DARI GALERI KE GALERI

263 18 0
                                    

JOGJA kota yang membosankan. Kadang aku berpikir, apa jadinya kota ini tanpa ratusan galeri seni di dalamnya? Mungkin akan jadi kota yang begitu sangat membosankan. Sejujurnya, kota ini nyaris sesuai dengan duniaku. Tapi tetap saja. Betapa bosannya aku tinggal di kota ini.


Intinya, nyaris tak ada kota yang menarik bagiku di negara ini.

Untuk meredamkan perasaanku bosanku yang bertahun-tahun tak kunjung hilang. Aku harus berjalan dan keluar-masuk galeri ke galeri. Semua itu hanya untuk sekedar mencegahku tak gila dan agar waktu berjalan agak cepat. Kadang melihat berbagai universitas besar yang ada di sini. Sama saja bagaikan melihat tempat para mayat tinggal.

Universitas Gadjah Mada yang besar pun seperti himpunan besar kumpulan orang-orang tolol. Seandainya aku wali kota Bandung. Mungkin aku akan menutup ITB secepatnya dan mengubahnya menjadi kebun binatang. Dan seandainya aku presiden Indonesia, UI lebih baik aku buldoser. Dan aku akan menggantinya dengan hutan kota saja. Itu jauh lebih bijak dari pada melihat para mahasiswa yang tes masuknya saja membuat nyaris gila dan universitas-universitas itu seolah-olah terkhusus untuk orang pintar. Anehnya, keluarnya malah jadi orang-orang bodoh. Dan Jogja adalah salah satu kota terbodoh yang pernah aku tinggali. Ribuan mahasiswa di dalamnya, entah mereka di sini untuk apa. Aku juga tak tahu. Seandainya bom atom jatuh di kota. Dunia mungkin tak banyak kehilangan.

Guna untuk mengatasi kebosananku. Aku datang ke galeri. Besok ke galeri. Besok ke galeri lagi. Sampai-sampai, separuh duniaku ada di situ.

Aku salah seorang yang tak terlalu peduli dengan kebanggaan akan universitas. Apa sih yang bisa dibanggakan dari lingkungan kuburan kreativitas, intelektual, dan gagasan itu? Universitas besar dengan dosen tipe kuno. Buat apa? Ya. Tugas universitas besar mayoritas besarnya hanya untuk kerja. Sayangnya, tukang parkir Malioboro perhari dapat lebih dari 500ribu-2/3juta. Jika dihitung sebulan itu setara dengan penghasilan para dokter dan arsitek. Bahkan tukang bakso jauh lebih makmur dari pada para PNS.

Jika hanya kerja, aman secara finansial, banyak orang yang tak sekolah tinggi dan hanya sampai SD-SMP bisa menjadi sangat kaya raya. Asalkan dia sehat, pekerja keras, tahu dunia usaha, dan rajin. Mencari uang sangatlah mudah. Dan anehnya, para tukang bangunan nyaris keliling Indonesia setiap tahun menggunakan pesawat. Keajaiban besar yang jarang dimiliki oleh orang berpendidikan tinggi di kota ini. Kenyataan ini, kadang, konyol.

Aku tak pernah puas hidup hanya kaya, cari uang, lalu mati. Ini hidup buat apa? Dan Jogja, orang-orang yang ada di dalamnya nyaris berada di tahap itu. Dan seni, yang memiliki dunia yang agak berbeda, sedikit menyelamatkanku. Walau tentunya, aku masih sangat bosan.

Dan entah mengapa, pagi ini, aku sangat ingin melemparkan semua barang atau membakar semua buku yang ada. Kebosanan ini membuatku ingin sekali menjauh dari peradaban kota. Sangat jauh.

Mungkin, aku butuh perjalanan kembali.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang