morell, Animal Wise pun hanya untuk binatang yang berukuran besar dan mudah ditangkap mata manusia. Sementara Brilliant Green, What a Plant Knows, hingga What a Fish Knows adalah makhluk hidup yang jelas-jelas mudah kita lihat dan menjadi bagian dunia mata kita sehari-hari.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang