PEREMPUAN: CINTA=UANG?

367 18 1
                                    

CINTA ADALAH UANG. Dan perempuan akhir-akhir ini identik dengan itu. Perempuan pada akhirnya ingin dibeli dengan uang. Secara tak langsung seperti itulah kenyataannya.

Cinta tanpa uang pada akhirnya seringkali berakhir. Perempuan pun pergi walau berkata cinta-cinta-cinta. Cinta tanpa uang, perempuan pun memilih pergi. Memilih yang lain.

Banyak orang berkata cinta tak memandang status, kaya dan miskin. Tapi kenyataannya, hubungan banyak tak berlanjut ke jenjang pernikahan jika uang tidak ada di tangan. Banyak perempuan takut, jika tak ada uang tunai atau saldo bank yang cukup banyak di depan mata mereka. Atau pekerjaan yang mapan, yang akhirnya di kemudian hari membuat mereka tak perlu harus berhadapan dengan komentar orang tua, bekerja mati-matian hanya untuk makan, dan bisa berbelanja bahan pokok dan barang sekunder atau tersier tanpa perlu cemas kekurangan.

Cinta tanpa uang pada akhirnya lebih sering sebagai omong kosong. Cinta hanyalah nomor kesekian sewaktu masih remaja dan bersekolah atau masih belum terlalu banyak memikirkan bersenang-senang terlampau banyak. Saat beranjak dewasa, uang menentukan segalanya. Cinta tak akan dibutuhkan jika uang tak ada. Perempuan pada akhirnya tak membutuhkan cinta. Perempuan tak membutuhkan kesetiaan. Uang lebih penting dari pada cinta dan kesetian. Itulah suara mayoritas perempuan yang aku lihat dan saksikan akhir-akhir ini.

Ah, mungkin pantas saja, jika akhirnya perempuan berselingkuh jika uang tak lagi ada. Atau pada dasarnya, hubungan percintaan tak lain bukan adalah uang itu sendiri pada ujungnya yang paling ekstrim.

Perempuan modern tak membutuhkan kesetiaan dari laki-laki. Mereka hanya membutuhkan uang atau pekerjaan yang berpotensi uang. Dan akan meninggalkan laki-laki kapan saja, karena tuntutan uang dari keluarga, tuntutan uang dari kolega, teman, dan lainnya.

Bolehkah laki-laki akhirnya membalas sikap semacam itu dengan membeli para perempuan dan selingkuh sepuasnya jika kelak para laki-laki akhirnya sukses dan kaya raya? Bolehkah kami meninggalkan perempuan seenaknya sendiri saat kami akhirnya berada di puncak? Jika yang diinginkan perempuan hanyalah uang dan cinta entah nomor ke berapa. Dan kesetian hanya dianggap sebagai sampah pada akhirnya. Walau telah menemani jatuh bangun selama bertahun-tahun. Saat laki-laki akhirnya berhasil, mencampakkan perempuan akan begitu mudahnya.

Semakin kaya seorang laki-laki. Semakin mudah dia membeli cinta banyak perempuan. Dan tolong jangan mengeluh kesetian dan cinta. Karena perempuan memang sejatinya tak butuh. Cinta dan kesetian hanya ketika uang dan kemapanan ada di tangan.

Sedikit yang berani jatuh bangun bersama di dunia modern semacam ini. Para orang tua ingin laki-laki langsung jadi dan mapan. Laki-laki aktivis, intelektual, seniman, penulis, pedagang yang belum jelas, dan mereka yang masuk dalam kategori dipertanyakan, cenderung ditolak.

Orang tua di Indonesia hanya butuh uang dan uang. Dan anehnya bisa sangat marah jika anak perempuannya diselingkuhi. Tidakkah mereka hanya butuh uang? Kesetiaan nomor sekian?

Maukah para orang tua merestui pernikahan anaknya dengan laki-laki miskin, atau statusnya berada di bawahnya? Atau mereka yang sibuk dengan gagasan dan pencarian akan kebenaran? Tak banyak yang mau. Para orang tua tak peduli dengan kebenaran. Tak peduli dengan keadilan besar dalam negara. Mereka hanya ingin anak mereka terjamin. Dan pada akhirnya rakyat Indonesia memang tak membutuhkan para penliti kere, filsuf tak jelas, novelis kembang kempis, ilmuwan yang belum berhasil, dan para calon orang besar yang di masa mudanya mungkin lebih memilih hal itu. Jika mereka sebagai laki-laki pada akhirnya tak segera menghasilkan uang dan kemapanan. Mau sejenius dan sehebat apa pun laki-laki itu, pada akhirnya, lebih sering ditolak. Ah, para perempuan pun takut miskin selain tak mau menyakiti orang tua. Alasan klasiknya begitu.

Pada akhirnya cinta adalah uang. Banyak teman perempuanku juga akhirnya memilih uang dan kemapanan dari pada cinta mereka. Seorang laki-laki yang menemani bertahun-tahun bukanlah sosok yang penting pada akhirnya. Karena setelah ditemani sampai selamat. Dia akhirnya lebih memilih laki-laki yang cukup kaya atau mapan dan terjamin. Cinta awal dia, ditinggalkan. Banyak sekali yang seperti itu akhir-akhir ini.

Sangat banyak.

Dan mantan kekasihku sendiri juga meninggalkanku hanya karena dia ingin uang dan uang. Saat aku berkata uang, itu bisa jadi kemapanan, pekerjaan tepat yang menghasilkan uang terjamin, dan hal semacamnya.

Mau sesetia apa pun diriku. Pada akhirnya hal itu tak berguna. Uang nyaris menentukan semuanya. Akhir dan keberlanjutan sebuah hubungan.

Jika pada akhirnya semua laki-laki sudah tak lagi peduli dengan kesetiaan. Apakah para perempuan akan siap? Kami bisa memberikan uang yang banyak. Sangat banyak. Mencari uang itu sangat mudah. Tidak seperti mencari gagasan, penemuan, inovasi dan membela keadilan. Jika uang adalah segalanya. Baiklah. Kami bisa memberikannya. Asal jangan berkata kesetian pada kami. Karena kalian memang tak membutuhkan kesetian. Kalian bisa setia kalau kami tak jatuh. Tak sedang miskin. Dan kalian tak butuh ilmu pengetahuan, hal baru, gagasan segar, dan pemerintahan yang baik. Kalian hanya butuh uang pada akhirnya. Baiklah. Oke. Setelah itu, bolehkan kami membeli banyak perempuan pada akhirnya?

Membeli Perempuan adalah judul buku yang sudah sangat lama ingin aku tulis. Karena begitu mudahnya membeli perempuan saat kamu kaya raya. Mengajak nikah seorang perempuan jauh lebih mudah dan akan langsung nyaris diterima saat kamu kaya. Menjalin cinta dengan modal kekayaan jauh lebih mudah lagi. Dan perempuan menyukai hal-hal semacam itu pada akhirnya. Cinta tanpa uang seringkali hanya berlaku saat masih sekolah sampai kuliah awal. Saat para perempuan masih menggunakan uang orang tua dan beranggapan bahwa cinta mereka murni.

Setelah itu, cinta lebih sering berakhir pada uang. Walau tak semua seperti itu. Seperti teman perempuanku yang mati-matian membela laki-lakinya yang ditolak keluarganya karena ekonominya cukup buruk. Tapi jarang, perempuan macam itu sekarang ini. Sangat jarang.

Dan peremuan hari ini sangat mudah selingkuh. Begitu mudahnya selingkuh sampai-sampai aku berpikir, saat kalian begitu mudahnya selingkuh kenapa laki-laki tidak boleh? Tidakkah ini omong kosong?

Mungkin aku generasi laki-laki terakhir yang masih memuja kesetian. Menemani seorang perempuan bertahun-tahun dan akhirnya selalu ditinggalkan. Baiklah. Oke. Kesetian itu tidak penting lagi bagi perempuan zaman ini. Kesetian itu menyakitkan. Kesetian tanpa uang tunai jauh lebih menyakitkan. Karena akan selalu berada nyaris diposisi yang kalah. Mudah ditinggalkan dan diselingkuhi.

Tapi, tidakkah banyak laki-laki kaya akhirnya memiliki banyak istri simpanan? Dan selingkuhan yang berjejer? Menjadi playboy saat ada uang di tangan? Tidakkah lebih sering begitu akhir-akhir ini? Tapi kenapa perempuan marah? Saat mereka tak menghargai laki-laki langka yang coba setia. Meninggalkan laki-laki itu seenaknya. Kenapa marah dan sakit atau menderita saat diselingkuhi balik? Atau gantian ditinggalkan?

Ah, mungkin laki-laki yang memiliki prinsip kesetian harus mulai mengubah sudah pandang percintaan ideal mereka. Dan saat akan menikah dan bertemu orang tua si perempuan. Laki-laki harusnya jujur berkata, ma, pa, aku beli anakmu tunai.

Karena pada akhirnya laki-laki membeli perempuan. Dan perempuan menyetujuinya. Entah dengan alasan cinta atau pernikahan atau semacamnya. Karena pernikahan tanpa uang, nyaris sedikit yang mau melakukannya. Maka dari itu, sejujurnya, pernikahan adalah transaksi jual beli barang. Orang tua menganggap anak perempuannya tak lebih dari barang yang diperjual belikan pada calon menantu yang mapan.

Walau para orang tua berkata demi kebaikan anaknya. Ingin anaknya bahagia dan mapan. Mereka tak terlalu sibuk memikirkan cinta anak-anaknya. Yang orang tua pikirkan seringkali adalah kemapanan anaknya. Tak ubahnya transaksi jual beli seumur hidup. Dan para perempuan menyetujui ini.

Ah, yah, para laki-laki memang harus kaya. Agar bisa dengan mudah membeli perempuan sepuasnya. Dan memilih perempuan sesuka hati mereka. Tidakkah itu yang diinginkan perempuan modern hari ini?

Kesetian dan cinta kami tanpa uang tunai dan masa depan penuh uang hanyalah sampah dan tak berguna. Ah, baiklah. Kami akan menabung yang banyak untuk membeli kalian. Ya kami akan menabung untuk membeli kesetian kalian. Karena banyak dari kalian akan tetap setia jika ada uang terus-menerus.

Cinta adalah uang. Pada akhirnya, lebih sering seperti itu. Tidakkah seperti itu?

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang